Keadaan menjadikan Naswa sebagai sosok yang pasrah. Napasnya mulai tidak teratur tatkala Adam sengaja mengecupi area lehernya dengan sangat lembut. Kedua tangannya lemas dan tidak berdaya, meski tahu kalau Adam tidak menekan dan menyakitinya.
Namun, tetap saja kelembutan Adam membuat Naswa terlena. Aroma tubuh Adam juga menyengat di indera penciuman Naswa. Dia tahu kalau pria ini baru saja selesai mandi.
“A-dam, ja-ngan …”
Ia menyeringai, mendengar ucapan Naswa seakan tidak berdaya. Namun, kalimat itu tidak berarti apa-apa dibanding tubuhnya berkata lain.
“Jangan?”
Naswa mengangguk dengan mata masih terpejam. Kepalanya tidak berhenti bergerak mengikuti keinginan Adam yang belum juga menjauh dari area yang diinginkan.
Dia tidak berhenti menyeringai. Tentu Adam tahu kalau Naswa bukanla
