Biantara langsung berdiri. Di tangannya ada tumpukan kertas yang digenggam erat. Langkah berat itu mengarah pada Hans. Lantas, tanpa diduga, kertas tersebut dilempar tepat di wajah Hans lalu berhambur berantakan di lantai. Hans sempat memejam, merasa perih saat pinggiran kertas itu mengenai wajahnya. Goresan kecil membentuk luka yang mengeluarkan sedikit darah. Sikap adiknya yang kini menjadi atasannya itu sangat tidak terduga. Terlalu dingin, keras, dan tanpa segan maupun ampun. “Kamu sadar laporan itu keliru dari halaman pertama? Lalu kenapa kamu menolak perintah Johnny untuk merevisi?” Biantara melayangkan pertanyaan dengan nada menusuk. Matanya setajam belati, dengan ekspresi yang tetap datar. Sekarang, Hans tahu akar masalahnya. Ia melihat ke arah Johnny yang kini berdiri di bel