"Dia benar-benar kembali ke kantor ternyata," gumam Syena melihat Bara yang sedari tadi ia ikuti akhirnya memberhentikan mobilnya di depan sebuah gedung.
Syena pun juga ikut memarkirkan mobilnya dengan perasaan lebih lega karena sepanjang jalan ia terus memikirkan yang tidak-tidak tentang Bara.
Syena yang masih berada di dalam mobil karena merapikan beberapa barang dikagetkan oleh seseorang yang tiba-tiba saja mengetuk kaca jendela mobilnya.
"Kamu mengagetkanku," Syena mengusap dadanya karena terkejut sambil membuka kaca jendela.
"Kenapa kamu mengikutiku?" Bara nyatanya langsung menuju mobil Syena setelah sampai kantor karena menyadari ada seseorang yang terus mengikutinya, dan nyatanya itu adalah Syena.
"Ah itu, aku hanya mengkhawatirkanmu." Syena menjawab apa adanya.
"Pergilah."
Mulut Syena langsung melengkung ke bawah mendengar ucapan mengusir Bara. Ia kini keluar dari mobilnya dan berdiri tepat di depan Bara memperhatikan wajah pria itu, "apa kamu baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja."
Syena diam sejenak karena Bara memang tampak baik-baik saja, tapi entah kenapa ia tak bisa terima jawaban Bara tersebut, "lalu kenapa kamu kesini?"
"Kenapa kamu bertanya? Apa yang salah dengan aku pergi ke kantorku sendiri?"
"Tapi kan ini udah sore, udah bukan jam kerja lagi." Syena melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Ada sesuatu yang perlu aku ambil."
"Oh begitu, hm.... apa aku boleh ikut??"
Bara menghela napas lelah kemudian berlalu begitu saja memunggungi Syena untuk masuk ke kantor, "terserah."
Syena tersenyum, setidaknya ini artinya ia boleh mengikuti Bara untuk memastikan kalau ia memang baik-baik saja. Gadis itu kini sedikit berlari untuk bisa mengejar Bara yang sudah berjalan duluan.
"Para karyawan sudah pada banyak yang pulang," ujar Syena pada Bara melihat kondisi kantor yang mulai sepi, beberapa karyawan yang masih di kantor tampak menyapa Bara dengan sopan setiap kali mereka berpapasan.
Bara hanya diam, bahkan responnya juga tak begitu terlihat setiap kali ada yang menyapa, hanya Syena yang senyum sana sini dengan lebar setiap ada yang menyapa mereka. Sudah tampak jelas kalau Bara yang biasa dikenal ramah sedang dalam mood yang tak bagus.
"Jadi ini ruanganmu?" tanya Syena walaupun ia tahu tak akan mendapatkan jawaban apapun dari Bara saat kini mereka sudah mengarah ke sebuah ruangan.
Syena mengambil posisi untuk duduk di sofa yang tersedia di dalam ruangan Bara saat si pemilik ruangan kini duduk di kursi meja kerjanya mengerjakan sesuatu.
Mata bulat Syena kini memperhatikan setiap detail ruangan Bara yang sangat rapi dan teratur, melihat suasana ruangan yang terkesan sangat hangat dan tenang benar-benar bisa menggambarkan seorang manusia bernama Bara.
Diam-diam Syena kembali melirik Bara, pria itu hanya diam sibuk dengan beberapa kertas dan pena di tangannya. Syena tidak tahu benar apa yang tengah Bara lakukan saat ini, namun yang jelas wajah Bara tampak sedang sangat tak bersahabat, bahkan membuat Syena enggan untuk mengganggu dan berusaha menyesuaikan diri dengan suasana yang sangat dingin ini. Alasan Syena terus mengikuti Bara walau dengan suasana tak enak ini adalah karena merasa harus bertanggung jawab pada keadaan Bara setelah memberi tahu hal yang sangat tak mengenakkan untuk pria itu. Syena takut kalau Bara melakukan hal aneh berhubung ia sangat menyukai Alina.
Tangan Syena kini bergerak pada beberapa majalah yang terletak di bawah meja, ia mencoba mencari suatu kesibukan selagi Bara terus diam. Perhatian Syena tercuri oleh sebuah majalah olahraga di tengah berbagai majalah bisnis.
"Kamu seneng olahraga?" Syena tanpa sadar kembali bicara saat asik melihat majalah olahraga, padahal niatnya ia tak ingin mengganggu Bara.
Bara yang tadi hanya fokus menunduk pada pekerjaannya melirik Syena yang sibuk membolak balik majalah. Gadis itu tampak sibuk sendiri, bahkan ia sepertinya lupa sudah bertanya pada Bara, buktinya ia terlihat baik-baik saja walau Bara tak menjawab ucapannya. Beberapa menit berlalu begitu saja diantara Syena dan Bara yang hanya saling diam karena sibuk dengan urusan masing-masing.
Setelah selesai menyudahi beberapa pekerjaan dan merapikan beberapa berkas, Bara kini berdiri dan mengambil jas yang tadi terletak di belakang kursinya, ia melihat Syena masih asik membaca majalah, "aku akan pulang sekarang."
Syena tersadar dan mengangkat kepalanya mendapati Bara kini sudah bersiap untuk keluar, "kamu sudah selesai?"
Bara mengangguk yang membuat Syena langsung menutup majalah yang tadinya ia baca dan dengan cepat merapikan susunan majalah kembali.
"Apa kamu akan langsung pulang?" tanya Syena saat kini mereka sudah berjalan keluar dari ruangan Bara.
"Sepertinya."
"Hm.., baiklah." jawab Syena pendek.
Bara diam-diam memperhatikan wanita yang berjalan disampingnya itu dengan aneh, ia penasaran kenapa Syena terus mengikutinya tanpa berbuat sesuatu yang berarti, "sebenarnya apa yang kamu lakukan?"
"Hm??" Syena melihat Bara dengan wajah tanda tanya.
"Kenapa kamu mengikutiku?"
Syena tertawa kecil, "aku sudah bilang kalau aku mengkhawatirkanmu bukan?"
"Kenapa harus khawatir?"
"Karena aku sudah memberi tahu hal yang membuatmu sedih. Aku takut kamu kenapa-napa."
Bara tersenyum miring, "memangnya kamu pikir apa yang akan aku lakukan?"
Gadis itu tampak berpikir sebelum menjawab, "hm..., entahlah. Aku hanya ingat dulu ada temanku yang kecelakaan gara-gara dia berkendara sambil nangis-nangis karena tahu cowoknya selingkuh. Ada juga yang niat bunuh diri karena ditinggal nikah mantannya."
Kontan saja jawaban Syena membuat Bara tertawa sambil geleng kepala, "kamu pikir aku akan melakukan hal tidak masuk akal?"
Syena angkat bahu, "nggak ada yang tahu. Secara aku tahu kamu suka banget sama Alina. Apa kamu tidak sedih? Kamu pasti sedih banget kan?"
Bara menarik napas dalam, "sejak awal aku tahu ini mungkin terjadi. Tapi tetap saja ini membuatku marah."
"Apa kamu tahu siapa pria itu? Pria yang bersama Alina."
Bara mengangguk, "aku tahu."
"Lalu bagaimana?" tanya Syena hati-hati namun sangat ingin tahu jawaban Bara.
"Aku tidak tahu."
Syena ikut menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, "akan sulit sekali."
Bara mengerutkan dahinya, "apanya yang sulit?"
Syena menoleh melihat Bara dengan tatapan iba, "pria yang bersama Alina itu sangat tampan, itu akan sulit untukmu."
Bara langsung mendecak dan memutar bola matanya malas mendengar jawaban Syena yang kini sudah tertawa puas melihat respon Bara.
"Aku bener kan? Mungkin saja Alina milih pria itu karena dia lebih ganteng. Bahkan aku sedikit kaget melihatnya di kafe waktu itu, salah satu pria tertampan yang pernah aku lihat secara nyata di hidupku."
"Aku pikir kamu disini untuk menghiburku, ternyata tidak sama sekali." Bara menunjukkan rasa kecewanya mendengar ujaran Syena.
Gadis itu terkekeh sambil kini menepuk-nepuk lengan Bara coba memberi semangat, "aku tahu kok kamu pasti bisa sabar."
"Ah sudahlah."
"Tapi ternyata ada yang lebih baik kok dari kamu ketimbang pria itu."
"Apa?"
"Tampaknya dalam hal ini kamu lebih baik. Wuaaah, sepertinya ini sangat gagah dan kekar," Syena menggoda Bara dengan menyentuh otot lengan Bara yang tersembunyi di balik kemeja yang ia kenakan.
Dengan cepat Bara menghindar agar Syena tak terus menyentuh lengannya, "jangan coba meledekku."
Syena semakin bersemangat kini coba ingin menyentuh lengan Bara yang kekar, "bagaimana mungkin aku meledek otot sebagus itu? Apa aku boleh melihatnya langsung? Ayo dong Bara lihaaaattt!!"
"Apaansih Sye?" Bara kini mulai menghindari Syena dengan berlari sedangkan Syena juga tak mau kalah untuk terus mengejar. Tawa mereka kini terdengar di sepanjang lorong kantor yang sudah sepi karena para karyawan sudah pulang.
"Huwaaaah, lihat pesona urat-urat iniii!!" Syena kini berhasil mengejar Bara dan menahan salah satu tangan Bara sambil menggoda Bara dengan menekan urat di tangan pria itu sambil tertawa.
"Kamu akan jantungan kalau melihat langsung ototku, jadi berhentilah penasaran," Bara mendorong Syena untuk menjaga jarak dengannya sambil tertawa sombong.
Syena ikut tertawa, "lihat saja nanti aku akan bisa ekspos otot-ototmu yang disembunyikan itu."
"Bermimpilah sesuka hatimu."
"Kamu akan pulang dengan aman kan?" tanya Syena saat tanpa sadar mereka sudah berada di parkiran.
"Tentu saja."
"Baguslah, tadinya aku berpikir untuk mengantarkanmu pulang."
"Berhentilah berlagak seperti mata-mata."
"Baiklah baiklaaah, aku percaya kamu akan baik-baik saja. Hati-hati kalau begitu, aku juga akan pulang." Syena melambaikan tangannya santai hendak menuju mobilnya yang terparkir sedikit lebih jauh dibanding Bara.
"Tunggu," Bara tiba-tiba menahan langkah Syena.
"Ya? Ada apa?"
"Tentang janji kita, kurasa bisa kita lakukan malam ini," Bara sedikit ragu membicarakannya pada Syena.
"Ouh itu, malam ini?? Ah padahal aku sangat bersemangat, tapi aku tidak bisa malam ini."
"Kenapa?"
"Ada sesuatu yang harus aku lakukan."
Bara menarik sudut bibirnya dan mengangguk, "baiklah."
Tiba-tiba Syena melipat kedua tangannya di depandada dengan wajah aneh mendekati Bara, "tampaknya kamu sangat ingin bertemu denganku lagi."
Bara langsung terbelalak dan mundur, "apa?? Tentu saja tidak! Aku hanya penasaran dengan alasanmu terus berusaha mendekatiku!"
Syena menunjukkan senyum aneh yang membuat Bara merasa tersudutkan, "benarkaaaaah??"
"Ah sudahlah kalau kamu memang tidak bisa. Aku balik duluan." Bara memutuskan untuk masuk ke dalam mobil duluan meninggalkan Syena di luar.
"Bara!" Syena dengan cepat menahan pintu mobil Bara yang sudah dibuka agar pria itu tak langsung masuk.
"Apa?"
"Kalau besok malam apa kamu bisa?"
"Dimana?"
Syena tersenyum senang karena tampaknya Bara setuju, "di apartemenku."
"Apartemenmu??"
Syena mengangguk, "aku hanya tinggal sendirian, jadi kita bisa bebas."
"Hah??" Bara ternganga dengan alasan yang Syena katakan.
Melihat respon Bara membuat Syena tersadar sampai tertawa lepas, "ah tidak tidak, jangan berpikiran macam-macam. Maksudku adalah kita bisa bicara dengan bebas tanpa perlu khawatir ada yang mendengar atau mengganggu obrolan kita."
Bara mengerutkan dahinya, "apa obrolan kita akan seserius dan sepenting itu?"
"Tentu saja!"
Bara diam sejenak tampak berpikir, "akan aku kabari lagi nanti."
Syena tersenyum lebar, "okeyyy! Silahkan masuk tuaaan~" Syena kini membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Bara untuk masuk.