When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Helikopter itu mendarat di kaki Gunung Silawan. Angin memukul-mukul keras badan pesawat, hujan turun deras seperti tamparan dari langit. Balutan kabut dan aroma tanah basah menyambut kedatangan Kolonel Hakim Rajani Jagatara yang turun dari pesawat angkut militer C-130 Hercules yang telah membawanya dari Jakarta. Setelah menempuh waktu tempuh perjalanan udara ke Jayapura, ia segera berganti moda ke helikopter Super Puma milik Skadron Udara 6 TNI AU yang sudah siaga di Lanud Silas Papare, Jayapura. Tanpa basa-basi, helikopter itu mengangkut Kolonel Hakim beserta dua ajudannya menuju koordinat kaki Gunung Silawan, gunung misterius yang belum terlalu terjamah publik namun kerap jadi sorotan karena aktivitas ilegal dan legenda lokal yang tidak pernah dijelaskan dengan terang. Deru baling-bali