Chapter 10 : Redblood Team

1342 Words
Playlist ;  Chord Overstreet - Hold On •••• "Kau sudah urus semuanya?"tanya Alexander menyelidiki Billy yang baru saja kembali dari suatu tempat. "Sudah sir, mereka meminta sejumlah uang,"balasnya sedikit menelan ludah sambil memberikan sebuah card yang bertuliskan nomor rekening seseorang. "Berapa banyak yang mereka minta?"tanya Alexander datar tanpa menoleh sedikitpun ke arah Billy. Sibuk dengan ponselnya. "Pekerjaan ini sedikit berisiko. Tapi karna kita punya berkas lebih lengkap pengadilan meminta biaya standar yang mereka pikir itu sesuai,"Terang Billy melirik ke arah Milla yang sibuk dengan cemilannya sejak tadi. Alexander mengangguk lalu menekan layar ponselnya sejenak tanpa menghiraukan siapapun. "Katakan padanya, aku sudah mengirim uang itu!" "Baik sir,"balas Billy sambil melihat pria itu menoleh ke arah Milla sejenak. "Apa kau tidak letih mengemil Milla?"tanya Alexander mencoba menegurnya. "Kau akan paham. Ini pekerjaan yang menyenangkan, Ah ya— kapan kau akan membawa Lorna? Aku merindukan wanita itu," "Michella sedang menjemputnya, kalian pergilah lebih dulu. Aku akan ke markas Redblood!" "Ada apa dengan mereka?"tanya Milla penasaran, bicara tidak terlalu jelas karna tumpukan makanan di dalam mulutnya. "Rowan memanfaatkan mereka untuk menyerang ku tadi malam," "Aku kira, Lorna sudah tepat mencari seorang pria. Ternyata sama saja! b******k seperti mu,"tuding Milla membuat mata Billy menukik tajam padanya. "Ayolah sayang, kau tidak perlu menatap ku seperti itu. Ini fakta!"Milla menggeser pandangan pada suaminya itu. Tersenyum simpul sejenak sambil menawarkan makanan yang ada di tangannya. "Setidaknya aku bisa memberinya kehidupan layak,"celetuk Alexander mengedarkan pandangan tampak angkuh. Merasa menang dengan point penuh. "Ya tapi kau di tolak! Apa harus uang lagi yang berbicara agar kau bisa mengikatnya tuan Alexander yang terhormat?"Milla terkekeh, mengejeknya dengan senang. "Kau tahu, apapun akan aku lakukan untuknya!" "Lantas, mana upah ku? Aku berperan penting di sini. Kau menidurinya semalam karna bantuan ku kan?" "Milla!"tegur Billy sambil mengerutkan kening. Alexander tersenyum tipis lalu mengeluh datar. "Sebut saja, berapa yang kau inginkan!"balasnya membuat Milla langsung melebarkan senyumannya. "Sir, kau tidak—" "Aku hanya ingin satu hal!"potong Milla memandangi pria itu serius lalu mengedarkan pandangan ke arah Billy yang tampak gusar. "Perlakukan Lorna dengan baik!"sambung nya membuat semua orang langsung diam seketika. "Tidak semuanya bisa kau beli dengan uang! Lorna ataupun aku tidak butuh itu!"Milla menelan saliva, merasakan cemilan yang ikut tersangkut di tenggorokannya. Manis. Ia melirik ke arah Alexander yang memegang dagunya, berpikir sejenak dan menyaring seluruh kalimat wanita tersebut. "Milla.. Semua orang punya peruntungan yang berbeda, aku hanya memanfaatkan keberuntungan yang sudah di takdir kan menjadi milikku!"balasnya cepat menatap tegas pada kedua orang yang ada di depannya saat ini tidak bisa berkutik. Tok tok tok!! Seseorang mengetuk pintu, membuat mereka semua segera melirik ke arah sumber suara. Seorang wanita muda berbakat di sana, mengedarkan pandangan dengan tenang. Michella Rhodes. Keberuntungannya menjadi kaki tangan Alexander bersama Billy berhasil membuat keluarganya berada di kehidupan yang cukup mapan sekarang. "Sir, nona Lorna sudah sampai,"ucap Michella melirik tajam ke arah kamar hotel yang sengaja di buka lebar itu. Lagipula tidak ada satupun tamu lainnya yang akan ke atas sana. Alexander sudah menyewa khusus tempat itu. "Kenapa dia tidak—"Milla terdiam sejenak, ia menatap ke arah bibir pintu sambil menurunkan tubuhnya dari kursi menatap begitu lekat ke satu arah. Ia menelan saliva melangkah pelan dan memandangi seseorang dengan pandangan berkaca-kaca. "L-Lorna.."ucapnya bergetar. Ia menggigit bibir dalamnya lalu melihat wanita tersebut mengangkat kepala dan memusatkan perhatian ke arahnya. "Milla .. Bagaimana kabar mu?"tanya Lorna kembali menunduk, ia menyatukan kedua tangan tampak begitu tidak layak berada di sana. Ia baru menyadari, berapa banyak orang yang sudah ia tinggalkan selama bertahun-tahun. "Aku .. Baik .."jawabnya sedikit terbata menatap Lorna yang cukup mengalami perbedaan drastis. Mata bulat itu cekung dan menghitam tidak seperti dulu. "Aku pergi dulu, ayo Billy!"sanggah Alexander membuat mata Lorna mengarah padanya. Ia sudah berpikiran buruk terhadap Alexander, nyatanya pria itu hanya ingin mempertemukan nya dengan Milla. "Habiskan waktu mu dengan Milla hari ini, dia merindukan mu,"ucap Alexander saat melewati wanita itu dan keluar dari ruangan kamar tersebut bersama yang lainnya. Kedua mata itu bertemu sesaat, Lorna menurunkan pandangan ke arah perut yang membesar itu. Menatapnya penuh rasa bahagia. "Milla kau .."Lorna mendekati wanita tersebut, membuat Milla ikut melakukan hal yang sama hingga bertemu dalam satu pelukan yang sangat erat. "Kau kejam! Kenapa kau menghilang begitu saja. Aku kesepian Lorna,"ucapnya membuat wanita itu tersenyum kecil. "Kau tahu aku punya masalah dengan si b******k itu,"jawabnya begitu bersemangat. Menekan kuat pada kata yang di tujukan hanya pada Alexander. "Dia seperti pria gila, tidak pernah tersenyum walaupun menonton serial komedi. Aku pikir saraf nya putus,"hina Milla begitu bahagia. "Setahuku pria gila sering tersenyum," "Oh ayolah, kau membelanya?"tukas Milla membuat wajah Lorna memerah seketika. Terasa panas dalam hitungan detik. "Hm .. Itu tidak penting. Ini sudah berapa bulan?"tanya Lorna melirik ke arah perut yang membesar itu. "Empat hari lagi pas 8 bulan,"jawab Milla mengusap perutnya lembut. "Boleh aku menyentuhnya?"tanya Lorna melebarkan senyuman. "Tentu! Aku harap ini segera menular padamu!" Uhukkk!!! Lorna langsung terbatuk-batuk, napasnya sesak seketika saat mendengar pernyataan Milla. Ia memegang dadanya memutar tubuh untuk menjauhi wanita tersebut. "Lorna ada apa? Kau sakit?"tanya Milla mencoba menepuk punggungnya pelan. Sungguh ucapannya barusan spontan. "Entahlah. Rasanya seperti sesuatu menekan tenggorokan ku mendadak,"balasnya sambil mengambil napas sebanyak mungkin lalu kembali melirik ke arah Milla dan perutnya. "Aku dengar dari Alexander kau akan menikah. Benarkah?"tanya Milla penasaran setengah mati mendengar hal tersebut. "Ya itu sudah menjadi rencana ku dan Rowan sejak kemarin,"balasnya sambil tersenyum tipis. "Kau yakin? Bagaimana dengan Alexander?"tanyanya lagi membuat sorot mata Lorna berubah. " Milla hubungan ku dengan Alexander hanya sebatas teman sekarang. Tidak lebih,"balas Lorna sambil menelan Saliva nya kuat. "Lorna .." "Milla aku terlalu takut untuk kembali, kau tahu seperti apa Alexander. Aku bahkan pernah kehilangan anak karenanya," "Bukan berarti pacarmu sekarang lebih baik, apa kau sudah mengenalnya dengan benar?" "Ya! Dia lebih baik. Rowan tidak pernah menyakiti ku, dia mencintai ku dengan benar," Milla terdiam sejenak, ia mengeluh dan mengedarkan pandangan ke arah lain. Ada banyak hal yang ingin ia sampaikan. Tapi Milla sadar, ia tidak punya hak atas hal itu, biarkan Alexander yang bekerja sesuai keinginannya. Lorna memusatkan perhatiannya pada perut Milla, mengusapnya lembut dan tersenyum ramah seakan bicara dengan seseorang yang ia kenal. ________________ " Jadi anggota Redblood menyerang mu semalam?"tanya Moren mengedarkan pandangan ke arah Alexander yang langsung menggerakkan ujung bibirnya. "Aku datang ke sini bukan untuk mengadukan tindakan mereka. Tapi memastikan kau tahu kenapa aku menembaki mereka,"ucapnya datar sambil melirik ke arah Billy yang berdiri di sudut pintu, memerhatikan beberapa anggota Redblood tampak tidak peduli dengan keadaan sekitarnya. Mereka menggunakan obat terlarang, Making out, mendengarkan music underground sambil menenggak minuman beralkohol. "Ya aku mengerti, mereka anak-anak muda yang haus kesenangan. Aku turut menyesal dengan apa yang terjadi, aku minta maaf,"Moren mengeluh, merasa begitu canggung saat ini. "Tidak masalah! Aku berharap berita ini tidak sampai ke manapun. Kita tutup rapat hal ini,"tukas Alexander datar. "Ya, itu tidak baik dengan keberadaan  di Haggen dan posisiku sebagai ketua Redblood yang bersifat rahasia."balas Moren sambil mengulum bibirnya pelan. "Aku ingin memesan senjata lagi, kau bisa datang ke benda itu dalam dua hari?" Moren langsung tersenyum lebar, menyatukan kedua tangannya. Sedikit membungkuk ke depan. "Jangan remehkan aku! Aku akan mendatangkan nya hanya dalam sehari jika kau membayar dua kali lipat!" "Itu mudah! Hm~ senang berbisnis dengan mu langsung, Moren!"balas Alexander cepat melempar senyuman bersahabat pada pria bersahaja yang ada di depannya itu. _______________ "Lorna ada apa?"tanya Milla menatap wanita tersebut langsung memasang wajah khawatir saat menerima sebuah pesan. "Hm aku sepertinya harus pulang sekarang, Rowan di rumah ku,"ucap Lorna tampak bersikap jujur pada Milla yang mengernyitkan keningnya. "Tapi—" "Milla maaf, aku harus membicarakan banyak hal padanya,"potong Lorna sangat cepat sambil membuang napasnya kasar. "Baiklah, aku harap kita bisa bicara lebih lama setelah ini,"Milla mengalah. Ia tidak ingin memaksa wanita tersebut. Lorna mengangguk setuju kembali mengusap perut wanita itu lalu melempar senyuman ke arah Milla. "Jangan lupa simpan nomor ku,"ucap Lorna menghilangkan kecanggungan di antara keduanya. "Tentu! Aku akan sering menghubungi mu, datanglah sebisa mungkin saat anakku lahir nanti. Mungkin Alexander akan pulang dalam waktu dekat," Lorna menelan Saliva nya keras, mendengar pernyataan Milla barusan. Sesuatu terasa begitu mendesak di jantungnya saat ini. Ia berharap keputusannya untuk memilih Rowan tepat. "Aku pulang dulu,"balasnya sambil memutar tubuh lambat dan meraih tas kecil yang sempat ia letakkan di atas ranjang. Sepersekian menit kemudian, Lorna keluar dari tempat itu. Menatap bodyguard yang masih berdiri di depan kamar, mengingat bagaimana Alexander bertingkah posessif terhadapnya dulu.  "Nona kau—" "Aku mau pulang,"potong Lorna sangat cepat saat Michella menegurnya. Wanita itu diam sejenak lalu melirik ke arah Milla yang ternyata berdiri di bibir pintu. "Baiklah, aku akan mengantar mu,"Michella tersenyum tipis, melihat Lorna yang tampak setuju dengan usulnya. Ia hanya ingin segera sampai di rumah sebelum Alexander mungkin membuat kekacauan kembali.  _____________________ Bagaimana untuk Part ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD