09 | Perempuan Itu

1040 Words

TEMPAT biasa yang kumaksud bukan tempat istimewa. Leo pasti langsung menepuk jidat kalau tahu tempat janjianku dengan Rasya hanya di kafetaria. Ponsel menunjuk pukul sembilan dan kurasa sebentar lagi kakiku akan kesemutan. Rasya memang suka telat, tapi biasanya tidak separah ini. Lima belas menit kemudian dia menunjukkan diri bersama buku merah besar di tangan. Buku yang sukses membuatku pusing setiap kali melihatnya. Namun, saat Rasya sampai di hadapanku, sontak saja dahiku mengerut melihat kondisinya. Napasnya memburu, keringat menetes di pelipisnya, sedang kantung mata di bawah matanya membuatku menatapnya penuh selidik. “Kenapa lo kayak abis dikejar-kejar anjing gitu?” “Bukan anjing, tapi jam di dinding. Gue baru bangun.” Aku tidak kaget kalau dia molor. Sudah ratusan kali aku memba

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD