Chapter 11 : Frustasi

1282 Words
PLaylist :  Acejax feat. Danilyon - By My Side ••• "Kau dari mana saja?"tanya Rowan saat melihat Lorna turun dari mobil yang cukup mewah. Ia mencoba melirik ke pemilik mobil tersebut, namun Michella segera menutup aksesnya. "Aku dari—" "Ke tempat pria itu lagi?"potongnya tangkas membuat Lorna menatapnya begitu tajam. "Rowan bisakah kita bicara di dalam?"pinta Lorna merasa canggung jika pertengkarannya di perhatikan orang-orang sekitar rumah.  Pria itu terdiam, memutar tubuhnya cepat dan melangkah lebih dulu. "Barusan, pihak pengadilan menghubungi ku. Mereka mendadak menolak berkas pernikahan kita,"terang Rowan meremas rambutnya kuat tanpa ingin melirik ke arah Lorna sedikitpun. Duduk di sudut ruang tamu wanita tersebut. "Ada apa? Bukannya mereka sudah—" "Butuh data asli karena kau bukan warga negara Haggen,"potong Rowan mengeluh kasar sambil mengusap wajahnya. Frustasi. "Lalu bagaimana selanjutnya?"tanya Lorna tampak datar. Namun ada rasa lega di dalam hatinya yang sangat dalam. "Kau senang kan dengan berita ini?"tukas pria itu sambil berdiri dari tempatnya. "Apa maksud mu?" Rowan langsung menunduk, mengepal tangan tanpa ingin menjawab pertanyaan mudah dari Lorna. Ia menahan napas dalam lalu kembali melirik ke arah wanita tersebut. "Aku harus bersikap baik, tenanglah,"batinnya sambil mengedarkan pandangan ke tiap tempat. "Rowan, aku tahu apa yang aku lakukan salah. Tapi percayalah dia menjebak ku! Aku sama sekali tidak berniat menyelingkuhi mu,"ucap Lorna mencoba menjelaskan walaupun ada kebohongan yang sangat besar di dalam kalimat tersebut. Pria tersebut menggigit bibirnya, menatap Lorna semakin lekat lalu mengangguk pelan dan mendekati wanita tersebut kembali. Memeluknya cukup erat. "Aku takut jika kehilangan mu, Lorna. Aku mencintai mu,"bisik nya begitu erat, merasakan sesekali napas wanita tersebut berembus pelan di lehernya. Lorna mengangguk, melingkarkan tangan di pinggul pria itu sekaligus merasakan dadanya yang seakan mati. Tidak berdebar sekalipun. "Aku mohon, jangan dekati pria itu lagi. Berbahaya untuk mu!"pinta Rowan sambil mengangkat tinggi dagu wanita tersebut tampak memperingati. Lorna mengangguk pelan, mengeluhkan perasaannya dan meletakkan kepalanya di d**a pria itu begitu lekat. "Aku rindu hubungan kita seperti kemarin Rowan,"tukasnya membuat pria itu tersenyum tipis. Merasa lebih menang. Ia tidak perduli atas apa yang sudah terjadi. Rowan sangat serius mencintai Lorna. "Jadi apa dia masa lalu buruk mu?"tanyanya memastikan. "Aku tidak ingin ingat itu semua, yang jelas jangan berurusan dengannya. Aku mohon!"Rowan mengeluh memeluk wanita tersebut lebih erat dari sebelumnya. "Sepertinya aku bisa memanfaatkan keadaan ini,"batin Rowan mengusap-usap wajah Lorna, melempar senyuman smirk yang tidak pernah ia tujukan pada siapapun. "Ah ya aku lupa, besok aku harus berangkat ke Los Angeles." "Kenapa mendadak?"tanya Lorna melepas pelukannya, menatap tajam dengan wajah khawatir. "Cabang di sana meminta ku untuk hadir di rapat tahunan,"balasnya datar sambil meraih dagu wanita itu kembali. "Ah Ya, kenapa wajah mu? Kau bertengkar?"tanya Lorna memeriksa tiap lebam dan beberapa luka yang belum mengering. "Tidak. Aku jatuh dari sepeda motor semalam,"balasnya cepat lalu mengusap wajah Lorna dengan ujung jarinya, mencoba mendekati wanita tersebut agar tidak fokus terhadap wajah yang kacau akibat pukulan Alexander semalam. Ia mendekat mencoba mencium bibir yang tampak begitu merah, ia iri ingin memungutnya cepat. "Ah Rowan aku—" "Lorna.."panggilnya cepat saat wanita tersebut memalingkan wajah. "Kau mencintai ku kan?"tanyanya menatap mata hazel yang begitu indah. Bulat dan perlahan meredup. "Ya,"jawabnya pelan sambil menelan ludah. "Kau milikku kan?"tanyanya lagi terdengar sedikit memaksa. Lorna mengepal tangannya, menarik napas dengan kasar mencoba menjawab. "Ya," "Kau bohong,"tukas Rowan cepat hingga mata wanita tersebut bergerak ke arahnya sepersekian detik. "Aku sepertinya harus—" "Lorna mau sampai kapan kau menghindar? Apa kau menjadikan pernikahan sebagai pelarian dari masa lalu mu?"potong Rowan cepat. "Rowan aku—" "Aku kecewa. Aku berusaha menyentuh mu, tidak menyakiti mu dan berusaha untuk meraih mu tapi kau .. begitu mudah tidur dengan pria lain, masa lalu mu. Menikmati ciuman nya. Sementara aku—" Tok tok tok!! Seseorang mengetuk pintu, membuat keduanya tampak langsung kilat menoleh. "M-Milla?"tanyanya cepat sambil membulatkan mata, mendorong tubuh Rowan sedikit. "Maaf aku mengganggu mu, tapi sepertinya aku tidak bisa menolak keinginan bayi ku. Dia ingin di sini, menginap di dekat mu,"ucap Milla mencari alasan paling tepat. Lorna tersenyum tipis, merasa begitu di selamat kan dari perasaan yang membelenggu dirinya sendiri. Ia belum siap untuk Rowan tapi tidak juga ingin kembali pada Alexander. "Kenapa kau diam saja? Tidak senang kah?"celetuk Milla lagi begitu santai membuat Lorna langsung mendorong Rowan menjauh, mendekati wanita tersebut lebih cepat. "Ah maaf aku hanya sedikit terkejut. Kau datang bersama siapa?" "Suami ku, dia langsung pergi. Ada urusan bersama tuannya,"sindir Milla sarkas melirik ke arah Rowan yang tampak terdiam di sudut ruangan tanpa ingin mengusik. "Hm.. Lihat! Dia calon suami mu?"Milla tersenyum ke arah Rowan membuat pria tersebut langsung membalasnya dan mendekat pelan. "Ya! Rowan Emanuel Ryvero. Dia calon suami ku,"ucap Lorna datar membuat pria itu mengulurkan tangan ke arah Milla yang menunjukkan aura kebencian. "Kau tahu? Mantannya pernah membelikan Lorna supercars. Kenapa kau membiarkannya tinggal di tempat ini?" "Milla .."tegur Lorna melihat perubahan pada wajah Rowan. "Maaf, akhir-akhir ini mulut ku sedikit susah di rem. Aku rasa ini bawaan bayi ku yang tampan," "Ya.. Tidak masalah! Aku akan membawa Lorna pergi dari sini setelah kami menikah," "Ah ya, aku harap begitu. Mantannya baru saja membeli mobil baru. Dua sekaligus, satu untukku!" Rowan langsung mengepal tangannya kuat. Ia merapatkan gigi, merasa terhina. Namun ia pria penuh sikap manipulatif, tidak mudah memancingnya.  "Milla Rowan—" "Tenang lah, aku tahu dia hanya bercanda. Lagipula itu bukan kehendaknya,"potong Rowan sambil tersenyum lebar. Ia seakan tidak perduli namun menahan semuanya cukup jauh. "Yes! Kau ternyata pria yang pengertian,"balas Milla membalas senyuman pria tersebut. "Aku pulang dulu, besok aku akan menelpon mu jika sudah berangkat,"Rowan mendekati Lorna mencoba memeluknya. "Ahhh Ya Lorna. Kau tidak mau membuatkan aku minuman? Aku haus!"potong Milla sangat cepat sebelum Rowan menggapai wanita tersebut. Ia mengaitkan tangan pada lengan Lorna dan menariknya ke arah dapur meninggalkan Rowan begitu saja. "Sial,"batin Rowan sambil merapatkan tangan lebih kuat. Ia segera keluar dari tempatnya dengan perasaan kecewa berat. "Lihat saja, aku punya cara untuk menyingkirkan pria itu. Tunggu saja,"batin nya sambil melangkah cepat menuju mobil dan meninggalkan kawasan tersebut.  "Aku tidak suka pria itu,"celetuk Milla sambil memerhatikan Lorna menyiapkan segelas minuman untuk nya. "Milla tenanglah. Dia cukup baik, dia tidak pernah menyakiti ku walaupun aku menyebalkan. Kau lihat saja tadi kan?"bantah Lorna menyempatkan melempar senyuman ke arah wanita tersebut. "Aku tetap mendukung mu dengan Alexander,"Lorna menurunkan gelasnya, menatap dengan penuh perhatian. "Aku ingin tahu apa yang di berikan Alexander padamu hingga kau begitu mendukungnya?"tanya Lorna ketus menatap lekat wanita itu. "Lorna kau tidak akan bahagia dengan Rowan, dia—" "Apa bersama Alexander aku bisa bahagia? Jika jawaban nya adalah iya maka aku akan berada di sisinya hingga saat ini,"potong nya cepat membuat Milla menelan saliva kuat. "Lorna aku paham kau—" "Tidak! Kau tidak paham. Siapapun tidak paham Milla. Alexander membunuh Eric dan Mrs. Holland dengan cara menakutkan, memainkan dramanya seakan Eric hidup. Dia mengurung ku, membatasi ku dari siapapun bahkan dari keluarga ku, sahabat ku. Mengikuti ku kemanapun aku pergi!" "Lorna Alexander!"peringat Milla saat melihat bayangan pria itu dari kaca besar. Turut mendengar semuanya. "Ah ya kau lupa? Aku juga kehilangan anakku, dia cemburu dan meniduri ku dengan brutal! Aku menderita Milla, benar-benar menderita karena nya. Aku bahkan belum sadar saat itu aku hamil,"Lorna bicara sangat tegas, ia menoleh ke arah Alexander yang terdiam menatapnya dengan perasaan campur aduk. "Aku mencintai mu Lorna,"balasnya sangat pelan, serak nyaris tidak terdengar. "Kau menjanjikan ending yang epic, tapi nyatanya semua bad ending Alexander. Realistis lah, apa yang kau lakukan di masa lalu sangat membuat ku hancur. Tidak ada lagi tempat mu di sini," "Apa yang harus aku lakukan untuk memperbaiki semuanya?"tanya Alexander tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. "Cintai aku dengan benar Alexander, dapatkan aku kembali, hidupkan hati ku kembali untuk mu,"pintanya penuh harap dengan suara yang bergetar. Air matanya jatuh, menetes pelan di aliran pipi yang cekung. Alexander mendekat, menatap teduh wajah pucat itu dan mengusap pelan air mata yang masih mengalir dengan tangan kasarnya. Lorna diam merasa begitu panas, tubuhnya lemah dan ingin menopang kan tubuh hanya di dalam pelukan pria tersebut sangat lama. Tubuhnya yang seakan tahu siapa pemilik sebenarnya. "I love you Honey,"bisik nya pelan berusaha menyentuh hati wanita tersebut lebih awal, benar saja! Lorna berdebar sangat kencang berbeda dari perasaannya terhadap Rowan selama ini. Milla mengusap sudut matanya, ia tersentuh lalu menatap ke arah Billy sambil melangkah pelan menuju ke arah pria tersebut. Mereka segera bergerak, meninggalkan keduanya.  __________________ Bagaimana untuk part ini?? follow i********: shineamanda9 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD