Prolog

643 Words
Langit cerah ditemani matahari pagi, udara sejuk yang bersih membuat semua insan menikmatinya, termasuk Veronika. Gadis itu sudah sibuk dengan berkas-berkas yang ada di atas tempat tidurnya. Rambut basahnya ia bungkus dengan handuk, tangannya memilah-milah berkas yang ia cari. “Got it!” girangnya menemukan sebuah jadwal kerja. Veronika mengemas berkas-berkas ke dalam tasnya kemudian mengeringkan rambutnya. Tok.... Tok.... Tok.... Pintu terbuka menampilkan sosok seorang ayah yang terdapat sedikit rambut putih di antara rambut coklatnya. “Di mana schedul para pekerja?” Veronika mengambil berkas yang baru saja ia taruh ke dalam tasnya kemudian menyerahkan pada ayahnya. “Malam ini akan makan malam bersama Mr. Eric Middleton, benar begitu, Pak?” Surya alias Ayah Veronika mengangguk mengiyakan sementara pikirannya jatuh pada schedul yang ada di tangannya kemudian menyerahkannya pada Veronika. “Cepatlah bersiap dan sarapan!” Veronika mengangguk dan melanjutkan mengikat rambutnya, makeup tipis menghiasi wajah cantik naturalnya. Kaki jenjangnya melangkah ke lantai dasar untuk sarapan bersama keluarganya kecuali Ivan dan Liana, kedua kakaknya itu sudah lama menikah. Veronika tidak banyak aksi, ia langsung memakan nasi kuning yang dibuat oleh ibunya, Julia Tan. “Apa kamu sudah punya pacar?” tanya Julia yang membuat Veronika mendengus. “Kamu sudah 24 tahun, Veronika! Jika kamu terus-terusan seperti ini, kamu bisa jadi perawan tua!” Veronika mengerucutkan bibirnya. “Ma, bukankah Mama tahu aku baru saja putus dengan Indra? Dan soal jodoh itu sudah diatur Tuhan.” Julia mencubit gemas pipi anaknya itu. “Baru saja putus? Kamu putus dengan Indra tiga tahun yang lalu, sayang! Kalau kamu begini terus Mama akan menjodohkanmu!” Leo menatap kakaknya itu membuka suara, “Kamu kalah denganku, Kakak.” Veronika mencubit hidung adiknya hingga membuat Leo meringis. “Kamu itu playboy bahkan setiap menit kamu berganti pacar!” Leo tertawa pelan. “Tidak, aku tidak separah itu, Ma!” “Sudahlah, ayo kita berangkat!” ucap Surya berdiri dari kursinya. Julia langsung mencium punggung tangan suaminya diikuti Leo sedangkan Veronika mencium punggung tangan ibunya. Perjalanan ke kantor cukup sepi sebab Surya tidak suka berbicara sambil mengemudi sedangkan Veronika asyik dengan musik yang diputar oleh tape mobil. Sampainya di kantor, Veronika melangkah di belakang ayahnya, senyum profesional tertera pada wajahnya saat pekerja baru berdiri di depan kantor. Gadis itu langsung menghampiri pria berumur 30-an tersebut, sementara ayahnya hanya tersenyum formal dan masuk ke kantor. “Dengan Bapak Suhendra? Ini jadwal kerja Bapak!” Veronika tersenyum ramah. Pria itu mengangguk, berterima kasih dan segera pergi. Veronika masuk ke dalam ruangannya, mencatat pengeluaran kas kecilnya dan mengatur jadwal makan siang bersama kakaknya. Gadis itu mengambil ganggang telepon dan menekan nomor. “Selamat Siang, saya Veronika Setya Zura sekretaris dari Dragon Fire Group. Makan siang bersama Bapak Suryawan akan dilaksanakan pada pukul satu siang di Bigmall Solaria.” Meski ia sedang berbicara dengan kakaknya ia ditekankan untuk bersikap profesional oleh Surya. “...” “Baiklah, semoga hari Anda menyenangkan!” Setelah itu gadis dewasa tersebut menutup sambungan kemudian kembali mengutak-atik kertas yang bercoret tentang larangan hidangan untuk Eric Middleton oleh dirinya. Gadis itu mencocokkan makanan yang ada di sebuah restoran ternama di Samarinda. “Kopi Bapak mana?” teriak sang bos dari dalam ruangannya yang membuat Veronika berdecak kesal. “Iya, Sebentar!” Veronika beranjak dengan high heels-nya untuk keluar. Kaki jenjangnya terus melangkah menuju mobil. Dirinya menyetir hingga sampai di Starbucks. Tatapannya terpaku pada pria bermanik cokelat-kebiruan yang tengah berbicara dengan lawannya, hawa serta aura yang terpancar darinya membuat Veronika terpukau. Gadis itu menggelengkan kepalanya untuk tersadar dan segera melaksanakan tugas meski tatapannya terus mencuri ke arah pria tampan itu. “Nice to see you Mr.Eric Middleton, i hope you like Samarinda because many people here were succses in their business.” Veronika yang menerima kopi pun mematung mendengar nama yang terlontar dari pria tua itu. Veronika membalikkan tubuhnya menatap pria tampan yang sempat menghantui pikirannya sejenak. Eric Middleton?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD