Bagian 6

1993 Words
Arka dan Dara tengah pergi ke mall bersama Ken salah satu putra Arka. Seperti biasa, Arka akan meluangkan waktunya seminggu sekali untuk keempat putranya secara bergantian. "Ken hati-hati" kata Arka memperingatkan Ken yang tengah berlari di dalam mall Ken berhenti di sebuah kedai ice cream dan meminta ice cream pada Ayahnya. Arka pun mengiyakan permintaan Ken. Arka tidak hanya membeli satu cone ice cream melainkan dua cone, untuk Ken satu dan Dara satu. Ken berlari kembali menuju Playground yang sangat ia tau dimana lokasinya. Ken dengan cepat menghabiskan ice cream nya dan segera masuk ke Playground setelah Arka membeli tiket untuknya. Sedangkan Arka dan Dara menunggu Ken di kursi luar area Playground. "Mas aku ke supermarket dulu yah" pamit Dara yang berdiri dari kursinya "Mau cari apa ?" Tanya Arka dengan datarnya "Keperluan sehari-hari aja" terang Dara "Tunggu sebentar lagi sampai Ken selesai bermain. Kita ke supermarket bersama" pinta Arka diiyakan Dara yang kembali duduk dikursinya Tak berselang lama Ken keluar dari area Playground. "Sudah hafal sama Ken ya mas.. tau aja kalau Ken akan keluar dari Playground dengan cepat" kata Dara yang berjalan beriringan dengan Arka seraya menggandeng Ken "Tentu aku hafal dengan putra-putra ku.. untuk apa setiap minggu aku luangkan waktu buat mereka kalau aku tidak memperhatikan putraku" jawab Arka disenyumkan lebar oleh Dara Arka mendorong troly dengan Ken yang duduk di troly sedangkan Dara mencari barang-barang yang akan ia beli. Mereka hampir 30 menit mengelilingi supermarket namun tidak banyak barang yang ingin dibeli Dara. "Apa Ken hari ini menginap ?" Tanya Dara tanpa melihat Arka "Anak-anak tidak pernah menginap di rumahku" jawab Arka "Apa tidak bisa ada pengecualian untuk hari ini ?" Dara menoleh pada Arka yang berada dibelakangnya "Iya.. akan aku beritahu Xiang Lue, Ken menginap di tempatku hari ini" kata Arka yang disenyumkan lebar oleh Dara Dara kembali melanjutkan belanjanya dan membeli beberapa bahan untuk membuat cake. Setelah selesai berbelanja mereka pun kembali ke rumah Arka. Dara meminta bantuan ART untuk membawa beberapa belanjaan-nya ke dapur dan ia juga membawa beberapa keperluan yang telah ia beli ke kamarnya "Mau masak apa ?" Tanya Arka memperhatikan Dara dari meja makan "Mau bikin cup cake" terang Dara "Kamu bisa buat cake ?" "Mas Arka kira aku cuman bisa makan" Kata Dara disenyumkan tipis oleh Arka Arka menghampiri Dara yang menyiapkan bahan dan Alat masaknya. Arka memeluk Dara dari belakang membuat Dara kesal karena ia tidak bisa bergerak sama sekali akibat menahan tubuh Arka yang bersandar padanya. Arka memasangkan celemek pada Dara dan membantu Dara menguncir rambutnya yang terurai. "Mas Arka mau ngapain ?" Heran Dara melihat Arka juga mengenakan celemek "Membantumu" singkat Arka "Tidak perlu.. mas Arka urus Ken saja" tolak Dara "Ken sedang tidur.. memang apa salahnya membantumu membuat cake.. lagian ini dapurku" jawab Arka "Yaudah terserah mas aja" pasrah Dara kemudian mencuci tangan dan memulai masaknya. Arka yang berkata ingin membantu Dara justru membuat Dara kerepotan dengan tingkah usilnya. Disela-sela memasak cake mereka juga bercanda gurau layaknya pasangan yang tengah masak bersama. "Akhirnya jadi juga" kata Dara setelah cup cake yang mereka buat telah matang dan juga telah dihias Arka mengambil satu cup cake dan memakannya. Ia juga berbagi cupcake yang ia makan dengan Dara. Setelah menyimpan cup cake hasil buatan mereka untuk Ken, Dara pergi ke kamarnya. Arka mengikuti langkah kaki Dara memasuki kamar. "Mas Arka ngapain disini ?" Heran Dara melihat Arka mengikutinya yang akan masuk kamar "Menikmati cup cake ku" ucap Arka langsung mencium bibir Dara dengan ganas dan memeluk Dara dengan satu tangannya. Arka menggendong Dara membawanya masuk ke kamar Dara dan menutup pintunya dengan kencang. Arka meletakkan tubuh Dara di ranjang menjelajahi tubuh Dara dengan tangan dan bibirnya. Arka tidak membiarkan seinch pun tubuh Dara terlewatkan oleh sentuhannya. "Papa" panggil Ken dari luar kamar Menyadari panggilan Ken dari luar kamar Dara mencoba mendorong Arka untuk menjauhi dirinya namun kekuatan Dara tidak sebanding dengan Arka. "Ken manggil itu lohh" kesal Dara menghindari ciuman Arka "Biarkan" sahut Arka yang masih membelai wajah Dara "Papa" teriakan Ken memanggil  kembali Dengan sekuat tenaga Dara menyingkirkan tubuh Arka hingga terbaring di sampingnya. Arka mendengus kesal mengeratkan giginya. Dara yang akan beranjak dari ranjangnya ditarik oleh Arka hingga kembali dipelukan Arka Dara memutas mata kesal seraya  menghela nafas kasar. "Kita lakukan dengan cepat, please" pintanya menatap kedua mata Dara dengan lembut menekan tengkuk Dara mendekatkan kedua bibir mereka Ceklek Dara tersentak kaget hingga bangun dari atas tubuh Arka sebelum pintu kamarnya terbuka "Papa" panggil Ken menemukan Arka berbaring di kasur "Ken" sahut Dara Husssttt Ken meletakan jari telunjuknya di bibir meminta Dara untuk tidak bersuara keras "Papa tidur.. tante ngapain disini ?" Tanya bisik Ken membuat Dara bingung dan langsung menoleh manatap Arka yang ternyata tengah menutup mata. Dara pun tersenyum tipis menahan tawa melihat tingkah Arka "Ahh iya tante tadi mau bangunin papa Ken mau ajak kalian makan cup cake. Tante baru saja selesai buat cup cake untuk Ken" elak Dara "Benarkah.. apa aku boleh memakannya sekarang ?" Tanya Ken dengan senangnya "Tentu.. ayok kita ke dapur makan cup cake bersama" ajak Dara menggandeng Ken "Cepatlah kembali" ucap bibir Arka tanpa bersuara saat Dara menoleh ke arahnya dan menggandeng Ken menuju pintu kamar Dara menyiapkan cup cake yang ia simpan untuk Ken menatap Ken yang dengan lahapnya memakan cup cake buatannya "Apa kamu suka Ken" tanya Dara dianggukan Ken Setelah selesai memakan cup cakenya Dara menemani Ken ke kamar Arka dan bermain bersama Ken ia juga membantu Ken menggosok gigi. Dara mendongengkan sebuah cerita untuk Ken hingga tertidur pulas. Dara membelai wajah Ken memperhatikan Ken yang tertidur nyenyak membuat Dara tersenyum tipis. "Kenapa tidak juga kembali ke kamarmu" ujar Arka menghampiri Dara di kamarnya "Ken baru saja tertidur.. ada apa ?" Tanya Dara beranjak dari ranjang Arka menarik tubuh Dara kepelukannya. Ia semakin mendekat dan menempelkan kedua ujung hidung mereka. "Apa kamu mau kita melakukannya disini" tanya Arka dengan pelan mendapatkan balasan mata membelalak dari Dara disahuti Arka dengan menyeringai Arka menarik lengan Dara keluar kamarnya dengan cepat memasuki kamar Dara. Arka dengan ganasnya mencium bibir Dara seketika ia menutup pintu kamar menuntun Dara untuk berbaring di ranjang. Ia melumat bibir Dara atas bawah bergantian menjelajahi rongga mulut Dara dengan lidahnya menyatukan saliva mereka. Arka menjalarkan ciumannya ke pipi, telinga dan turun di leher Dara meninggalkan bekas disana. "M.. mas.. ahhh... Hhh" rancu Dara merasakan nikmat seketika Arka mengusap area sensitif nya yang masih terbalut kain "Stop please" pintanya "Why.. nikmat kan" bisik Arka "Aku mau mandi lengket" ujar Dara Arka yang tidak ingin melepaskan kungkungan-nya pada Dara dan terus mengeksplor tubuh Dara. Sontak Arka terhenti saat Dara menolak ciuman bibir Arka dan menatap kedua matanya yang memohon "Oke.. oke.. mandi berdua" sahut Arka menjawab tatapan mata Dara Arka tidak melepaskan Dara jika ia tidak mengiyakan-nya pun hanya bisa membuat Dara pasrah. Arka menggendong Dara hingga ke kamar mandi membawanya masuk ke dalam ruang shower. Arka melepaskan baju yang dikenakan dirinya. Ia memutar pancuran air nya hingga membuat Dara yang masih berpakaian lengkap basah kuyup begitu juga dirinya yang masih memakai kain penutup bawahannya Arka mencium ganas Dara hingga membuat wanita didepannya itu kehabisan nafas. Arka mengangkat baju Dara melepaskan kain pembungkusnya, memainkan tangannya pada tubuh Dara membuatnya mengerang. "Do you love me" bisik Arka "Can I" bisik tanya Dara hanya diseringainya Dara melepaskan ikat pinggang Arka lalu menurunkan resleting celana Arka. Dara melorot seraya menatap wajah Arka yang tersenyum menggoda. "Ahh.. sshhh" rancu Arka mengulurkan satu tangan di dinding menopang tubuhnya untuk tidak terperosot "Shit.. ahh" Arka mengulurkan tangan lainnya di kepala Dara dan membantu mempercepat gerakan Dara dengan memaju-mundurkan kepalanya "Ashh.. hhh" Arka mengangkat Dara berdiri dan langsung ia menyambar bibir Dara mengulumnya dengan ganas. Arka melepaskan kain-kain yang masih menutupi Dara dengan kasarnya membuangnya sembarangan Arka mengangkat tubuh Dara menyandarkan punggung Dara di dinding. Dara melingkarkan kakinya di pinggang Arka dan mengalungkan tangannya di leher Arka tanpa melepaskan menciuman mereka. Arka memasuki Dara dengan sekali hentakan membuat Dara mengerang menahan sakit yang nikmat. Arka menaik turunkan tubuh Dara dengan ritme yang terus bertambah hingga beberapa menit dan menurunkan tubuh Dara dari gendongannya memutar Dara menghadap dinding. Dara sedikit membungkuk dengan bertumpukan tangannya yang meremas dinding. Arka memasuki Dara kembali bergerak dengan ritme yang terus bertambah dan lebih cepat dari sebelumnya. Dara mengulurkan satu tangannya ke belakang dan di tahan oleh Arka membuat Arka semakin cepat memaju-mundurkan pinggangnya "Ahh.. hh" "Sshhh.. hh" Desahan terus keluar dari keduanya sampai di titik puncak kenikmatan bersama mereka. Dara dan Arka segera membersihkan diri mereka saling mengusap tubuh satu sama lain dengan sabun dan sesekali menguluarkan desahan saat lawannya menyentuh area sensitif mereka. Dara yang berbalut handuk duduk di wastafel dan Arka dihadapannya. Dara membantu mengeringkan rambut Arka lalu bergantian Arka membantunya mengeringkan rambut. "Apa itu" tanya Arka melihat Dara mengeluarkan botol obat dari laci disamping wastafel kamar mandi "Obat" singkat Dara "Ya tau itu obat.. tapi obat apa.. buat apa kamu minum obat" sahut Arka "Kamu tidak pernah menggunakan pengaman mas Arka.. masih tanya untuk apa obat ini" ujar Dara membuat wajah Arka seketika berubah menatap tajam padanya Arka membuang botol obat digenggam Dara sebelum ia sempat meminumnya. Arka menarik lengan Dara keluar kamar mandi membanting tubuh Dara diatas kasur membuat wanita itu tersentak kaget dan hanya bergidik ketakutan "Apa yang kau lakukan.. kau pikir aku tidak bisa membiayai anakmu kalau kau hamil.. apa kau pikir aku tidak akan tanggung jawab seperti om mu itu yang hanya menggunakan mu lalu membuangmu" sentak Arka dengan wajah memerah mata melotot "M-maaf" kata yang keluar pelan dari mulut Dara yang menunduk ketakutan Arka mengukung tubuh Dara dibawahnya mencium Dara dengan ganas dan kasar. Tidak hanya sebuah tanda yang ia tinggalkan di leher Dara tetapi juga luka hingga darah keluar dari bibir Dara Dara yang menahan sakit dan air yang akan menetes merasakan sakit teramat di dadanya. Ia merasa sesak hingga kesusahan bernafas. Arka tidak berhenti begitu saja. Ia melepaskan balutan handuk dari tubuh Dara juga balutan handuk di pinggangnya. "Ahh.. hhh" rancu Dara mendapat jilatan di pusarnya dan satu jari Arka memasuki Dara Arka mengeluar masukkan jari telunjuk kanannya dengan kasar dan semakin cepat. Sedangkan tangan kirinya meremas kasar d**a Dara. Dara menggeliat mengeluarkan desahan secara terus-menerus merasakan panas di sekujur tubuhnya "Please.. please" rancu Dara yang mulai frustasi dengan rasa panasnya Arka tidak mengiyakan permintaan Dara. Ia justru hanya menggesekkan miliknya di area sensitif Dara dan terus menjelajahi tubuh Dara dengan ganas semakin menambah rasa frustasinya. "Stop.. stop.. please" tangisan Dara pecah saat dia mulai tidak tahan dengan rasa sakit di tubuhnya Arka menghentikan sentuhannya dengan tatapan mematikannya ia bangkit dari atas Dara. ia melihat wajah Dara dengan datarnya menyahut handuknya dan mengenakan kembali. Arka meninggalkan Dara yang masih terbaring merintih di ranjang dan menutup pintu kamar Dara dengan kasarnya Dara menutupi tangisannya dibawah bantal yang ia tutupkan ke wajahnya. Dara berteriak didalam batin-nya hingga membuatnya tertidur sampai pagi. Dara terbangun dengan kepala yang terasa berat. Perlahan ia mengerjapkan mata melihat tubuhnya yang telah mengenakan piyama tidur membuatnya terheran karena ia teringat semalam saat Arka meninggalkannya di kamar Dara tidak mengenakan sehelai kain pun. Dara bangun dari ranjangnya memasuki kamar mandi melihat wajahnya di kaca membuatnya menyeringai "Bodoh.. kau terlihat bodoh.. harusnya kau tau batasan dan menjaga ucapan mu bodoh" gerutu Dara melihat matanya yang merah dengan wajah membengkak bibir memerah bekas gigitan dan rambut acak-acakan Dara mencari botol obat yang dibuang Arka semalam di kamar mandi. Dara memunguti botol tersebut mengambil satu pil untuk ia minum. Ceklek Mendengar suara pintu kamarnya terbuka ia dengan segera menyembunyikan botol obat tersebut di antara tumpukan handuk yang ada di laci kamar mandi. Ceklek "Hai sayang" sapa Arka memasuki kamar mandi dan langsung memeluk tubuh Dara dari belakang Dara tidak menjawab sapaan itu, ia hanya tersenyum tipis di depan kaca yang terlihat jelas wajah Arka dari pantulan kaca. Arka menyandarkan dagunya di pundak Dara menatap wajah Dara dari kaca wastafel didepannya "Maaf" ucap Arka yang menyesal telah memperlakukan Dara seperti sebelumnya. Dara hanya dianggukan pelan mendengar permintaan maaf nya "Maaf aku sudah kasar padamu.. maaf karena aku menyukai tubuhmu" lanjut Arka membuat hati Dara semakin sakit dan ia susah payah menahan air matanya agar tak jatuh "Sini biar aku lihat" Arka mengangkat dagu melepaskan pelukannya dan memutar tubuh Dara untuk berhadapan dengannya Dara menutup matanya rapat dengan rasa takut yang teramat. "Hei.. it's oke.. aku gak akan marah padamu" ucap Arka mengulurkan kedua tangannya di pipi Dara dengan lembut "Biar aku bantu kamu mandi" pinta Arka dianggukan pelan oleh Dara Arka menuntun Dara ke ruang shower melucuti pakaiannya dan Dara. Ia menggosokkan sabun di tubuh Dara tak hanya diam di situ ia mencium Dara mengulum bibirnya atas-bawah bergantian. Dara hanya bergeming menerima perlakuan Arka yang begitu lembut kali ini dan berbeda jauh dari sebelumnya. Air mata Dara jatuh bersama dengan air shower yang membasahinya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD