S E P U L U H

1355 Words
Eca tersenyum dan mengusap rambut Kejora lembut. Gadis kecil ini benar-benar mirip dengan Raya. Senyumnya, matanya, dan lesung pipit yang ada di sebelah kiri. "Andai Mommy kamu ada disini, nak." *** "Loh nggak bisa gitu dong, Ma, acaranya kan udah fix lusa kenapa besok kita semua harus kesana?" Pagi-pagi buta Vera —mamanya menelfon dan mengabari bahwa acara keluarga besarnya dimajukan. "Bukan mama yang atur, Daf, tapi keluarga Papa tuh yang kebiasaan ngebet terus plin plan sana sini." "Aku sama Jora nggak usah ikut deh." Terdengar decakan keras dari Vera. "Kali ini kamu harus ikut biar Kejora kenal sama saudaranya yang lain! masa iya dari dulu kamu mangkir terus kalau di ajak acara kumpul keluarga." "Mama paham nggak sih gimana mulut saudara mama? tiap ketemu istri dan mama buat Kejora terus yang di omongin, aku muak ma!" "Kenapa emang? ucapan mereka betul kok, kamu harus cepat cari istri lagi Kejora butuh ibu." Daffa mengusap wajahnya kasar. Sampai kapan pun dia tak akan mencari pengganti Raya sebelum Raya sendiri yang memintanya mencari pengganti cintanya. "Raya sudah nggak ada harapan Daf! Reza udah bawa dia pergi jauh dan memutus akses dengan kita!" Daffa langsung memutus panggilan telfon itu sepihak karena nada suara Vera sudah mulai meninggi. Daripada timbul pertengkaran lebih baik Daffa mengakhirinya dahulu. Tidak seperti dulu, sekarang Vera jauh lebih bawel dan terlalu sering mengatur hidupnya dan Kejora. Karena terlanjur tidak bisa tidur akhirnya Daffa memilih beres-beres rumahnya sebentar lalu keluar rumah untuk pemanasan dan belanja sayur di warung Bu Sari yang sudah di penuhi ibu-ibu yang malas belanja di pasar. "Loh udah disini, kapan sampai mas?" Tanya salah satu ibu-ibu yang juga berbelanja sayur. "Kemarin bu." Ibu-ibu itu mengangguk dan tawar menawar dengan bu Sari. "Gimana mas, udah ada calon lagi belum?" Celetuk salah satu ibu-ibu yang terkenal biang rumpi disini. "Calon apa bu?" Jawab Daffa sambil tertawa untuk menutupi kekesalannya. "Calon ibu buat Kejora lah mas, masa iya masih muda, ganteng, kaya, mau duda terus." "Ihh jeng Dewi kode nih." Sahut ibu-ibu yang lain. Daffa hanya bisa tersenyum tipis dan membayar semua belanjaannya pada bu Sari. Dia harus segera pergi sebelum para ibu-ibu memberondongi pertanyaan-pertaanya super menyebalkan. "Sabar ya ...." bisik bu Sari saat dirinya memberikan uang belanjaannya. * Layaknya ibu-ibu rumah tangga, Daffa melakukan semuanya sendiri mulai dari memasak, mengurus Kejora dan mengurus diri ya sendiri. Mungkin karena sudah terbiasa, Daffa tak merasa malas atau bosan melakoni pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh seorang wanita. Lima tahun bukan waktu yang sebentar, jatuh bangun sudah Daffa rasakan bersama Kejora, meski terkadang dirinya hampir putus asa. "Daddy baju Jola kan walnanya bilu jadi ikat lambutnya halus bilu nggak boleh ungu!" Protes putri kecilnya saat dirinya mengambil asal ikat rambut yang ada di dalam tas. "Sama aja Kejora, yang ungu gambarnya unicorn sama kayak baju kamu." "Ihhh ... Jola nggak mau Dad!" Akhirnya Daffa melepas kembali kunciran rambut Kejora yang sudah rapi dan menggantinya dengan ikat rambut yang senada dengan bajunya. Mungkin para ayah-ayah diluar sana tak ada yang telaten dirinya mengurus anak perempuan yang sangat bawel dan banyak maunya. "Dad, poni Jola udah panjang." "Di potong besok ya gunting rambutnya kan ada di rumah." Kejora mengangguk dan kembali bercermin melihat penampilannya yang sudah rapi. "Jora besok mau ikut liburan bareng oma sama opa nggak?" "Libulan kemana, dad?" "Liburan keluarga kayak waktu itu, di pantai bareng keluarga besar." Kejora terdiam dan terlihat berfikir keras. "Jola nggak mau ikut, nanti di omelin tante Diah lagi." Daffa tertawa, Kejora masih saja ingat kejadian 3 bulan lalu saat dia tak sengaja menumpahkan ice cream di atas dress putih yang dipakai sepupunya. "Yaudah, nanti bilang sama oma ya kalau Jora nggak mau ikut." Dengan senang hati Daffa mendukung keputusan Kejora yang tak mau ikut serta dalam acara itu. "Tapi kita jalan-jalan sendili ya, dad." "Siap bos." Kejora tertawa dan memeluk erat tubuh ayahnya. "Jola sayang daddy banyak-banyak." "Daddy juga sayang Jora banyak-banyak. Yaudah yuk kita sarapan dulu, daddy udah masak makanan enak buat Jora." "Ayo daddy, let's go!!" Daffa mengangkat tubuh mungil itu dan berjalan menuju meja makan yang sudah penuh dengan beberapa menu masakan. ** Siang harinya Vera benar-benar membujuk Kejora habis-habisan agar mau ikut dalam acar keluarga kali ini. Namun, karena truma dimarahi oleh sepupunya Kejora menolak dengan lantang dan tak luluh meski diberi iming-iming mainan yang menarik. "Jola nggak mau! pokoknya Jola mau disini aja sama daddy." Mendengar jawaban cucunya, raut wajah Vera langsung berubah sedih. "Nanti kalau Kejora nggak ikut oma sendirian, Kejora nggak kasihan sama oma?" Daffa sedikit khawatir karena Kejora tiba-tiba terdiam cukup lama dan terlihat iba melihat kesedihan yang Vera tampilkan. "Jora ikut ya? nanti biar oma marahin tante Diah." Daffa tak mau kalah dari mamanya, dia langsung mengambil alih ponselnya dan berbicara pada Vera kalau Kejora dan dirinya tidak akan ikut. "Mama bisa kesana sama Alfa atau mas Deva, soalnya aku dan Kejora sudah punya acara sendiri." Vera terlihat memandang sinis Daffa di dalam rekaman video call-nya karena menggagalkan acara memelasnya pada Kejora. "Mama nggak ngomong sama kamu, kasih hape-nya ke Jora." "Udah lah mama nggak usah melas-melas lagi, Jora nggak bakalan mau," ucap Daffa dengan suara pelan. "Berisik! kasih hapenya." Daffa memberikan ponselnya pada Kejora yang masih terlihat sangat bimbang antara ikut acara neneknya atau jalan-jalan dengan daddy-nya. "Jora ikut oma ya, plisss ...." Vera masih belum menyerah untuk membujuk Kejora karena tanpa Kejora rasanya ada yang kurang. "Oma kan bisa pelgi sama kak Alfa." "Kak Alfa kan sudah kelas enam jadi nggak boleh bolos sekolah." Kejora kembali terlihat berfikir sambil memandangi Daffa yang terus menggelengkan kepala. "Ayolah sayang, nanti oma belikan mainan banyak." Kejora menggeleng pelan sambil mencebikkan bibir. "Daddy udah janji sama Jola mau aja jalan-jalan ke kebun binatang." "Jadi Jola lebih milih ke kebun binatang daripada ikut oma ke puncak?" "Maafin Jola, oma." "Yasudah kalau begitu, hati-hati ya disana banyak macan galak terus suka lepas dari kandangnya." "Oma!!!" Teriak Kejora ketakutan. Daffa langsung mengambil ponselnya dan menegur mama-nya yang terlihat puas menakut-nakuti Kejora. "Mama terima kekalahan dong, Jora udah milih jalan-jalan sama aku dari pada ikut acara keluarga bareng mama." Tegur Daffa. "Iya-iya, maafin mama kalau begitu." "Mama jangan paksa Kejora lagi pokoknya." "Bawel banget, iya Daf." "Yaudah aku matiin dulu ma, aku sama Jora mau siap-siap buat balik ke Jakarta." "Okay, hati-hati ya." Daffa mengangguk dan mematikan sambungan telfonnya. "Jora mau nunggu daddy dikamar atau main diluar?" "Jola mau main dilual." Daffa mengangkat tubuh Kejora turun dari ranjang dan berjalan beriringan keluar dari dalam kamar. Di luar Kejora bermain bersama Eca yang tengah longgar. Wanita hamil itu tampak sangat sayang pada Kejora meski jarang bertemu. "Tante di dalam pelutnya ada dedek bayinya ya?" Tanya Kejora sambil mengusap perut Eca yang terlihat membuncit. "Iya sayang, nanti kalau sudah lahir Jora main sama adik bayi ya." "Di lumah Jola juga seling main sama adik bayinya mama Dea." "Wah sudah jadi kakak nih." Kejora tersenyum ceria. "Iya dong, Jola kan udah besal." Eca tersenyum dan mengusap rambut Kejora lembut. Gadis kecil ini benar-benar mirip dengan Raya. Senyumnya, matanya, dan lesung pipit yang ada di sebelah kiri. "Andai Mommy kamu ada disini, nak." Gumam Eca tanpa sadar saking rindunya pada Raya. "Apa? tante bilang apa tadi?" Eca langsung tersadar dan menutup mulutnya. "Maaf sayang tante tadi ngelantur." "Tante tadi ngomongin Mommy Kejola?" Eca hanya tersenyum dan mengangkat tubuh Kejora ke atas pangkuannya. "Tante cuma kangen sama Mommy kamu." "Sama dong, Jola juga kangen banget sama Mommy." Kejora langsung mendadak murung dan menundukkan kepalanya. "Semua temen-temen Kejola kemana-mana sama Mommy, tapi Kejola sama Daddy telus." "Jora sabar, berdoa terus sama Tuhan biar Mommy bisa kumpul lagi sama Jora dan Daddy." Kejora mengangguk dan memeluk tubuh Eca. "Kejora, yuk kita berangkat sekarang." Daffa keluar dari dalam rumah membawa ransel Kejora dan beberapa paper bag yang berisi produk pastry-nya. "Tante, Jola pulang dulu ya kapan-kapan kita ketemu lagi." Eca mengangguk dan menurunkan tubuh Kejora dari atas pangkuannya. "See you, Kejora." Eca mencium kening dan kedua pipi Kejora. "Saya dulu tinggal ya, Ca, kalau ada masalah langsung hubungi saya secepatnya." "Siap, pak Daffa." Kejora melambaikan tangannya ke arah Eca yang juga tengah melambaikan tangannya. Hari ini juga Daffa harus meninggalkan rumah yang penuh kenangan Raya. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD