Sial. Kenapa kak Vino harus kembali dan melihat semua ini? Jika sudah seperti ini, bagaimana lagi caraku menjelaskan semuanya? *** "Kau tidak apa-apa?" Gabrian berkata sambil mengedipkan mata. Menatap Gabrian heran, aku melepaskan pelukan. Dapat kudengar langkah kak Vino yang semakin mendekat. Menyadari itu aku langsung menoleh bermaksud memberi penjelasan. Tapi Gabrian sudah mendahului sembari menendang sampah yang berserakan. "Siapa orang bodoh yang membuat sampah berhamburan seperti ini? Hampir saja Raya celaka jika aku tak segera menangkapnya." Dia berbohong. Gabrian berbohong dan pergi meninggalkan kami. Meski cuma kalimat sederhana, tapi ucapan Gabrian mampu membuat raut wajah kak Vino berubah. Dia terlihat khawatir. Mungkin juga merasa bersalah. "Kau tidak apa-apa?" Memegang