Tubuh Farica menegang saat mendengar perkataan pria tampan yang tidak waras itu, Farica mendorong pria itu dengan kuat, wajahnya kesel bercampur marah saat melihat pria itu tersenyum penuh arti.
"Apa yang tadi aku katakan itu serius?" ucap pria tampan itu sambil meneliti Farica dari atas sampai kebawah, "Wajah dan tubuhmu tidak buruk untuk menjadi Ratuku, memenuhi standar walaupun tidak seindah dan secantik wanita bangsawan yang lain." ujar pria tampan itu dengan senyum smirknya.
"Dasar pria sinting, mungkin kamu harus pergi memeriksa kejiwaanmu sebelum semakin parah." ucap Farica begitu kesel terhadap pria tampan itu, segera dirinya keluar dari ruangan ini sebelum dirinya tambah gila terkena penyakit kejiwaan pria tampan itu yang semakin mendalami perannya sebagai Pangeran.
Pria tampan itu tertawa begitu keras setelah wanita itu keluar dari ruangan ini. Baru pertama kali dirinya mendapat perlakuan seperti itu, bahkan seumur hidup tidak ada yang berani begitu dengannya.
"Pangeran, kenapa dirimu begitu lama?" tanya pengawal pribadi sekaligus kepercayaan pria tampan itu yang di panggil dengan sebutan Pangeran.
"Itu karena aku bertemu dengan wanita bodoh Yogi" jawab pria tampan itu yang merupakan seorang Pangeran Edric Julius Oden, bukanlah aktor seperti tuduhan Farica.
Edric tertawa membuat Yogi terkejut melihatnya, "Menurutmu? Adakah orang yang tidak mengenalku?" tanya Edric.
"Tidak Yang mulia, semua orang tahu anda, bahkan dunia sekalipun mengetahui siapa anda." jawab Yogi yang merasa aneh dengan pertanyaan Tuannya.
"Tapi ada yang tidak mengenalku Yogi, apa kamu tahu siapa itu?" yang mendapat gelengan kepala Yogi, "Dia adalah wanita bodoh yang aku temui tadi, dia menuduhku bahwa aku adalah seorang aktor bahkan dia dengan lantang mengatakan bahwa dia adalah Ratu jika aku adalah Pangeran." cerita Edric membuat Yogi terkejut mendengarnya.
"Beraninya dia? Siapa wanita itu Yang mulia? Aku akan menyuruh pengawal untuk menyeretnya untuk di hukum." murka Yogi
"Tidak Yogi, dia hanya wanita polos yang tidak tahu apa-apa. Malah sifat keras kepala, berani dan tak aada rasa takut membuatku tertarik denganya." ujar Edric dengan senyum di bibirnya.
"Aku ingin kamu pergi menuju ruang kontrol hotel ini, dapatkan rekaman cctv dari ruangan ini lalu serahkan kepadaku." perintah Edric begitu keluar dari ruangan.
*****
Farica keluar dari ruangan itu dengan mulutnya yang terus mengumpat pria tampan itu, "Dasar pria gila, ku kira pria dengan wajah tampan sifatnya bakalan sebagus wajahnya. Ck!" gumam Farica dengan wajah keselnya.
"Farica! Darimana kamu? Sedari tadi aku mencarimu?" tanya Aurel yang menghampirinya.
"Aku dari ruangan..."
"Apa tadi kamu melihatnya?" seru Aurel dengan wajah berbinarnya.
"Melihat siapa?" tanya Farica dengan wajah bingung.
"Itu Edric Julius, dia sangat tampan bukan?"
"Edric Julius? Siapa dia?"
"Ya ampun Farica! Pangeran Edric Julius Oden yang merupakan tamu Vip kita"
"Pangeran? Hahaha..." Farica tertawa mendengar Aurel yang rupanya tertipu oleh pria tampan itu yang mengaku sebagai Pangeran.
"Kenapa kamu tertawa? Ini tidak lucu Far." ucap Aurel yang merasa aneh dengan temannya ini.
"Rupanya kamu juga tertipu oleh wajah tampan pria gila itu"
"Pria gila? Siapa yang kamu maksud Far?"
"Tentu saja pria yang kamu bilang Pangeran Eric Jolious.. Entahlah! Nama saja susah sekali di ingat. Biar kuberi tahu ya, Pangeran yang kamu katakan itu adalah penipu, jangan termakan dengan wajah tampannya. Pria itu, pria gila yang mengaku sebagai Pangeran padahal dirinya hanya seorang aktor yang terlalu mendalami perannya." Ujar Farica tertawa setelah menjelaskan kepada temannya tentang pria gila itu tanpa melihat perubahan wajah Aurel.
"Apa yang kamu bicarakan Far? Tamu itu beneran adalah seorang Pangeran, Pangeran Mahkota sekaligus calon Raja negara ini." Tubuh Farica seketika menegang saat mendengar perkataan Aurel.
Farica memandang wajah Aurel, terlihat raut serius saat Aurel mengatakannya, "Kamu yakin dengan perkataanmu itu? Dia beneran adalah seorang Pangeran?"
"Tentu saja, siapa yang tidak kenal dengan sosok Edric?" Farica sangat terkejut bagai tersambar petir, wajahnya menjadi pucat pasi.
"Jangan bilang bahwa pria yang kamu katakan tadi adalah Pangeran Edric?" tanya Aurel dan mendapat anggukan kepala Farica.
"Bagaimana bisa?"
"Aku mendapat hukuman dari Madam Olive untuk membantu Bulter, bagaimana ini Aurel? Aku tadi sudah bertindak tidak sopan bahkan aku... Kelarlah hidupku Aurelll..." lirih Farica yang sudah ingin menangis mengingat apa yang dia perbuat tadi terhadap pria tampan yang notabenya adalah Pangeran asli.
"Ok, tenang Far"
"Bagaimana bisa aku tenang Rel? Habislah hidupku." ucap Farica yang sudah menangis.
"Berdoalah Far, semoga Pangeran Edric tidak memberi perintah untuk menangkapmu." ujar Aurel yang sudah memeluk tubuh Farica.
****
Edric yang telah kembali ke Istana mendapati Ratu Camila, Edric memberi hormat kepada Ibundanya.
"Bagaimana pertemuanmu dengan Presiden Amerika? Berjalan lancar?" tanya Ratu Camila sambil tersenyum menatap Pangeran Edric.
"Pertemuannya berjalan lancar, Ibunda." jawab Pangeran Edric meraih tangan Ratu Camila dalam gandengannya berjalan menuju taman belakang.
"Berapa umurmu tahun ini Edric?" tanya Ratu Camila memandang hamparan taman yang cantik.
"28 tahun sebulan lagi." jawab Edric.
"Sudah waktunya kamu mencari pendamping hidup dan berhentilah bermain wanita. Carilah wanita yang serius yang bisa mendampingimu memimpin negara ini." ujar Ratu Camila memandang putranya.
"Tentu saja, Ibunda tidak perlu khawatir"
"Apa sudah ada wanita yang kamu sukai? Memikat perhatianmu atau hatimu?" tanya Ratu Camila dengan wajah membinarnya.
Tiba-tiba terlintas wajah wanita bodoh di Hotel tadi, Edric seketika tertawa membuat Ratu Camila terkejut melihatnya dan tersenyum. "Siapa dia?" tanya Ratu Camila penasaran dengan wanita yang telah memikat hati putranya.
Edric menggelengkan kepalanya membuat wajah Ratu Camila berubah suram, "Apa Ibunda tidak boleh mengetahuinya?"
"Bukan begitu, tetapi Edric belum menemukan wanita yang seperti Ibunda. Jika Edric sudah ketemu pasti akan segera memperkenalkan kepada Ibunda." jawab Edric dengan senyum mempesonanya.
"Bagaimana dengan putri Antonios Lacher? Ibunda mendengar bahwa kecantikan Lady Anastasia begitu terkenal hingga sampai negara tetangga." ucap Ratu Camila yang ingin menjodohkan Pangeran Edric dengan putri perdana mentri kerajaan.
"Aku tahu tentang kecantikan putri Antonios bahkan aku pernah bertemu dengannya." ucap Edric yang membuat Ratu Camila begitu senang.
"Bagaimana menurutmu Edric? Apa kamu mau mengenalnya lebih dalam? Biar Ibunda mengaturnya." ujar Ratu Camila.
"Terserah Ibunda saja." jawab Edric
"Baiklah, Ibunda akan membicarakan kepada Antonios." ucap Ratu Camila yang begitu senangnya berharap bahwa Pangeran Edric bersanding dengan Lady Anastasia.