Di luar, udara malam terasa dingin, tetapi Kaia hampir tidak merasakannya. Ia melangkah cepat menuju jalan utama untuk memanggil taksi. Pikirannya dipenuhi oleh satu nama, yaitu Zeff. Meskipun dia berusaha untuk tidak terlalu memikirkan pria itu, ada sesuatu yang tidak bisa diabaikannya. Zeff adalah bagian dari hidupnya—dalam cara yang rumit dan tak jelas. Ia tahu bahwa Zeff tidak akan membiarkannya jika dia terlambat karena tak suka pada orang yang tak disiplin. Taksi tiba setelah beberapa menit. Kaia memberi alamat Mansion Zeff kepada sopir, dan kendaraan itu melaju membelah malam. Selama perjalanan, Kaia mencoba menenangkan pikirannya. Ia tidak tahu bagaimana reaksi Zeff ketika dia tiba di mansionnya begitu larut malam. Apakah Zeff akan marah? Atau justru bertanya mengapa d