Hari pertama setelah Daniel melamarnya, saat di kantor wajahnya terus memerah mengingat perkataan Daniel yang begitu manis di ingatan. Namun, semua itu tidak membuat Vhena kehilangan fokus dalam pekerjaannya. Ia sudah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, hingga ia dapat pulang lebih awal meski ia ingin terus bekerja sampai malam hari.
"Miss Vhena," panggil seorang wanita yang merupakan satu divisi dengannya.
Vhena menoleh lalu tersenyum pada temannya yang sudah siap-siap ingin ikut pulang,"Ada apa?" tanya Vhena sambil melihat ponsel pintar miliknya.
"Apa kau ingin makan malam bersamaku? Aku baru saja mendapatkan bonus," jawab wanita itu sambil berbisik.
Melihat ke arah layar ponsel, Vhena mendapatkan beberapa pesan dari Daniel. Ia lupa untuk melihat pesan di ponselnya jika sedang bekerja, satu pesan masuk kembali ia dapatkan.
Apa kau sibuk hari ini? Aku ingin mengajakmu makan malam.
-Daniel Romero-
Vhena tersenyum lalu membalas pesan itu, meminta maaf karena ia sedari tadi sibuk dan juga akan pergi bersama dengan teman wanitanya. Vhena menoleh ke arah wanita yang sudah menunggu jawabannya.
"Kau akan mentraktirku di mana, Sherly?" tanya Vhena tak lepas dari senyumannya.
"Restoran mahal, sekali-sekali kita harus datang ke restoran mahal untuk menikmati hidup, bukan?" jawab Sherly dengan semangatnya.
"Aku setuju jika kau yang mentraktir," jawab Vhena sambil mengamit lengan Sherly dan menariknya menuju lift.
Sherly Houdtson, berusia 25 tahun dan sudah memiliki kekasih. Ia berteman dengan Vhena sudah beberapa tahun ini, Sherly merupakan wanita yang berkebalikan dengan Vhena. Vhena yang terbilang cukup pendiam tetapi tidak anti sosial, sedangkan Sherly merupakan tipe yang aktif dan banyak bicara. Sherly merupakan sahabat terbaik Vhena, karena wanita itu tidak hanya baik meski cara bicaranya yang terlalu jujur. Sherly merupakan sahabat terbaik, karena setiap wanita itu meminjam uang, ia selalu mengembalikkannya tepat waktu dan tidak kurang.
Vhena cukup mengagumi Sherly yang berusaha untuk mengganti uangnya, meski ia harus menjual barang-barang miliknya yang terlihat menumpuk di kamar apartemen. Sherly juga sering membantunya dalam hal apapun, termasuk menghilangkan jejak dari pria yang pernah mengincar Vhena.
Menaiki bus, mereka menuju 135 West 50th Street, di mana restoran mewah The Little Beet berdiri. Vhena dan Sherly memasuki restoran mewah itu dengan dagu sedikit terangkat ke atas, menandakan jika mereka mereka berdua bukanlah orang biasa.
"Selamat datang, Miss. Apa Anda sudah reservasi tempat sebelumnya?" tanya seorang pelayan yang menghampiri mereka berdua.
"Ya, atas nama Sherly," jawab Sherly dengan senyum yang tidak sampai ke mata.
Pelayan itu melihat data reservasi melalui tablet di tangannya, pelayan pria itu langsung saja tersenyum lalu mempersilahkan Vhena dan Sherly.
"Silahkan ikuti saya," jawab pelayan itu dengan senyum ramah.
Mereka berdua mengikuti pelayan pria itu sampai ke meja dekat dengan jendela. Pemandangan yang cukup indah dari dalam restoran, Vhena tidak akan pernah memasuki restoran ini jika bukan Sherly yang mengajaknya. Ia tidak suka membuang-buang uang hanya untuk mengisi perutnya. Ia butuh uang itu untuk adiknya yang ingin melanjutkan kuliah kedokteran.
"Ada apa dengan raut wajahmu itu, huh?" tanya Sherly yang melihat raut wajah sahabatnya itu murung.
"Tidak, aku hanya teringat satu hal," jawab Vhena sambil kembali tersenyum menata sahabatnya itu.
"Biaya sekolah adikmu?" tebak Sherly dan Vhena mengangguk.
"Lupakan itu sejenak, saat ini makanlah apa yang ingin kau makan," lanjut Sherly sambil memilih menu makanan.
Vhena akhirnya hanya mengikuti apa yang dikatakan Sherly, santai sejenak dan makanlah apa yang ingin ia makan. Sampai ia baru ingat satu hal, Vhena membuka kembali ponsel pintar miliknya dan terdapat beberapa pesan.
Aku akan menunggumu di butk Designer Loft, alamatnya ada di 226 West 37th St, lantai dua pukul 9 malam.
-Daniel Romero-
Vhena melihat jam di pergelangan tangannya, masih pukul enam sore. Ia langsung saja menghubungi Daniel sambil menunggu makanan datang di atas mejanya. Tepat dering kedua Daniel mengangkat telepon itu.
"Vhena?" tanya Daniel memastikan.
"Ya, ini aku. Aku hanya ingin memastikan dengan pesanmu yang baru saja aku baca," jawab Vhena an Sherly mulai menguping pembicaraan sahabatnya.
"Ahh, ya itu benar. Kita harus pergi ke sana untuk memilihkan gaun pengantinmu, bukan?" jawab Daniel yang terdengar sama sekali tidak gugup, berbeda dengannya yang kebingungan harus mengatakan apa.
"Tapi-"
"Hari ini kita memesan gaun, besok kita akan ke rumah orangtuamu. Aku harus mendapatkan restu mereka juga," putus Daniel, Vhena hanya memutar bola matanya jengah.
"Baiklah, aku akan pergi ke butik setelah acara makan malamku selesai." Jawab Vhena dan ia mendengar suara kekehan dari seberang sana.
"Aku akan menjemputmu, katakan saja di mana saat ini kau berada," jawab Daniel.
"The Little Beet," jawab Vhena sambil menatap raut wajah sahabatnya yang tersenyum lebar.
"Baiklah, kabari aku jika kau sudah ingin pergi, sampai jumpa." Jawab Daniel yang terdengar senang di telinganya.
"Sampai jumpa," jawab Vhena dan langsung meletakkan ponsel pintarnya di atas meja.
Sherly menatap Vhena dengan penuh senyuman, sebelum ia mulai mengejek sahabatnya itu, pelayan sudah datang dengan makanan yang mereka pesan. Sherly lebih memilih untuk fokus terhadap makanannya, ia bisa menanyakan perihal suara lelaki itu nanti.
Mereka makan sambil sesekali Sherly menanyakan hal ringan, tetapi Wanita itu tidak pernah menanyakan tentnng Ibu, kakak dan adik Vhena. Karena ia tahu, Vhena tidak suka membahasnya. Apalagi mengenai tentang Ibunya, yang menyebabkan kematian Ayahnya sendiri. Setelah mereka selesai makan, Vhena kembali melihat jam tangan di pergelangan tangannya.
"Jadi, siapa pria yang kau hubungi itu?" tanya Sherly mengalihkan pandangan Vhena.
Vhena menelan salivanya susah payah,"Aku juga baru mengenalnya kemarin," jawab Vhena sambil menyembunyikan wajahnya yang tersenyum kecil.
"Lalu?"
"Pria itu bernama Daniel Romero,"
"Dan?"
"Ia langsung melamarku,"
Sherly mengangguk, tapi setelah itu ia hampir saja menyemburkan minumannya.
"Oh s**t! Apa katamu tadi?"
"Daniel langsung melamarku,"
"Maksudmu menikah?" Vhena mengangguk sambil tersenyum ke arah sahabatnya.
"Dengan pria yang baru bertemu denganmu hari itu juga?" lagi-lagi Vhena mengangguk.
"Apa kau menerimanya?"
"Yes."
"What the hell!"
Vhena tertawa kecil melihat raut wajah Sherly yang sepertinya ingin memaki, jika saja mereka bukan berada di restoran mewah. Sherly menatap sahabatnya dengan lekat-lekat untuk meminta penjelasan, tetapi Vhena hanya tersenyum dengan sudut bibirnya yang berkedut.
"Kau pasti bercanda," ujar Sherly dengan raut wajah serius.
"Setelah ini aku ingin pergi ke butik Designer Loft untuk melihat-lihat gaun pengantin yang akan ku pakai nanti," jawab Vhena dan ia melihat jam menunjukkan pukul delapan malam.
"Kau harus menceritakan semuanya besok padaku!" putus Sherly, karena besok hari libur nasional dan mereka tidak bekerja saat tanggal merah.
"Maaf, tetapi pernikahan kami akan di langsungkan dalam empat hari lagi. Jadi besok adalah waktunya aku mengenalkan dirinya pada orangtuaku," jawab Vhena sambil mengrim pesan pada Daniel.
"Empat hari?" Sherly menatap tidak percaya ke arah sahabatnya yang tiba-tiba saja akan menikah.
Vhena melihat pesan masuk dari Daniel, jika pria itu sudah berada di luar menunggu dirinya sejak tadi. Vhena langsung saja membulatkan kedua matanya jika Daniel rela menunggunya di luar.
"Aku akan menceritakannya padamu lain kali, saat ini ia sudah menungguku di luar. Terimakasih atas makanannya, sampai jumpa," jawab Vhena langsung mengecup pipi Sherly, wanita itu dengan sedikit terburu-buru keluar dari restoran dengan wajah segar.
Sherly menatap luar jendela dan mendapati seorang pria tampan menyambut Vhena dengan mengulurkan tangannya dan mencium tangan sahabatnya. Menaiki mobil, mereka berdua mulai meninggalkan restoran itu.
"Pria itu ... sepertinya aku pernah melihatnya, tetapi di mana?"
***