Pada hari Senin tepat pukul 08.00, Rissa tiba di perusahaan tempatnya bekerja bersama Kevin. Ini adalah kali pertama mereka datang bersama. Pagi itu Kevin memang sengaja menjemput Rissa di apartemennya, lalu mereka berangkat bersama. Ya, sejak kemarin Rissa sudah tak lagi tinggal di kosannya dan pindah ke apartemen yang difasilitasi oleh perusahaan untuk sekretaris CEO. Bahkan dalam waktu dekat mobil dari perusahaan pun akan tiba untuk Rissa gunakan.
"Pak Kevin, makasih ya," ucap Rissa saat mereka di dalam lift.
"Makasih untuk apa?" tanya Kevin seraya menatap lembut sang sekretaris yang berdiri di sebelahnya.
"Makasih karena Bapak udah jemput saya dan kasih tumpangan sampai ke kantor."
"Ya ampun, kirain makasih kenapa. Sama-sama, Rissa. Kalau kamu mau bareng setiap hari sama saya nggak apa-apa kok, bilang aja ya, jangan sungkan." Kevin menjawab seraya menawarkan dan tersenyum hangat.
"Kalau saya udah ada mobil, saya jalan sendiri aja, Pak."
"Oh iya. Laporannya sih dua hari lagi mobil kamu dikirim." Mendengar penuturan Kevin membuat Rissa mengembangkan senyuman.
"Makasih banyak ya, Pak, karena Bapak yang rekomendasiin saya buat dapatin fasilitas tempat tinggal dan kendaraan. Saya nggak akan lupain kebaikan Pak Kevin."
Rissa yang merasa bersyukur membungkuk hormat penuh rasa terima kasih, sampai akhirnya lift berhenti di lantai delapan, wanita itu pun keluar dari lift setelah berpamitan pada Kevin. Ya, mereka berpisah di sana karena Rissa memutuskan langsung pergi ke ruang meeting, sementara Kevin harus pergi ke ruangannya lebih dulu untuk mengambil berkas penting.
Sebagai sekretaris yang selalu berpenampilan rapi dan profesional, Rissa mengenakan setelan kerja yang elegan. Ia melangkah masuk ke ruang meeting yang sudah ditata rapi dan siap untuk digunakan. Sebagai orang pertama yang masuk ke ruangan jelang meeting dimulai, Rissa menyambut kedatangan tim manajemen yang hadir seperti manajer proyek, manajer pemasaran, dan manajer penjualan. Ada juga tim teknis seperti arsitek, desainer interior, dan konsultan properti. Mereka sempat berdiskusi sejenak membahas materi meeting pagi ini, saling berbagi informasi, sampai akhirnya diskusi mereka berakhir saat pihak klien tiba di lantai delapan, dan tengah melangkah menuju ruang meeting.
Dengan senyuman dan penuh keramahan, Rissa menyambut hangat klien dari Bogor yang baru saja tiba untuk menghadiri meeting penting. Mereka adalah CEO hotel dan resort yang datang bersama wakil, asisten, dan sekretarisnya.
"Selamat datang, Pak Harry. Perkenalkan saya Clarissa Lavioleta, sekretaris dari Pak Kevin. Silakan duduk, Pak." Dengan suara lemah lembut yang mengalun sempurna, Rissa menyapa CEO tersebut dan mempersilakannya untuk duduk. Begitupun dengan wakil, asisten, dan sekretaris Harry.
"Terima kasih, Mbak Clarissa." Harry dengan sopan menjawab dan kemudian duduk, diikuti oleh yang lainnya.
Tim dari perusahaan properti juga tidak lupa menyapa klien dan mereka saling berkenalan.
Ruang meeting yang elegan sudah siap dengan meja besar di tengahnya, dikelilingi kursi-kursi nyaman yang sebagian sudah terisi. Di depan ruangan, terdapat proyektor yang menampilkan slide presentasi proyek besar yang akan dibahas hari ini. Proyek tersebut adalah pembangunan hotel dan resort yang sangat strategis di Kota Bogor, sebuah proyek ambisius yang membutuhkan perhatian dan detail yang cermat.
Rissa sempat menjawab beberapa pertanyaan dari Harry, menemaninya berbincang santai sejenak, selagi menunggu kedatangan Kevin.
Tak lama kemudian, Kevin masuk ke ruang meeting dengan langkah mantap. Aura kepemimpinannya terasa kuat, memberikan rasa percaya diri kepada semua yang hadir. Kevin menyapa kliennya dengan ramah, lalu mempersilakan semuanya untuk kembali duduk.
Rissa segera mempersiapkan diri untuk memulai presentasi. Dengan tenang, ia membuka slide pertama, dan mulai menjelaskan rencana pembangunan hotel dan resort tersebut, dari desain arsitektur hingga strategi pemasaran.
Suasana di ruang meeting menjadi serius dan penuh semangat. Pihak klien mendengarkan dengan seksama, sesekali mengangguk setuju dengan penjelasan Rissa. Kevin yang duduk di ujung meja, sesekali memberikan tambahan informasi dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh klien.
Presentasi berjalan lancar dan Rissa berhasil menyampaikan semua poin penting dengan jelas dan meyakinkan. Setelah presentasi selesai, diskusi berlanjut dengan lebih mendalam, membahas detail teknis dan timeline proyek. Rissa merasa lega dan puas melihat respon positif dari klien, sementara Kevin memberikan senyuman bangga atas kerja keras Rissa.
Apa yang terjadi di ruang meeting saat itu menggambarkan profesionalisme dan kerjasama yang solid antara Kevin dan Rissa, bersama tim yang sudah beberapa kali mengadakan meeting untuk menyukseskan proyek besar tersebut.
Pertemuan itu dimulai pukul 09.00 dan berlangsung selama tiga jam, berakhir pada pukul 12.00. Pertemuan itu sukses. Mereka mengakhiri meeting dengan saling berjabat tangan, menandai awal kerjasama yang produktif.
"Kamu mau makan siang di mana?" tanya Kevin pada Rissa yang mulai merapikan berkas-berkas di atas meja.
"Sadrasa Kitchen & Bar gimana, Pak?" jawab wanita itu yang hampir selesai merapikan semuanya.
"Boleh! Jangan lupa ajak yang lainnya ya untuk merayakan kesepakatan kita yang sukses hari ini. Saya tunggu kamu di mobil!"
"Siap, Pak. Bapak duluan ya, nanti saya nyusul," jawab Risaa yang bersiap untuk memberi tahu tim yang masih berada di ruangan tersebut.
***
Rissa masuk ke mobil Kevin yang menunggunya di depan lobi. Wanita itu tersenyum manis menyapa atasannya yang rela menunggunya menyelesaikan pekerjaannya di ruang meeting hanya demi seorang sekretaris.
"Maaf ya, Pak, udah bikin Bapak nunggu," ucap Rissa berbasa-basi begitu duduk di kursi samping kemudi.
"Nggak apa-apa kok, Rissa, kan saya yang pengen nunggu kamu. Kita jalan sekarang ya!" jawab Kevin yang selalu terdengar lembut saat berbicara dengan Rissa.
Mobil pun melaju pergi meninggalkan lobi perusahaan yang luas. Mereka pergi berdua menuju restoran, sementara timnya yang lain naik kendaraan masing-masing.
"Rissa, gimana kalau sore nanti saya antar kamu pulang ke rumah?" tanya Kevin membuka obrolan karena kemarin ia tidak jadi pergi menemani Rissa bertemu orang tuanya karena sepulang survey lokasi, Rissa disibukkan dengan kepindahannya dari kosan ke apartemen, beruntung ada Kevin yang membantunya.
"Nggak usah hari ini nggak apa-apa kok, Pak, bisa kapan-kapan aja. Kebetulan saya udah telepon ayah dan bunda, mereka bahagia banget dengar saya udah putus sama Alex."
"Serius?" tanya Kevin yang merasa lega karena Rissa sudah bercerita pada orang tuanya.
"Iya, Pak, malah katanya hari Minggu ayah dan bunda mau main ke apartemen, pengen lihat tempat tinggalku yang baru, sekalian bunda mau bawa masakan yang dimasak dari rumah, dan saya diminta undang Bapak buat makan bareng sama kita. Bapak bisa datang nggak?"
Tanpa berpikir panjang Kevin langsung menganggukkan kepala. "Bisa! Saya akan datang ke apartemen kamu untuk makan bareng sama kalian."
Rissa tersenyum melihat Kevin yang tampak bersemangat saat memberi jawaban. "Ah, makasih ya, Pak, udah menyempatkan waktu untuk datang dan ketemu sama ayah dan bunda."
"Seharusnya saya yang bilang makasih karena udah diundang sama kalian. Oh ya, boleh saya tanya sesuatu?" Kevin mengakhiri kalimatnya dengan sebuah pertanyaan yang membuat pria itu terus memikirkannya setiap waktu.
"Tanya apa, Pak?"
"Soal perkataan kamu yang minta saya nikahi untuk mempertanggungjawabkan kesalahan kita malam itu. Itu serius, kan? Maksudnya, kalau kamu memang siap, saya akan minta orang tua saya untuk datang ketemu sama kamu dan orang tuamu."
"Apa? Saya bilang begitu? Kapan?" tanya Rissa yang syok hingga kedua matanya terlihat membulat sempurna.