Chapter 5

2068 Words
Dua hari pasca pernikahan Edgar dan Erlin kembali ke Jakarta. Sebenarnya Grieta ingin mereka tinggal lebih lama di Bali namun Erlin harus mengurus kuliahnya di Jakarta. Sedangkan Fernyta dan suaminya juga kakak Erlin telah kembali ke Jakarta sehari sebelumnya. Kini Erlin telah berada di kursi penumpang pesawat yang dikemudikan oleh Edgar "Sumpah aku seneng banget ini sudah ketiga kalinya aku dalam satu tim dengan captain Edgar" ucap salah seorang pramugari "Iya, aku juga seneng banget walaupun ini sudah penerbangan ku yang ketujuh bersama captain Edgar. Tapi tetep aja aku tuh bahagia banget" sahut pramugari yang lainnya Erlin yang tengah berjalan menuju toilet yang berada di satu jalur dengan tempat istirahat para awak cabin tersebut tanpa sengaja mendengar percakapan para pramugari "Ehm, ganteng-ganteng kalau udah punya istri itu gak pantes di kagumi. Dosa neng dosa" sindir Erlin seraya berpura-pura memainkan ponsel Sontak membuat beberapa para pramugari tersebut menoleh pada Erlin dengan tatapan aneh dan mematikan Erlin yang menyadari tatapan mereka pun ikut menoleh ke para pramugari tersebut. "Mbak, toilet dimana ya?" Tanya Erlin pada beberapa pramugari dihadapannya "Sebelah sini mbak" sembari menunjukkan letak toilet "Terima kasih" balas Erlin "Nih bocah dibilangi ngeyel, suami orang juga masih aja di kagumi. Udah lah cari idola yang lain aja. Gak takut istrinya marah hmm" gumam Erlin seraya memainkan ponselnya kembali dan berjalan memasuki toilet tersebut "Ouh mbak nya ngomel sendiri sama hp nya. Aku kira ngomong sama kita tadi" sahut salah seorang pramugari "Iya, aku juga berfikir seperti itu. Aku kira mbak nya mengenal captain Edgar sampai tau captain sudah menikah"  Sahut yang lainnya "Ahh tapi setahuku captain masih single deh. Gak pernah ada gosip captain gandeng cewe tuh" lanjutnya Erlin yang mendengar percakapan mereka dari balik pintu toilet terus saja menggerutu kesal mendengar percakapan para pramugari tersebut. Ia tidak terima jika suaminya memiliki banyak pengagum terutama di kalangan wanita. Ia merasa dirinya kalah saing dengan wanita-wanita cantik yang selalu Edgar temui saat bekerja ---- "Ahhh akhirnya, back home" senang Erlin yang telah sampai di Bandara Halim Perdanakusuma dan tengah berada di parkiran taksi "Cari taksi pulang, tidur deh" lanjutnya Drrrt drrrt drrrt "Siapa sih, baru juga sampai Jakarta udah ada yang telfon aja" gerutu Erlin "Hah, Hubby Edgar Geoffroi ? Sejak kapan aku menyimpan nomor di ponsel ku dengan nama ini??" Bingung Erlin "Iya siapa?" Tanya Erlin y Pada orang diseberang panggilan "Ini aku, apa kamu tidak membaca kontak ku diponselmu?" Tanya Edgar dari seberang panggilan "Maaf sepertinya ponselku telah dibajak karena aku merasa tidak pernah menyimpan kontak ini dengan nama yang menjijikkan itu" balas Erlin dengan santai "Itu aku yang menyimpan-nya" sahut Edgar "Ah benarkan ponsel ku telah dibajak. Maaf aku tidak mengenal nomor mu. Jika tidak ada keperluan akan aku tutup telfonnya" balas Erlin kembali "Tunggu!! Tunggu aku di parkiran Mobil. kita akan pulang bersama. Sebentar lagi aku keluar" ucap Edgar Namun tidak dihiraukan Erlin dan ia justru memasuki salah satu taksi yang terparkir di depannya dan meminta supir taksi tersebut mengantarkan ke rumah orang tuanya "Terima kasih pak" seraya membayar tagihan argo-nya "Mama, Erlin pulang" berjalan memasuki rumah nya dengan menarik satu koper besarnya dan juga tas ransel "Erlin. Kok pulang sendirian sayang. Edgar mana?" Tanya Fernyta yang tengah menuruni anak tangga "Ihh mama ini ngapain sih tanya-tanya anak orang. Ini anaknya baru pulang dari liburan. Ditanyain kek keadaannya" kesal Erlin dengan wajah cemberut nya "Mama serius sayang" balas Fernyta "Erlin juga serius mama. Ma, Erlin kan berangkat kemarin sendirian. Pulangnya juga sendirian dong. Masa ajak-ajak anak orang pulang sih" terang Erlin "Erlin, kamu kan sudah menikah kenapa masih kayak anak kecil aja sih?" Geram Fernyta "Nah itu mama tau Erlin masih kayak anak kecil kenapa di nikahin coba" balas Erlin "Sudah ahh Erlin mau istirahat" lanjutnya yang kembali menyeret koper dan tas ranselnya memasuki istana termegah dan ternyaman miliknya yaitu kamar yang telah ia tempati dan menjadi saksi tumbuh kembangnya "Ahh nyamannya rumah sendiri. Ternyata surga itu disini. Nikmat mana yang kau dustakan Erlin. Ya Tuhan, nyaman-nya istana ku" gumam senang Erlin yang tengah merebahkan tubuhnya seraya menutup mata diatas ranjang queen size yang ada dikamar-nya "Badan ku terasa lengket dan udah bau banget sebaiknya aku mandi, lalu istirahat" seraya mengendus tubuhnya sendiri Seusai mandi dan mengeringkan rambutnya, Erlin kini telah mengenakan daster. Ya walaupun ia selebgram kekinian, ia sangat gemar mengenakan daster saat di rumah. Apalagi mama nya pengoleksi daster. Dia sangat gemar mengambil daster milik mama nya sehingga Fernyta harus membeli yang baru lagi setiap dasternya berkurang. Erlin telah merapikan kasurnya dan tentu telah meletakkan tubuhnya diatas kasur queen kesayangannya. Erlin meraih ponselnya yang berada di meja samping kasurnya. Seperti biasa sebelum ia tidur Erlin selalu absen di Insta story nya hanya menyapa para penggemarnya di dunia maya. "Halo semua teman online ku. Maaf ya lama gak update di i********:. Udah banyak banget yang nge-DM 'kak kok gak titik-titik story nya' hehehe kalian terlalu menyayangi ku sampai aku tidak online beberapa hari kalian sudah mencariku. Terimakasih untuk kalian semua yang sudah menunggu update-an story ku. Ini aku baru sampai di Jakarta, jadi tungguin story ku yang titik-titik besok ya. I love u all" seraya kiss bye di hadapan kamera ponsel-nya Tok tok tok "Masuk aja ma, kamar Erlin gak dikunci" sahut Erlin pada orang yang mengetuk pintu kamarnya seraya memainkan ponsel "Bandel banget sih kamu sayang, diminta untuk menunggu malah pergi" suara berat lelaki yang berada didekat Erlin sontak membuatnya mengalihkan perhatian pada pintu kamarnya "Kamu??" Seraya mengernyit "Ngapain disini?" Tanya Erlin pada Edgar yang tengah berdiri di antara pintu "Menjemput istri ku" singkat Edgar seraya menutup pintu dan berjalan mendekati Erlin "Pergi sana !! Aku mau istirahat" usir Erlin dengan sedikit geram "Kalau aku tidak mau?" Seraya duduk di kasur samping Erlin berbaring "Terserah !! Aku mau tidur !!" Sahut Erlin seraya membenahkan posisi tidurnya dan menutupi tubuhnya sedada dengan selimut "CAPTAIN !!" protes Erlin pada Edgar yang mencium puncak kapalanya "Gak perlu teriak-teriak sayang" sahut santai Edgar seraya berbaring disamping Erlin "Issh" seraya menutupi tubuhnya kembali namun kini hingga ujung kepala dan memejamkan mata Edgar mengikuti Erlin dan membuat dirinya dalam satu selimut dengan Erlin, memeluk pinggang Erlin dan membuat istrinya merasa risih dengan pelukannya hingga terus saja menggerutu "Captain, tubuh mu lengket. Mandi lah sana!" Kesal Erlin melepaskan pelukan Edgar dan membuat lelaki tersebut semakin tersenyum menyeringai "Aku mau mandi bersama mu" bisik Edgar "Gak, aku udah mandi. Mandi sendiri sana" tolak Erlin mencoba mendorong tubuh Edgar meninggalkan kasur nya "Baiklah aku akan mandi, jangan tinggalkan aku sayang" seraya menuju kamar mandi yang ada di kamar tersebut "Siapa yang mau pergi ?! Lu aja pergi sana. Gua mau tidur" sahut Erlin membenahi posisi tidurnya "Engghhh" Erlin merenggangkan tubuhnya di pagi ini tentu dengan pelukan erat dari Edgar yang tidur disampingnya semalaman Erlin tersenyum menyeringai melihat wajah Edgar yang cool pagi ini. Setelah mereka menikah Erlin tidak pernah membiarkan Edgar tidur satu ranjang dengan nya karena Edgar  selalu saja mengganggu dirinya saat akan tidur "Kamu tampan saat tidur captain, pantes pramugari di maskapai mu banyak yang mengidam-idamkan dirimu" puji Erlin seraya mengusap wajah Edgar yang masih menutup matanya "Pemilik wajah tampan dan idola para pramugari ini suami mu sayang" sahut Edgar yang masih menutup mata sontak membuat Erlin terkejut dan melepaskan tangannya dari wajah Edgar Namun sayang dengan sigap Edgar menahannya. Pipi Erlin terlihat memerah seperti tomat di pagi hari. Membuang pandangan nya dari tatapan mata Edgar. Ia malu seperti tertangkap basah sedang menguntit. Dengan keras Erlin mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Edgar namun tetap gagal. "Lepasin captain" kesal Erlin "Why?" Santai Edgar mencium punggung tangan Erlin "Aku mau mandi. Bagaimana caraku mandi jika satu tangan ku kamu genggam seperti ini." Balas Erlin "Apa seperti ini akan membuatmu kesusahan mandi?" Tanya balik Edgar "Tentulah. Bagaimana caraku mandi dengan satu tangan?" Tanya Erlin "Jangan kan mandi, bergerak menuju kamar mandi saja aku tidak akan bisa jika tanganku terus kamu genggam" lanjut Erlin Edgar segera bangkit dari kasur yang masih menggenggam satu tangan Erlin "Aaaaa" teriak Erlin saat Edgar menggendong tubuhnya dengan bridal "Hei kamu sedang apa?" Bingung Erlin "Mengantarmu ke kamar mandi lalu memandikan mu" santai Edgar "Apa?" Seraya menganga "Bukankah kamu bilang kesusahan untuk ke kamar mandi dan untuk mandi" balas Edgar "Iya tap---" geram bingung Erlin "Hei kau" protes Erlin saat Edgar  meletakkan tubuhnya diatas wastafel di kamar mandi dan mengangkat dasternya "He gila. Berhenti!!" Minta Erlin "Ada apa? Aku sedang membantumu" balas Edgar "Kau gila !! Siapa yang minta bantuanmu" seraya turun dari wastafel "Pergi sana aku bisa mandi sendiri" menarik tangan Edgar hingga Edgar keluar dari kamar mandi yang langsung dikunci dari dalam oleh Erlin "Dasar kapten m***m !! Gila !! Gak waras !! Crazy !!" Teriak Erlin dari dalam kamar mandi membuat Edgar tertawa diluar kamar mandi ---- "Morning mom" sapa Erlin pada Fernyta yang tengah menyiapkan sarapan pagi ini "Morning sayang. Dimana suami mu? Kenapa kamu turun sendirin?" Tanya Fernyta kembali "Dia mandi mom. Mom aku tidak ikut sarapan pagi ini. Aku harus ke kampus untuk mengurus dokumen study ku" "Biar Edgar mengantar kan mu sayang" balas Fernyta "Tidak perlu ma, captain sangat sibuk. Dia juga harus bekerja kan. Aku bisa mengendarai mobil ku sendiri" tolak Erlin "Dia suami mu, mana mungkin pekerjaan lebih penting daripada kamu Lin" sahut Fernyta "Tap--" bantahan Erlin terhenti saat lelaki dari belakang nya menyahuti ucapan mama-nya "Mama benar sayang, tidak ada yang lebih penting daripada kamu. Hari ini aku akan mengantarmu ke kampus. Dan kita akan membereskan barangmu untuk pindah ke apartemen ku" sahut Edgar dari bawah anak tangga dengan mengenakan kaos juga celana tiga perempat "Apa? Apartemen mu. Tidak!! Aku tidak akan pindah dari sini!!" Tolak Erlin "Lin, kalian sudah menikah dan sudah seharusnya kamu mengikuti kemana pun suami mu pergi dan apapun yang suami mu inginkan. Mama sama papa juga sudah setuju kalau kalian tinggal di apartemen Edgar. Edgar sudah meminta ijin pada kami saat di Bali. Lagian kamu juga sangat ingin tinggal disebuah apartemen kan" terang Fernyta "Tap-tapi ma--" ucapan Erlin yang terpotong kembali "Mama benar Lin, kamu sudah menikah gak boleh terus-terusan kekanakan seperti ini" sahut James kakak lelaki Erlin "Kak!!" Protes Erlin "Sudah kamu jangan gerutu terus. Kakak juga bulan depan harus pindah ke Bali untuk mengurus klinik hewan milik ayah disana karena ayah harus fokus dengan bisnis di Jakarta. Kami semua akan sangat sibuk Lin. Lalu siapa yang akan menjagamu seperti kami menjagamu kalau bukan suami mu. Sudahlah jangan seperti anak kecil lagi" terang James "Kalau Edgar menyakitimu, langsung adukan padaku. Aku akan memberinya pelajaran seperti para mantan mu itu" ucap James membuat Erlin tersenyum "Janji" menunjukkan kelingking pada James "Kakak janji" menyahuti kelingking yang diberikan Erlin "Sudah ayo makan dulu, Kakak laper." Ajak James Sarapan pagi pun terasa sangat hangat karena cerita-cerita yang dikeluarkan oleh mama Erlin mengenai Erlin yang selalu manja pada James kakak nya sejak kecil. Mama Erlin yang berprofesi sebagai dokter Anak dan Ayah Erlin yang dulunya berprofesi sebagai dokter hewan hanya memiliki waktu yang cukup sedikit untuk hingga kakak nya lah yang selalu memanjakan Erlin dan membuat Erlin selalu kekanakan saat tidak seorang pun memperdulikannya. James yang mengikuti jejak ayahnya sebagai dokter hewan pun mulai sibuk saat Erlin duduk dibangku kelas XI hingga membuat Erlin lebih gemar berbagi sedikit ceritanya di i********: dan membuat dirinya menjadi selebgram seperti saat ini. "Tuan barang non Erlin sudah saya masukkan ke mobil tuan Edgar" ucap pak Totok salah satu asisten keluarga Jayhop "Apa? Barang? Ouh jadi kalian memang sudah niat mengusirku dari sini" geram Erlin "Oke aku pergi Bye" kesal Erlin meninggalkan meja makan setelah menghabiskan sarapannya "Lin, tunggu mama jelasin Lin" teriak Fernyta "Gak usah. Erlin udah bukan anggota Jayhop lagi kan!!" Balas Erlin yang telah berada di ruang tamu "Gak gitu Lin tap--" ucapan Fernyta terpotong "Captain!! Kau akan disitu terus ?!" Teriak Erlin membuat Edgar bangkit dari meja makan dan berpamitan pada mama dan papa Erlin tentu menyusul istrinya yang sedang merajuk Edgar menyusul Erlin yang telah berada di dalam mobilnya dengan nafas Erlin yang masih berat akibat marah. Edgar mencoba berbicara dengan Erlin "Hei, orang tu--" ucapan Edgar terpotong oleh Erlin "Gak usah ikut-ikutan atau--" ancam Erlin "Oke" balas Edgar yang langsung menancap gas mobilnya meninggalkan halaman rumah Erlin "Kau bilang ini hanya status. Nyatanya kau mengubah hidupku. Membuatku terpisah dari keluarga Jayhop dan mengubah nama keluarga menjadi Geoffroi seenak jidatmu. Kau membuatku semakin jauh dari keluargaku. Aku yang baru saja mendapatkan perhatian mama jadi kehilangan itu kembali" protes Erlin seraya berkaca-kaca menahan air matanya untuk tidak jatuh dihadapan Edgar 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD