Chap 2

1250 Words
Gisna terlambat. Itu semua karena ojek yang ia tumpangi mengalami ban bocor, padahal jarak yang mereka tempuh masih cukup jauh. Mencari ojek yang lain sulit, sementara untuk memesan ojek online, ia tidak bisa. Karena semalam kuotanya habis dan ia tidak menyadarinya. Sial memang, tapi Gisna bisa apa?  Akhirnya ia memilih setengah berlari menuju kantornya. Dengan terengah ia menyapa satpam yang berjaga di lobi dan meminta lift tetap terbuka pada orang yang ada di dalamnya dengan teriakan yang cukup memekakkan telinga. "Kenapa Na?" Tanya Meta, rekan satu ruangannya. Gisna meringis. "Lagi kurang beruntung aja." Jawabnya sambil merapikan penampilannya. "Ojek bannya bocor, udah gitu kuota abis. Ampun deh, mana gajian masih lama." Gerutunya yang dijawab kekehan Meta. "Makanya jangan kebanyakan download drama, kan jadi abis tuh kuota." Jawab Meta lagi yang tahu kebiasaan Gisna yang suka menonton drama korea. Gisna hanya nyengir saja. Mereka sampai di lantai 16 tempat ruangan mereka berada. Lantai yang luas itu terpisah menjadi empat bagian yang dipisahkan oleh lorong panjang yang membelah menjadi empat sisi. Di bagian pertama lorong itu adalah ruangan kerja Gisna dan Meta yang terdiri dari delapan karyawan khusus staff administrasi beranggotakan enam belas orang yang terbagi menjadi dua bagian meja panjang yang terpisah oleh kubikel putih setinggi dada orang dewasa. Untuk menjaga privasi dan menghindarkan mereka dari terlalu banyak mengobrol saat bekerja. Sementara di pintu samping menuju ruangan mereka merupakan ruang manager mereka. Gisna bangga bisa menjadi salah satu karyawan diperusahaan multinasional ini. Pemilik perusahaan adalah pria berketurunan Turki murni yang menikah dengan orang pribumi. Bernama Ahmed Levent. Dialah pendiri Coskun Company yang menurut sejarah yang Gisna ketahui, bahwa awalnya perusahaan ini hanya sebuah perusahaan konstruksi kecil yang berpusat di kota Bandung. Namun dalam dua puluh tahun terakhir, setelah putranya Adskhan Levent turun tangan, perusahaan yang awalnya bergerak di bidang konstruksi ini menjadi semakin besar dan semakin memperluas jaringan sehingga kini mereka mencakup bidang properti, furniture, bahkan ke bidang fashion dan entertainment bahkan sampai ke bidang infrastuktur digital. Bangunan yang awalnya berlantai lima ini pun berubah menjadi 20 lantai. Dan yang awalnya hanya memiliki karyawan ratusan orang kini menjadi ribuan. Belum lagi mereka yang dipekerjakan di lapangan dan di kantor cabang. Masuk ke dalam perusahaan ini sendiri tidaklah mudah. Banyak tahapan tes yang harus dilalui. Gisna yang meskipun lulusan cumlaude dari sebuah universitas bergensi juga mengalami kesulitan saat melamar disini. Terlebih saingannya merupakan lulusan luar negeri yang lebih fasih dalam bahasa dan memahami dunia luar dengan wawasan yang lebih luas dibanding dirinya. Namun berkat optimisme dan doa kedua orangtuanya, akhirnya dia berhasil diterima disini. Ujian pertamanya dimulai setelah ia dinyatakan diterima Masa tiga bulan pertamanya bekerja sebagai magang pun tidaklah mudah. Ia harus rela bekerja lembur demi memenuhi tenggat waktu yang diminta pemilik kekuasaan. Namun dengan bimbingan dan kesabaran dari rekannya Meta-yang enggan disebut 'Mba' hanya karena selisih beberapa tahun-yang bekerja dua tahun lebih lama darinya, ia bisa melalui semuanya tanpa kendala. Dan ternyata, setelah tiga bulan terus menerus lembur, bekerja keras layaknya kuda. Di bulan sesudahnya, ia bekerja sebagai karyawan normal yang pulang disaat delapan jam kerjanya berakhir. Meskipun terkadang ia lembur juga jika memang diperlukan. Tapi semuanya sepadan, nominal lemburyangdibayarkan bisa membuatnya menambah koleksi novel. Ha ha Sekarang dia sudah bekerja selama tiga tahun. Dan gaji yang didapatkannya sangatlah sangat sangat, benar benar, bernilai fantastis. Itulah sebabnya dia tidak pernah melirik untuk pindah ke tempat lain. Selain lingkungan kerja yang nyaman, gaji yang fantastis, bekerja di Coskun Company juga merupakan mimpinya sejak masa kuliah. Dan juga merupakan mimpi mendiang ayahnya.  Tapi segala sesuatu di dunia ini selalu saja berbanding lurus. Dibalik semua perjuangannya, bukan hanya hal manis yang ia dapatkan, namun ada juga hal menyakitkan yang diperolehnya.  Setahun setelah ia bekerja, orangtuanya mengalami kecelakaan. Mereka yang sedang dalam perjalanan pulang dari pernikahan saudara ditabrak oleh sebuah truk yang kepenuhan muatan. Ayahnya meninggal di tempat dan ibunya lumpuh. Meskipun sekarang sudah mulai bisa berjalan kembali karena rutin terapi, namun kondisi fisiknya tidak lagi sesehat sebelum kecelakaan itu terjadi. Sepertinya kehilangan ayahnya menjadikan sisi optimis ibunya menghilang. Tanpa beliau sadari, Gisna seringkali melihatnya merenung dan menangis sendirian. Saat Gisna ada di hadapannya, ibunya selalu berpura-pura kuat dan tegar. Gisna anak tunggal. Karena itu ia sangat takut jika kondisi psikis ibunya semakin melemah. Khawatir jika perlahan ibunya menyerah akan keadaan dan nantinya Gisna akan berakhir dengan hidup sendirian. Ia tidak punya saudara kandung.  Tentu saja, karena sebenarnya ayahnya tidak bisa memberikan keturunan. Dan ia sendiri bukan anak kandung kedua orangtuanya. Itu ia ketahui saat usianya dua belas tahun. Saat ia hendak masuk ke SMP dan salah satu saudara ayahnya mengatakan kalau seharusnya ia berterimakasih atas kebaikan kedua orangtuanya padahal ia hanyalah anak pungut. Saat itulah orangtuanya membeberkan fakta bahwa ia adalah anak yang diadopsi dari sebuah panti asuhan.  Karena saat kedua orangtuanya tahu bahwa ayahnya tidak bisa memberikan keturunan dan ibunya tidak ingin berpisah dengan ayahnya. Mereka memutuskan mencari jalan tengah dengan cara mengadopsi seorang anak sebagai ganti anak yang tidak pernah bisa mereka miliki. Dan berjanji untuk menyayangi dan membesarkan Gisna seperti anak kandung mereka. Dan memang faktanya seperti itu. Ibunya Lisna dan ayahnya Sulaiman tidak pernah menganggapnya sebagai orang lain. Tidak pernah memperlakukannya dengan cara tidak adil. Mereka tegas dan lemah lembut sesuai dengan porsinya. Mereka tidak pernah kasar, apalagi melakukan kekerasan terhadapnya. Jika Gisna melakukan suatu kesalahan, mereka akan bertanya dulu alasan kenapa Gisna melakukannya. Setelah itu mereka memutuskan hukuman apa yang tepat baginya. Namun itu tidak pernah membuat Gisna membenci mereka. Malah rasa sayangnya pada kedua orangtuanya semakin besar setiap harinya. Sampai ketika ayahnya meninggal, ia merasa separuh dirinya ikut hilang. Terlebih kondisi ibunya yang sempat tidak sadarkan diri selama tiga hari dan akhirnya mengalami lumpuh. Itu sangat membuat dirinya tersiksa. Ibunya malah yang membesarkan hatinya ketika ia memutuskan hendak mengundurkan diri demi menjaga ibunya.  Ia pikir, dengan uang belasungkawa dan asuransi kecelakaan ayahnya, mereka bisa membuka usaha kecil-kecilan sehingga ia bisa fokus merawat ibunya. Namun ibunya menolak. Beliau sangat tahu bahwa bekerja di Coskun Company adalah impiannya dan ayahnya sejak lama. Maka Gisna menyerah. Ia mengikuti keinginan ibunya. Dan ibunya memilih memiliki seorang asisten rumah tangga yang sekaligus bisa menjadi teman bicaranya. Seorang janda berusia 55 tahun yang masih sehat dan bisa bekerja. Yang senang bisa menghabiskan waktu bersama ibunya. Karena suami dari Bik Minah dan putrinya meninggal juga karena longsor di kampung halamannya. Kini, dua tahun berlalu setelah kecelakaan tersebut. Gisna masih tidak bisa merasakan tenang, karena ibunya yang sering sakit-sakitan. Efek dari kecelakaan yang dialaminya ternyata baru terasa sekarang. Benturan yang dialami ibunya, selain menyebabkan kelumpuhan sementara, juga membentur ginjal sebelah kanan dan hati ibunya secara bersamaan. Dan lambat laun terjadi pendarahan internal. Itulah yang mereka ketahui beberapa hari yang lalu saat ibunya kembali drop dan dirawat di rumah sakit. Bahkan tadi pagi, Gisna berangkat kerja dari rumah sakit setelah semalaman menunggui ibunya. Meskipun saat ini ia merasa lelah dan mengkhawatirkan ibunya, ia tidak ingin orang lain tahu. Ia hanya ingin menampilkan sisi cerianya kepada orang lain.  Toh meskipun ia berkeluh kesah pun, orang lain belum tentu membantunya. Mereka yang menyayanginya akan khawatir, sementara yang tidak menyukainya hanya akan men-syukuri keadaannya dan bersikap nyinyir. Gisna meletakkan tasnya dibagian bawah mejanya. Ia melihat bingkai foto dimana ia, ibu dan ayahnya tertawa di acara wisudanya tiga tahun yang lalu. Gisna mengusapnya dan menciumnya sebelum ia memulai pekerjaannya. Semoga pekerjaannya hari ini lancar dan ibunya di rumah sakit keadaannya terus membaik. Hanya itu yang Gisna harapkan dari hari ke hari.  Ia menyalakan komputernya dan siap memulai hari dengan semua laporan yang sudah menumpuk di mejanya, melambai meminta Gisna segera menyelesaikannya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD