D U A B E L A S

1397 Words
"Masa kecil saya mirip Kejora, tapi bedanya ayah malu ajak saya kemana-mana jadi kalau saya pengen kemana-mana harus sama pengasuh saya." Ini lah salah satu alasan Raline sangat sayang pada Kejora lebih dari muridnya yang lain. **** Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, akhirnya mereka sampai di kebun binatang terbesar di kotanya. Kejora bersorak riang saat melihat replika beberapa hewan besar yang di pajang di depan loby sampai di dalam. "Daddy, baju ganti Jola mana?" Tagih Kejora saat Daffa baru selesai membeli tiket. "Astaga, daddy lupa sayang kita beli aja ya." Daffa langsung menggiring Raline dan Kejora ke pusat belanja kebun binatang ini. Tak hanya membelikan Kejora tapi Daffa juga membelikan Raline karena wanita itu masih mengenakan seragam guru dan terlihat tidak begitu nyaman. "Bu Raline pilih baju juga biar seragamnya nggak kotor." "Nggak apa-apa, Pak saya pake ini aja." "Yaudah kalau gitu biar saya yang pilihkan." "Eh, jangan pak nggak usah repot-repot." "Makanya ayo dipilih baju yang pas." Akhirnya Raline ikut memilih baju dengan Kejora. "Jora mau nggak pake baju couple ini sama ibu?" Raline mengambil kaos berwarna putih dengan gambar vektor berbagai binatang. "Jola mau, bu. Daddy yang tadi nggak jadi Jola mau baju ini." Daffa yang sebelumnya sudah mengambil jaket berbentuk beruang langsung menghampiri Kejora. "Terus jaket beruangnya nggak jadi?" "Jadi, tapi Jola juga mau baju itu biar bisa samaan sama bu Aline." "Yasudah nggak apa-apa." Melihat kebersamaan Raline dan Kejora yang begitu intim, ada gelayar aneh menyerbu dadanya. Entah lah, mungkin rasa itu timbul karena Daffa sangat merindukan kebersamaan keluarga kecilnya. Secepatnya Daffa segera menepis perasaan itu dan mencoba menyibukkan diri dengan ponselnya sambil menunggu dua perempuan itu memilih baju. Beberapa menit kemudian Kejora memanggilnya dan menunjukkan semua belanjaannya. "Daddy lihat ini." Kejora menunjukkan kaos yang sudah Raline pilih tadi dan juga rok tutu pendek berwarna hitam. Gadis kecilnya tampak berputar-putar menunjukkan pakaiannya yang sangat pas melekat ditubuhnya. "Cantik banget." "Lihat juga dad baju bu Aline baju kita kembal loh." Daffa mengangguk dan menatap Raline yang sudah berganti baju sama persis dengan Kejora, bedanya baju Raline serba panjang karena wanita itu menggunakan hijab. "Tadi Jola juga beli baju buat daddy, dipake ya dad bial kita kembal." Daffa menggaruk kepalanya saat Kejora menyerahkan kaos yang sama persis dengan dua wanita itu. "Daddy pakai baju ini ada ya sayang, Jora sama bu Raline aja yang kembaran kan daddy cowok." "Nggak apa-apa daddy bial bagus pas foto kalau bajunya kembal semua." Bagaimana pun juga Daffa tak akan pernah bisa menolak kemauan Kejora, akhirnya ia mengganti baju yang Kejora serahkan ke ruang ganti toko itu. Kejora bersorak ria saat melihat daddy-nya keluar menggunakan kaos kembar itu meski dilapisi kemeja flanel yang sebelumnya digunakan. "Yasudah, daddy bayar dulu kalian tunggu di luar aja." "Pak Daffa saya ikut bayar." "Nggak usah bu, biar saya yang bayar semuanya." "Tapi, pak ...." "Nggak apa-apa bu Raline." Meski tak enak hati akhirnya Raline membiarkan Daffa membayar belanjaannya dan berjalan keluar toko terlebih dahulu bersama Kejora. Setelah Daffa selesai membayar di kasir mereka segera menuju bus yang akan membawa mereka mengelilingi area kebun binatang yang di kelilingi satwa jinak ataupun liar. "Seru ya kalau hewannya di lepas gini, berasa keliling hutan beneran," ucap Raline sambil menatap keluar jendela bus. "Tapi takutnya kalau ada gajah tiba-tiba ngamuk terus tendang busnya ya bahaya, bu," ucap Daffa sambil bercanda. "Pak Daffa ada-ada aja. Tapi bisa jadi sih, namanya juga hewan ada kalanya mereka ngamuk." Daffa tertawa terbahak-bahak menanggapi ucapan Raline. "Amit-amit bu Raline, jangan sampai kejadian beneran." "Ngeri banget." Ketiganya benar-benar sangat menikmati perjalanan ini. Sepanjang jalan hewan-hewan penghuni kebun binatang ini tampak beraktifitas seperti di habitat-nya. "Daddy lihat itu, dad, macan-nya lihatin kita terus." Kejora terlihat sangat histeris saat Harimau di sebrang tengah menatap intens bus yang mereka tumpangi. Saat ini bus yang mereka tumpangi memang tengah berhenti karena disni ada banyak satwa-satwa yang jarang dilihat oleh manusia termasuk macan, singa, zebra dan jenis lainnya. "Macannya suka sama kamu kali." "Nggak mau dad, nanti kalau Jola dimakan gimana." Kejora yang duduk diantara Daffa dan Raline langsung melompat ke pangkuan Daffa dan menyembunyikan wajahnya. Sontak Daffa dan Raline langsung tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Kejora. Gadis kecil itu benar-benar terlihat sangat ketakutan. "Nggak apa-apa Kejora, kita kan ada di dalam bus macam itu nggak berani deketin kita," ucap Raline. "Benelan?" Kejora menunjukkan sedikit wajahnya dan menatap harimau itu lagi. "Iya sayang, lihat tuh dia cuma diam aja nggak mau gerak." Akhirnya Kejora kembali menatap luar jendela. Dan tak lama kemudian bus yang ia tumpangi kembali berjalan menuju area lain karena kebun binatang ini sangat luas. Setelah berputar-putar di darat dengan bus, terakhir mereka menaiki perahu dan menyusuri sungai yang kiri kananya dipenuhi pohon-pohon besar dan tumbuhan hijau lainnya. Di sungai jernih itu selain menikmati pemandangan mereka juga bisa melihat beberapa hewan yang sering hidup di sekitaran sungai. Kejora tak henti-hentinya ingin di potret. Gadis kecil itu berpose macam-macam dan narsis di kamera ayahnya. "Daddy ayo foto beltiga nanti aku tunjukin oma." "Kejora foto sama bu Raline aja ya biar daddy yang foto." Tolak Daffa secara halus karena mamanya bisa berharap lebih pada Raline kalau sampai tau dirinya liburan bareng. "Kan udah tadi, yang belum foto beltiga." Akhirnya dengan penuh pertimbangan Daffa mengikuti kemauan Kejora dan berselfi bersama. "Sudah ya, sekarang nikmatin pemandangannya aja." Kejora menurut dan menikmati sepanjang perjalanan mereka. Saking lelahnya, saat perahu yang mereka naiki berhenti Kejora sudah terlelap di pangkuan Raline. "Sini bu biar saya yang gendong." Daffa mengangkat tubuh Kejora dan turun dengan hati-hati dari atas perahu. Mereka berjalan ke pintu keluar yang tak terlalu ramai dan menuju restoran untuk makan dan istirahat sejenak. Sambil menunggu pesanan mereka datang Daffa dan Raline mulai mengobrol ringan agar rasa canggung di antara mereka terkikis. "Saya salut sama pak Daffa." "Kenapa, bu?" "Nggak malu ajak Kejora kemana-mana." Daffa terkekeh. "Kenapa harus malu? Kejora kan anak saya, dan tanggung jawab saya sekarang double alias jadi ayah dan ibu sekaligus." "Masa kecil saya mirip Kejora, tapi bedanya ayah malu ajak saya kemana-mana jadi kalau saya pengen kemana-mana harus sama pengasuh saya." Ini lah salah satu alasan Raline sangat sayang pada Kejora lebih dari muridnya yang lain. "Gimana perasaan ibu waktu itu?" "Sedih, suka iri sama teman-teman yang punya keluarga lengkap, apalagi ayah kan jarang luangin waktu buat saya jadi rasa sedih, sakit itu campur." Daffa membelai dan mencium lembut puncak kepala Kejora. Sebenarnya dia juga merasa sangat kasian pada Kejora, tapi dia tak bisa berbuat lebih selain terus berusaha menjadi orang tua tunggal yang terbaik. "Tapi kelihatannya Kejora lebih bahagia daripada saya dulu. Dia masih punya ayah yang sangat perhatian dan hebat." Puji Raline tanpa ada maksud tertentu. Dari awal melihat interaksi Daffa dan Kejora dia langsung respect pada ayah dan anak itu. "Bu Raline bisa aja. Saya hanya bisa melakukan apa yang bisa dilakukan bu, karena sampai sekarang saya belum bisa membawa mommy Kejora kembali." "Maaf kalau saya lancang bertanya, tapi Mommy Kejora dimana?" Daffa tersenyum kesakitan. Hatinya remuk seketika saat ada yang membahas keberadaan Raya. "Saya juga nggak tau dia dimana. Setelah melahirkan adiknya Kejora, dia diambil alih orang tuanya karena pernikahan kita memang tidak ada restu." Melihat pancaran kesedihan di wajah Daffa, Raline jadi merasa tidak enak. "Maaf, Pak, kalau pertanyaan saya membuat Pak Daffa sedih." "Nggak apa-apa, bu. Mungkin takdir saya dan Kejora memang seperti ini." "Terus adik Kejora sekarang dimana kok nggak pernah diajak?" "Karena lahir prematur dia hanya bisa bertahan sebentar, bu Raline, jadi satu hari itu saya kehilangan dua orang berharga saya." Daffa berusaha menetralkan perasaannya yang kini kembali merasakan sakit yang amat dalam setelah menceritakan sebagian kisah kelam kehidupannya dulu. "Saya nggak bisa bayangin bagaimana hancurnya, pak Daffa." "Bukan hancur lagi, bu, saya hampir gila kalau nggak ingat saya masih punya Kejora." "Yang sabar, pak, kalau ibunya Kejora memang jodoh pak Daffa sejauh apapun kalian akan dipertemukan lagi." "Aamiin, saya harap juga begitu." Tak lama kemudian pesanan mereka datang dan Kejora mulai terbangun dari tidurnya. "Daddy, Jola nggak mau makan." Rengek Kejora saat Daffa akan menyuapkan nasi. "Nanti Kejora lapar, daddy sama bu Raline aja lapar." "Nggak mau daddy, Jola mau s**u aja." "Yasudah Daddy belikan s**u kotak dulu, Jora tunggu disini sama bu Raline ya." Daffa berjalan keluar restoran untuk mencari swalayan. Setelah mendapat apa yang ia cari dengan cepat ia kembali ke restoran itu dan kembali melanjutkan makan. "Daddy Jola nanti nggak mau ikut ke kafe, Jola udah capek." "Iya sayang, kita nanti langsung pulang ya." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD