“Ju-an? Kaukah itu?” Lucy melangkah lebih dekat, menatap bayangan pria yang semakin jelas di depan rumahnya. Cahaya dari lampu mobil membuat wajah pria itu sedikit samar, tetapi jantung Lucy terus berdegup kencang. Saat sosok itu semakin dekat, dia yakin betul siapa orang itu. "Juan?" bisik Lucy pelan, hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Akan tetapi, saat dia berusaha menggapai tubuh sang suami, Juan tiba-tiba saja menghilang. Mobil Juan pun tak terlihat. Hanya ada kegelapan malam yang menemaninya. Dia terbangun dengan nafas terengah-engah, matanya memandang langit-langit kamar yang sunyi. "Hah! Ternyata hanya mimpi?" bisiknya pada diri sendiri, kecewa sekaligus lega. Air mata mulai mengalir dari sudut matanya, perasaan rindu yang terpendam pada Juan tiba-tiba membanjiri di