Bab 36 – Luka yang Membuka Mata

1185 Words

Pagi itu, rumah Radit dipenuhi aroma kopi dan roti bakar. Aruna sudah bangun lebih dulu, menyiapkan sarapan meski matanya masih sembab karena kurang tidur. Ia ingin terlihat kuat, seolah tak terpengaruh dengan semua tuduhan Karina. Tapi dalam hatinya, badai tak pernah benar-benar reda. Radit turun dari lantai atas dengan wajah lesu. Bajunya rapi, tapi sorot matanya kosong. Ia duduk di kursi tanpa banyak bicara. Aruna menuangkan kopi untuknya, berusaha tersenyum. “Pagi, Mas,” ucap Aruna lirih. “Pagi,” jawab Radit singkat. Tangannya memegang cangkir, tapi tidak segera diminum. Ada jarak yang semakin terasa di antara mereka. Aruna menarik napas panjang. Ia sudah memutuskan, hari ini tidak akan hanya diam. Ia tidak bisa terus membiarkan Karina mengatur jalan hidupnya. “Mas,” katanya pelan,

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD