Surabaya menjadi tempat pelarian Anisa bersama Zidan. Ditengah gemerlapnya Kota Pahlawan tersebut, Anisa dan Zidan menghabiskan waktu yang tersisa untuk menikmati secangkir kopi panas di atas balkon sebuah hotel ternama. Dingin yang menusuk sampai ke tulang tidak mereka hiraukan sebab kesunyian seperti sekarang inilah, yang mereka butuhkan demi melepaskan penat. “Lo jealous sama Selina?” Zidan membuka suara. Di tempat yang mereka duduki sekarang ini, tak ada yang mengenal mereka atau pun nama yang baru saja ia sebutkan. Dinding-dinding hotel juga tak akan menjadi perantara yang menyampaikan kebenaran pada kekasih sebenernya Andrean. Dalam kata lain, mereka bebas membahas apapun termasuk hubungan tersembunyi Anisa dengan pria itu. “Iya kan?!” Anisa menengadahkan wajahnya yang tertunduk