4. Cemburu?

1227 Words
Melihat calon istrinya yang hanya berani berjalan di belakangnya, membuat Rey tersenyum. Dasar gadis kecil! “Jani berjalannya di samping abang dong! Kok dibelakang?” tanya Rey dengan lembut, ia tahu Jani pasti malu, karena tersirat jelas di wajah gadis polos itu, entah kenapa malah tampak menggemaskan baginya. “Maaf Bang!” lalu Jani menyejajarkan langkahnya dengan calon suaminya itu. “Jani, kalau kita udah menikah, kamu mau kupanggil apa? Honey. Bebs. Sayang, Bunda, Mommy, ..” semakin panjang daftar nama panggilan yang disebutkan oleh Rey membuat mata indah Jani membulat sempurna. “Haduh abang, apa tidak ada panggilan yang normal saja?” katanya sambil bergidik ngeri, ekspresi ngeri itu membuat Reyvan geli, dia tertawa terbahak saat mereka berdua masuk ke dalam lift. Saat Rey tertawa, Jani merengut sebal. “Habisnya kamu mau dipanggil apa?’ tanya Reyvan di sisa sisa tawanya. “Jani ajalah..” “Gak mau ah, kan ga enak masa panggilnya Jann jannn..nanti dikira manggil pak Jan!” kata Rey sambil tertawa lagi. “Ihh abang ini, terserah ah mau manggil apa, Jani nurut aja.” Sahutnya sambil manyun. “Jadi abang panggil ayang aja ya, biar ga kembar sama yang lain. Mau gak?” tanya Rey yang menebar senyumnya yang mahal itu. “Terserah abang aja, deh!” sahut Jani malu malu, siapa yang ga terpesona melihat senyum dari wajah tampan seorang Reyvandra Abimanyu. “Oke ayang, kita dah sampai di mobil abang, langsung berangkat ya, abang ga sabar mengajak ayang ke kantor catatan sipil, biar kita sah!” kata Rey sambil membukakan pintu mobil Buggati Chiron warna kuning miliknya. Mobil mahal yang kabarnya di bandrol dengan harga 3 juta Euro atau sekitar Rp. 50,69 milliar. “Hah? Kok buru buru sih?” tanya Jani heran dengan tingkah calon suaminya yang tampak sangat bersemangat menikah, padahal mereka baru saja bertemu kemarin. Ia langsung masuk ke dalam mobil dan memakai seat belt miliknya. “Ehm ya, ini kan bukti tanggung jawab aku sebagai laki laki yang baik.” Elak Rey padahal ia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis polos yang tampak menggemaskan yang saat ini duduk di sampingnya. Padahal biasanya ia itu sangat dingin dengan wanita, apalagi dengan wanita yang mengumbar aurat dan type w*************a. Tapi karena Jani belum pernah dekat dengan laki laki, maka gadis itu menelan mentah mentah rayuannya, nyatanya gadis itu menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan pandangan memuja. Membuat seluruh tubuh Rey bergetar dengan aneh. Respon dari dipandangi oleh calon istrinya dengan lekat. “Kenapa sih ngelihatinnya begitu?” tanya Rey salah tingkah, ralat bukan sekedar salah tingkah, bahkan sesuatu di tubuhnya pelan pelan membesar karena sengatan tatapan calon istrinya. “Abang orang baik ya. Jani kira abang cuman memanfaatkan kejadian di malam itu saja.” Sahut Jani dengan malu malu. Ya ampun, sebenernya sedikit banyak ia emang cuman memanfaatkan kejadian malam itu, siapa sih orang yang ga mau menikah dengan gadis muda belia yang polos dan cantik plus seksi semacam Jani? Bahkan ia masih mengingat saat d**a Jani ada di dalam tindihannya, lagi lagi ingatan tentang maalam itu membuat sesuatu di bawah tubuh Rey membesar dan mengeras dengan cepat. Usianya yang jauh melebihi Jani membuatnya berpikir tentang hal hal yang diinginkan macam begini. Mendadak kepalanya pening karena ia ga mungkin mandi air dingin untuk mendinginkan si o***g kan? “ Ehm, perlu kamu tahu ya, Jani. Abang itu ga pernah ingin dekat dengan gadis manapun dulu. Tapi sejak malam kemarin abang jadi ingin selalu dekat sama kamu. Kalau kamu gimana? Kamu pernah jatuh cinta sama cowo?” tanya Rey ingin lebih mengenal calon istrinya yang masih muda itu. “Tapi abang jangan bilang bilang papa ya?” kata Jani dengan takut takut, seketika hati Rey mencelos, apa berarti gadis ini menyukai laki laki lain? “Apa kamu suka dengan laki laki lain, ayang?” tanya Rey dengan nada cemburu, ia semakin kesal karena melihat calon istrinya itu mengangguk malu malu. “Tapi abang janji jangan bilang sama papa dan kak Erwin ya?” kata Jani menegaskan. “Emang siapa yang kamu sukai?” tanyanya sarat dengan nada cemburu. “Kim Tae Hyung, bang!” sahut Jani dengan malu malu, Rey mengerutkan dahinya, kok namanya aneh gitu ya saingannya. “Hah? Orang mana?” kata Rey berapi api. “Orang Korea lah Bang!!” sungut Jani dengan kesal, masa Rey ga tau boy band Korea itu. “Ehm temen sekolah?Kenal dimana? Dimana ia tinggal?” cecar Rey lagi, ia ga terima kalah dengan Tae Yong ini “Bukan temen sekolah lah, usianya 25 tahun, asalnya dari Geochang, Korea Selatan.” Cebik Jani sambil memonyongkan wajahnya yang cantik itu. “Kenal dimana?” tanya Rey semakin panas. “Loh dia kan artis Korea? Jangan bilang kalau abang ga tahu sama BTS ya?” tanya Jani sambil menepuk dahinya. “Ha? BTS itu apa?” tanya Rey dengan konyol, sontak Jani menutup mulutnya karena heran. Kok ada spesies orang yang ga tahu tentang BTS, langsung dirinya membuka ponsel pintarnya dan di dalam galeri ponselnya banyak banget foto foto artis korea itu. “Ini loh Bang!!” katanya sambil menunjukan ponselnya yang galerinya penuh dengan foto si Tae Hyung ini.Karena kebetulan lampu di jalanan berwarna merah sehingga Rey bisa melihat bahwa gallery ponsel calon istrinya membuat ia tambah kesal. Lalu balasan Rey membuat Jani tercengang. “Abang ga mau kalau galeri kamu dipenuhi foto pria lain.” Katanya dengan nada posesif. “ Tapi bang..” “Delete semuanya!” perintahnya dengan diktatoris membuat Jani ciut karena takut, ia langsung menuruti keinginnan calon suaminya dengan segera, walaupun dalam hati ia menangisi foto yang ia sudah kumpulkan dengan susah payah itu. Sejenak suasana menjadi canggung gara gara Tae Hyung yang nun jauh disana yang bahkan Jani juga ga kenal. “ Ayang marah sama abang?” tanya Rey mengambil inisiatif untuk memulai percakapan. Melihat calon istrinya terdiam paska ia bentak tadi. Jani hanya menggelengkan kepalanya dengan lembut, tapi tentu saja Rey tidak akan percaya. “Ayang tahu gak kenapa abang marah?” tanya Rey lagi, dan ia tambah gemas karena calon istrinya itu hanya diam menatapnya sendu dan menggeleng lemah. Ingin rasanya Rey melumat bibir seksi Jani yang melambai lambai. “Abang cemburu!” sahutnya dengan kesaal, karena Jani tidak peka. “Kenapa cemburu? Jani juga ga kenal dengan Tae Hyung kok!” belanya dengan polos. “Tapi kamu simpan foto nya di ponsel kamu.” Geram Rey semakin kesal. “Jani kan ga punya fotonya abang. Jadi jani gak simpen foto abang. Lagian kita kan baru kenal semalam?” tanya Jani lagi dengan polosnya. “Janji ya sama abang, sehabis ini hanya boleh ada foto abang dan kamu saja.” Kata Rey final, ia ga mau marah hanya gara gara sepele. “Foto pemandangan juga ga boleh?” Boleh gak Rey memakan Jani disini sekarang? Pikirnya dengan tatapan mendamba pada istrinya, Jani emang super polos dan menggemaskan. Untung tujuan mereka sudah sampai, kalau ga mungkin Rey akan menepikan mobilnya untuk sekedar mencium Jani sampai kehabisan nafas. “Turun aja kalau kamu gak mau abang cium disini!’ perintah Reyvan sambil membuka seatbelt Jani, ancaman Rey tadi membuat netra Jani membulat sempurna. “Ihhh abang m***m!” pekiknya lalu bergegas membuka pintu mobil Rey dengan cepat, membuat Rey tertawa terbahak melihat pemandangan yang menghibur itu. Lalu setelahnya, Rey menggandeng tangan calon istrinya dan menemui asisten papinya yang mengurus penandatanganan surat nikah antara dirinya dan Jani.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD