FS • 05

1006 Words
LAV baru selesai memindahkan barang-barangnya ke apartemen Lion. Walaupun pria itu menyuruhnya istirahat, nyatanya Lav tidak bisa istirahat sama sekali. Sejak pagi, dia pulang ke kos dan membereskan semua pakaiannya, lalu memindahkannya ke apartemen Lion. Setelah itu, dia membersihkan apartemen Lion yang kotor, lalu membereskan pakaiannya sendiri dan ia simpan rapi di almari. Love hanya berdoa semoga Lion tidak marah-marah, karena almarinya kini dipenuhi pakaian Lav yang tidak terlalu banyak, tapi cukup untuk membuat isi almari kelihatan penuh. Saat ia diusir dari rumah dulu, Lav memang tidak membawa banyak pakaian. Ia hanya mengambil beberapa uang milik keluarganya untuk bekal kemudian. Sejak hari itu, Love menganggap dirinya sebagai orang miskin yang tak memiliki apa pun lagi, termasuk keluarga. Karena ia telah diusir, dicoret dari daftar nama keluarga, dan tak lagi dipedulikan keberadaannya. Lav menghela napas dan mengecek ponsel pintar keluaran lama miliknya. Ada beberapa pesan dari Nisa dan Tama yang bertanya soal keadaannya di grup yang berisi mereka bertiga. Nisa : Lav, lo sakit? Tama : Bukan karena lo abis ngajarin gue, kan? Lav tersenyum tipis, ditatapnya nama grup yang dibuat Nisa setahun lalu itu, "Anti Singa". Lav tahu pasti, Nisa menamai grup itu untuk menolak keberadaan Lion di antara mereka. Karena Lion yang terlalu liar itu tidak begitu dekat dengan mereka, tapi cukup dekat dengan Lav dengan alasan yang sulit diutarakan. Lav : Bukan, kepala gue pusing aja tadi pagi. Nisa : Kok tumben lo ngasih tahu ke Lion, bukannya ke gue? Lav memutar bola matanya mencari alasan yang masuk akal untuk membalas kalimat Nisa. Salah sedikit saja, bisa-bisa hubungannya dengan Lion terbongkar. Lav : Soalnya, tadi pagi dia nanyain tugas, terus sekalian aja gue kasih tahu dia. Tama : Pantesan, kirain lo ada apa-apa sama playboy satu itu. Lav : Wkwkwkwk Nisa : Oh, iya, lo tadi dicariin sama Drake. Kayaknya, sih, dia mau ngajak balikan. Tama : Tolak aja, cowok bedigasan gitu, masa lo masih mau? Nisa : Eh, itu ya terserah Lav, dong. Dia yang punya hak buat berhubungan sama siapa aja. Nisa : Lo cemburu, ya? Lav tidak menanggapi pembicaraan di grup itu lagi, karena ia mulai bertanya-tanya dalam hati. Apa yang diinginkan Drake darinya setelah semua yang terjadi di antara mereka? Lav tahu, Drake bukan orang seburuk yang digambarkan teman-temannya. Drake orang yang baik, walau tingkah dan penampilannya berkebalikan dari itu semua. Namun, Drake memiliki sisi lain yang begitu lembut dan menyenangkan saat hanya berdua dengannya. Love mencari nama Drake di kontak ponselnya dan berniat menghubungi cowok itu, tapi belum sempat ia menekan layar berwarna hijau, Lav lebih dulu mematikan ponselnya. 'Cukup, gue nggak boleh mainin perasaan Drake lagi.' **** Lion mengernyitkan dahi saat kembali ke apartemen. Dia baru saja jalan dengan kekasihnya kemarin yang bernama Anggi, sebenarnya dia sudah bosan dengan perempuan itu, tapi cara dia mengemis cinta darinya membuat Lion mempertahankannya untuk sejenak. "Lav!" panggilnya. Lion menelusuri apartemennya, mencari-cari di mana Lav berada, tapi dia tidak menemukan keberadaannya. Diceknya kamar, berharap Love tidur di sana, nyatanya perempuan itu tetap tak ada. Lion mengernyitkan dahi. "Ke mana dia pergi?" Lion mengeluarkan ponsel dan menghubungi Lav, tapi nomor perempuan itu tidak aktif. "Astaga!" Lion mendekati lemari, berniat mengeluarkan jaket, dan mencari Lav di pusat perbelanjaan yang ada di lantai satu. Namun, ia terkaget saat melihat isi lemarinya yang dipenuhi pakaian asing. Jemarinya menyentuh salah satu kain. "Ini punya ... Lav?" tanyanya. "Tapi, di mana dia?" Lion mengurungkan niat untuk mencari di luar. Alangkah terkejutnya ia saat melihat Lav tertidur di sofa ruang tamu yang membelakangi pintu masuk. Dia tidak menyangka Lav akan berada di sini, tidur nyenyak dengan wajah damai yang menenangkan hati. "Gue kirain lo ke mana." Lion berjongkok, menatap wajah Lav yang begitu damai dibuai mimpi. "Kalau mau tidur, tidur aja di kamar, kenapa malah tidur di sini?" Lion sudah berniat mengangkat tubuh Lav saat tiba-tiba saja dia berhenti. Matanya menatap wajah ayu yang terlihat dipenuhi kasih di hadapannya, lalu ia teringat pada Drake. Mantan kekasih Lav. Pria yang terkenal buruk sampai ke akar-akarnya, tapi entah kenapa Lav selalu membela Drake. Lav selalu berkata, Drake bukan pria buruk seperti yang digambarkan orang lain padanya. Drake lebih baik dari itu. Dan entah mengapa, Lion merasakan sakit di ulu hatinya setiap kali mengingatnya. Dengan pelan, dia mengangkat tubuh Lav dan membawanya ke kamar, membaringkan perempuan itu di tempat yang seharusnya. "Mimpi yang indah, Lav." *** Lav menggeliat pelan dalam tidur nyamannya. Dia membuka mata, melihat kamar Lion yang didominasi cat biru gelap, tak lupa ranjangnya yang berwarna abu-abu. Lav tersentak, ia ingat betul tadi ia tidur di sofa. Lantas mengapa ia bisa sampai di sana? "Udah bangun?" Lion langsung menjatuhkan tubuh dan ikut bergabung dengan Love di atas ranjang. "Enak banget tidurnya, enggak ngajak-ngajak." Lqv tersenyum tidak nyaman, pasalnya Lion terus memperhatikannya. Tatapan Lion seperti singa kelaparan dan Lav tidak siap memberikan hak laki-laki itu sekarang. "Gue tadi abis beres-beres, terus sekalian bersih-bersih, dan——" "Siapa yang nyuruh lo bersih-bersih?" Lion menatap Lav tajam. "Lo bukan pembantu gue, Lav. Di sini, tugas lo cuma satu, ngelayanin gue, enggak ada tugas lain yang harus lo lakuin." "Ta-tapi, tadi apartemen lo kotor, dan gue—" "Gue bisa nyuruh orang lain buat beresin tempat ini. Cukup sekali ini lo bersihin apartemen gue, setelah ini, jangan pernah lakuin lagi." Love menelan ludah susah payah, lalu menganggukkan kepala. "Good." Lion menatap wajah Lav, lalu tubuhnya secara bergantian. "Bisa, kan, ngasih jatah gue sekarang aja?" Lav menggeleng dengan berat, tatapan Lion begitu menakutkan dan sulit ditolak. Namun, dia belum mandi. Dia tidak mau Lion menyentuhnya dalam keadaan seperti ini. Lav tidak siap, jika nantinya Lion berkomentar kalau dia bau dan lain-lainnya. Amit-amit! "Gue belum mandi. Gue mandi dulu, ya, please!" pintanya dengan mata memelas yang membuat Lion menggeram. Laki-laki itu langsung mengunci pergerakan Lav dengan kedua lengannya, sedang bibirnya mulai menjelajahi leher jenjang perempuan itu tanpa meminta izin lebih dulu. "Belum mandi juga gue tetap mau." Lav mendorong Lion dengan cukup keras. "No, gue mandi dulu. Lengket banget, Li, bayangin aja, seharian penuh gue beres-beres dan bersih-bersih, keringetan, bau, masa lo masih mau?" Lion mendengkus. "Gue sih nggak masalah." "Iya, tapi gue yang masalah," balasnya tegas. "Oke." Lion berdecak, ia melepaskan Love dan bangkit dari ranjang. "Mandi dulu, abis itu kita cari makan malam. Lo belum makan dari siang, kan?" Lav memegangi perutnya, berdoa semoga tidak ada suara yang keluar dari sana. Benar-benar ... kalau sampai berbunyi, Lav tidak tahu harus berbuat apa untuk mengenyahkan rasa malunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD