Panti Asuhan Kasih Ibu

1725 Words
Arman baru saja selesai meeting untuk membahas project terbaru yang Arman inginkan segera bisa di launching. Dan tentu saja project baru ini akan segera di launching oleh Arman. Ia sudah mengerahkan  segala waktu, tenaga, dan bahkan uang yang banyak untuk bisa membuat project ini selesai dan bisa segera di launching ke pasaran.  Jam menunjukkan pukul 12 siang ketika Arman selesai meeting. Dan saat ini ia bersiap untuk makan siang dengan sahabat sekaligus partner bisnisnya untuk membahas soal pembangunan apartemen yang ingin di buat di kawasan Bali.  "Puspa setelah makan siang saya tidak akan kembali ke kantor lagi. Jadi jika ada pekerjaan lain yang belum saya selesaikan taruh saja di meja saya biar besok pagi saya kerjakan," perintah Arman ketika ia hendak pergi.  "Baik pak. Dan tadi saya juga sudah menghubungiku sekretaris pak Antony jika bapak agak terlambat untuk meeting dan pak Antony bilang jika beliau akan menunggu bapak di restoran," kata Puspa memberi tahu sang bos. "Ok...." Setelah mendengar penjelasan dari Puspa Arman pun berjalan menuju mobilnya yang sudah terparkir di lobby kantornya. Dan selama perjalanan menuju lobby beberapa karyawan pun tampak menyapa Arman. Arman memang terkenal sebagai bos yang ramah jadi tak khayal semua karyawan di perusahaan sangat mengenal sang bos. Sesampainya di lobby Arman langsung masuk ke mobilnya memang yang sudah disiapkan oleh supir di kantornya. Arman memang lebih suka membawa mobilnya sendiri apalagi setelah ia meeting nanti siang ia akan langsung menuju panti asuhan untuk bertemu adik-adik di panti asuhan.  Arman pun segera melajukan mobilnya menuju restoran dimana sahabatnya Antony menunggunya.  Tak butuh waktu lama untuk Arman bisa sampai di restoran yang dituju. Setelah memarkirkan mobilnya Arman pun segera masuk karena ia sudah terlambat hampir setengah jam dan ia merasa tak enak. Walaupun Antony adalah sahabatnya tapi tetap saja secara profesional mereka adalah rekan bisnis.  Ketika ia berjalan masuk dari kejauhan ia bisa melihat Antony melambaikan tangannya untuk mengatakan jika dirinya ada disini.  "Sorry aku terlambat tadi meetingnya agak lama jadi aku terlambat datang kesini," kata Arman merasa bersalah.  "Gak masalah kok. Tadi sekretaris kamu Puspa sudah memberi tahu sekretaris aku kalau kamu akan datang terlambat. Aku juga Harun aja datang 10 menit yang lain jadi gak usah merasa gak enak segala. Kita sudah bersahabat lebih dari lima tahun jadi aku bisa mengerti gimana sibuknya seorang Armandito Gunawan," jawab Antony mengerti.  "Gak gitu juga. Arman yang sekarang sama Arman yang dulu masih tetap sama. Bedanya cuma sekarang kita sudah sama-sama menua," kata Arman mengeluarkan candaan agar suasana tak tegang.  "Iya kamu benar kita udah sama-sama menua. Bahkan aku sebentar lagi akan menjadi seorang ayah jadi sudah di pastikan aku akan jadi bapak-bapak," jawab Antony setuju dengan apa yang dikatakan oleh Arman.  "Memang kapan Lidya melahirkan?" tanya Arman yang mulai terlihat nyaman.  "Kata dokter dalam 2 Minggu kedepan tapi tetap aja aku dan Lidya harus bersiap karena kapan pun bisa saja Lidya melahirkan. Maka dari itu aku mau kita ketemu saat ini mau membahas soal project kita. Aku takutnya nanti gak bisa mengerjakannya karena harus fokus sama Lidya." Antony pun mengatakan maksudnya tentang meeting hari ini. Arman sudah mengenal Antony sejak lama. Bahkan bisa dibilang sejak dirinya merintis bisnisnya. Saat itu Arman ingin membangun semua hotel dan resort setelah ia mendapatkan investasi dari investornya. Saat itu Arman memang belum memiliki pengalaman apapun soal property. Dan karena itu banyak arsitek tak mau bekerja sama dengannya. Tapi ketika ia bertemu dengan Antony dan mengatakan maksudnya Antony pun mau bekerja sama dengan dirinya. Hingga akhirnya mereka pun berhasil membangun hotel dan resort. Dan dampak dari kerja sama mereka yang pertama itu usaha mereka sama-sama maju dengan pesat hingga saat ini. Jadi bisa dibilang keduanya sudah tahu satu sama lain apa yang diinginkan.  "Kalau gitu kita pesan makanan dulu aja. Aku udah lapar soalnya," kata Arman yang memang sudah merasa lapar.   "Ok...." Mereka pun memesan makanan dulu sebelum akhirnya mendiskusikan soal project bersama mereka. Walaupun keduanya termasuk seorang yang kaya dan sukses serta sudah lama juga tinggal di luar negeri tapi selera makan mereka masih suka dengan makanan Indonesia.  "Jadi kita sepakat dengan apa yang kita putuskan hari ini ya Arman. Jika setuju aku akan segera menyuruh tim aku untuk segera memproses semuanya. Jadi jika sewaktu-waktu aku gak bisa datang ke kantor ada yang bisa mengambil alih pekerjaan ini. Karena aku sedikit khawatir kalau Lidya akan melahirkan lebih cepat," kata Antony menanyakan lagi tentang beberapa hal yang telah mereka putuskan hari ini.  "Ok kita jalankan aja apa yang kita sepakati hari ini. Nanti kalau ada yang kurang bisa kita diskusikan lagi. Kamu lebih baik fokus dengan Lidya dulu aja. Dia pasti sedang sangat membutuhkan kamu menjelang hari kelahirannya. Aku jadi tak sabar untuk segera melihat keponakan aku," jawab Arman yang terlihat antusias.  Arman memang sangat menyukai anak kecil. Mungkin latar belakangnya yang dulu sering mengurus anak-anak di panti membuat dirinya menjadi suka dengan anak-anak.  "Kenapa kamu gak kayak aku sama Lidya. Secara umur kamu sudah sangat cukup untuk menikah. Dan dari financial siapa sih yang tak mengenal Armandito Gunawan seorang pengusaha muda yang sukses dan kaya raya. Selain itu kamu juga sudah siap jadi seorang ayah. Apa perlu aku kenalkan sama beberapa teman aku apa Lidya buat dijadiin calon istri?" tanya Antony menawarkan bantuan. "Hahahaha...." Bukannya marah Arman malah tertawa mendengar bahwa sahabatnya sedang mencoba menjodohkan dirinya lagi. Memang tidak kali pertama Antony mencoba menjodohkan dirinya dengan beberapa kenalannya tapi Arman masih tak mau karena sebenarnya hatinya sudah diisi oleh teman masa kecilnya ketika di panti yang sampai saat ini tak tahu dimana keberadaannya.  "Aku bisa cari calon istri sendiri jadi gak usah mencoba menjodohkan aku dengan teman-teman kamu ataupun Lidya," kata Arman menolak tawaran dari Antony. Antony pun hanya bisa menerima saja penolakan dari sahabatnya itu. Karena memang niat awalnya hanya ingin mencarikan teman hidup untuk sahabatnya. Tapi selama ini sahabatnya itu selalu saja menolak. Sebenarnya Antony tahu alasan kenapa Arman menolak setiap dirinya ingin menjodohkan Arman dengan teman wanitanya. Alasan utamanya adalah sudah ada wanita lain yang mengisi hati seorang Armandito Gunawan. Dan sampai saat ini sahabatnya itu sedang mencari keberadaan dari cinta pertamanya itu.  "Jangan-jangan kamu masih mencari teman masa kecil kamu itu?'" tebak Antony.  Tak ada jawaban dari Arman tapi Antony bisa tahu jika sahabatnya ini memang sedang menunggu dan mencari teman masa kecilnya itu.  "Arman ini sudah lebih dari 15 tahun dan kamu masih mau menunggu teman masa kecil kamu itu? Kita gak tahu dia dimana? Apa dia masih sendiri atau mungkin sudah menikah? Kita sama-sama gak tahu. Jadi daripada menghabiskan waktu dengan menunggu lebih baik buka hati kamu untuk wanita yang baru. Aku Jamik hidup kamu gak akan pernah kesepian lagi." Antony mencoba menasehati sahabatnya itu.  Arman tersenyum mendengar nasihat yang disampaikan oleh Antony. Dan ia sangat berterima kasih jika sahabatnya itu masih peduli kepada dirinya.  "Siapa bilang aku kesepian? Aku gak pernah merasa kesepian. Aku masih punya kamu dan Lidya. Dan juga ada ibu Sarita beserta adik-adik panti. Jadi aku gak merasa kesepian. Jadi kamu gak usah khawatir aku pasti akan baik-baik aja," kata Arman menenangkan Antony.  Antony pun tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia pun hanya bisa mendukung apapun yang diputuskan oleh Arman. Ia tahu sahabatnya itu sudah memutuskan apapun yang terbaik untuk dirinya.  Dan setelah itu mereka sedikit mengobrol tentang bisnis dan dengan obrolan ringan lainnya. Sampai akhirnya Antony harus pulang duluan untuk mengantarkan Lidya istrinya check up ketika dokter. Sementara itu Arman pun bersiap pergi ke panti untuk menemui ibu Sarita dan adik-adik panti.  Dengan membawa beberapa makanan yang sudah Arman beli ia pun segera meluncur ke panti asuhan. Untung saja saat itu jalanan tak begitu padat sehingga Arman bisa sampai panti lebih cepat.  "Panti asuhan kasih ibu" Begitu nama yang tersemat untuk panti yang dulu sudah menyelamatkan hidupnya setelah kedua orang tuanya membuangnya. Dan ketika berada disini Arman merasa sangat senang.  "Kak Arman....." Melihat kedatangan Arman adik-adik panti langsung berlari menuju Arman. Dan Arman secara otomatis langsung menyunggingkan senyum manisnya.  "Wah kalian sudah nunggu kakak ya. Sebagai hadiah kalian sudah nunggu kakak maka kakak belikan kalian makanan cepat saji untuk kalian semua," kata Arman penuh suka cita.  "Hore....." Anak-anak panti itu sangat senang karena bisa merasakan makanan cepat saji yang memang sangat mereka sukai.  "Ira tolong bawain makanannya dan bagi buat adik-adik dengan adil ya," pinta Arman pada salah satu anak panti yang sudah agak besar. "Iya kak," jawab Ira mengambil bungkusan yang berisi makanan.  Setelah itu anak-anak panti pun segera mengikuti kemana Ira pergi karena mereka tak sabar untuk memakan makanan yang di bawa Arman.  Sementara itu Arman memilih urnjk menemui ibu Sarita. Arman tahu jika Bu Sarita pasti saat ini sedang berada di kamarnya karena usianya yang sudah tak lagi muda membuat beliau tak sekuat dulu.  "Ibu Arman datang," kata Arman ketika masuk kamar ibu Sarita.  "Ehhh kamu udah datang," jawab Ibu Sarita yang sedang berbaring di ranjangnya.  "Udah Bu gak usah bangun. Ibu pasti lelah jadi ibu istirahat aja." Arman berusaha untuk mencegah ibu Sarita bangun dari ranjangnya.  "Gimana kabar kamu? Kamu terlihat agak lelah? Semuanya baik-baik aja kan?" tanya Bu Sarita penuh sayang.  "Iya Bu Arman baik-baik aja. Mungkin karena di kantor lagi ada project baru jadi agak kurang tidur," jawab Arman menggengam tangan ibu Sarita.  "Kalau gitu sini tidur di samping ibu. Dulu ketika kecil kamu sering banget tidur sama ibu kalau gak bisa tidur," kata Bu Sarita mengingatkan soal masa lalu.  Arman segera merebahkan tubuhnya di samping Bu Sarita.  "Ibu gak menyangka anak yang dulu kurus dan susah makan sekarang sudah menjadi laki-laki dewasa yang tampan dan sukses. Ibu bersyukur kamu bisa menjadi orang yang sukses walaupun dulu ibu tak bisa memberikan yang terbaik buat kamu," kata Bu Sarita sambil mengelus kepala Arman.  "Ibu sudah memberikan banyak hal untuk aku. Ibu memberikan hidup yang baru buat aku dan aku sangat bersyukur akan hal itu. Mungkin jika aku gak ibu rawat mungkin aku akan mati saat itu juga. Tapi ibu dengan penuh kasih sayang merawat aku hingga menjadi Arman yang seperti ini. Dan aku sangat bersyukur akan hal itu," kata Arman yang perlahan mulai terlelap tidur.  Dan benar saja elusan tangan ibu Sarita benar-benar manjur sehingga membuat Arman pun langsung terlelap tidur dengan sangat nyenyak. Ibu Sarita tersenyum ketika melihat Arman sudah terlelap tidur. Ia tahu Arman yang sudah ia anggap putranya sendiri ini pasti sangat lelah dengan pekerjaannya. Dan sebagai seorang ibu ia hanya bisa berdoa agar anaknya ini bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya.  See you next chapter.... Happy reading....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD