Bab 34 – Benang-benang Retak

1052 Words

Pagi itu, suasana rumah Radit tampak biasa saja. Aroma kopi menguar dari dapur, berpadu dengan wangi roti panggang yang baru saja matang. Namun, di balik semua kehangatan palsu itu, ada ketegangan yang nyaris tak terlihat. Aruna berdiri di meja makan, menyiapkan sarapan dengan wajah tenang. Sesekali, ia melirik Karina yang duduk di kursi dengan tatapan tajam seolah hendak menelannya hidup-hidup. Karina memang pandai menyembunyikan kebencian di balik senyum tipisnya, tapi pagi itu, Aruna merasakan aura kesal yang lebih kuat dari biasanya. “Radit belum turun?” tanya Karina, mencoba memecah keheningan. Aruna menoleh singkat, lalu menjawab datar, “Sebentar lagi. Tadi masih di kamar mandi.” Tak lama, suara langkah kaki terdengar dari tangga. Radit muncul dengan kemeja rapi, dasi sudah terik

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD