PART 7

1185 Words
"Ahhhhh... Akhirnya kelar juga." Kata Sabrina lega Sabrina baru saja membersihkan dan membereskan apartemen Pak Davi. Sabrina pun segera bersiap-siap untuk ke rumah sakit tapi sebelumnya ia berencana untuk ke kantor untuk memberikan surat pengunduran dirinya. Karena Davi sudah memintanya untuk berhenti dari kantor dan memintanya untuk bekerja sebagai pembantu di apartemennya. @ kantor Davi "Sabrina kamu sudah yakin akan berhenti dari sini?" tanya Bu Jihan meyakinkan Sabrina " Iya Bu saya sudah yakin. Kondisi ibu saya semakin memburuk. Jadi saya harus menjaga ibu saya di rumah sakit. Selain itu saya sudah mendapatkan pekerjaan lain yang memungkinkan saya juga bisa merawat ibu saya."kata Sabrina menjelaskan "Sebenarnya saya berat untuk melepas kamu. Karena saya suka dengan kinerja kamu. Tapi jika ini sudah menjadi keputusan kamu, saya bisa mengerti." Kata Bu Jihan "Sekali lagi terima kasih Bu. Selama ini ibu sudah banyak membantu saya disini. Bahkan saya sering merepotkan ibu jika pekerjaan saya kurang baik. Dan saya minta maaf jika kinerja saya selama ini kurang baik." Kata Safira jujur Safira pun langsung mengurus surat pengunduran dirinya ke pihak HRD. Dan mulai hari ini ia sudah tidak bekerja di kantor Davi lagi. "Sabrina semangat.....?!! Kamu pasti bisa ngelewatin ini semua. Dan ini semua demi Ibu. Jadi kamu harus menjadi cewek yang kuat." kata Sabrina menguatkan tekadnya Sabrina sudah mengambil jalan ini maka yang bisa ia lakukan hanya menjalaninya. Yang ada di pikirannya hanya kesembuhan ibunya. Dan ia akan membiarkan semua berjalan. Sabrina pun melangkahkan kakinya menuju rumah sakit. Karena ia akan menjaga ibunya sebelum bosnya pulang ke apartemennya. "Dav, loe benar-benar ga lagi mabuk apa sakit kan? Loe pagi-pagi telpon gue cuma buat nyiapin surat kontrak ga masuk akal kayak gini? Loe gila ya??" kata Fandy sahabat sekaligus pengacara di perusahaannya " Gimana udah loe buatin?" Tanya Davi to the point " Ini gue udah buatin sesuai dengan perintah loe. Gue gak habis pikir kenapa loe bisa punya ide kayak gila kayak gini. Ini bukan Davi yang gue kenal. Emang cewek seperti apa yang bisa membuat Davi James Smith bisa ngelakuin hal seperti ini." kata Fandy penasaran Davi juga mendengar semua kata-kata yang Fandy katakan. Tapi entah kenapa Davi seperti ditarik ke dalam dunia Sabrina. Ya Sabrina perempuan yang bisa membuat seorang Davi James Smith begitu kebingungan. Davi juga ga tahu dengan perubahan pada dirinya sendiri. Kenapa dirinya begitu tertarik pada Sabrina. Kenapa dirinya ingin sekali melindungi perempuan itu. Seakan-akan ia tak ingin hal buruk terjadi padanya. "Thanks Fan. Nanti gue hubungi loe lagi kalau semuanya udah Ok." Kata Davi pada pengacara sekaligus temannya itu Davi pun segera keluar dari kantor Fandy. "Na sekarang kamu dimana? Berapa lama lagi aku harus nunggu kamu? Apa aku harus melupakan kamu?" Kata Davi sedang memandang foto masa kecil Sienna Udah 10 tahun lebih ia terus mencari cinta masa kecilnya yang sudah menjadi cinta masa depannya. Tapi hingga detik ini tak ada kabar ataupun petunjuk tentang keberadaan Sienna. Hingga sekarang muncul sosok wanita baru yang perlahan masuk dalam kehidupan Davi. Dan sepertinya sosok wanita baru ini perlahan mulai menggantikan posisi Sienna di hati Davi. "Bu, gimana keadaannya? Nana harap ibu baik-baik aja. Nana berjanji akan melakukan apa aja biar ibu sembuh. Jadi harus kuat dan semangat terus untuk sembuh." kata Sabrina menggenggam tangan ibunya yang tak sadarkan diri Kondisi ibunya semakin parah. Dan sudah 3 hari ini ibunya tidak sadarkan diri. Ingin rasanya Sabrina berteriak untuk melepaskan semua beban hidupnya. Tapi tidak. Sabrina harus kuat untuk ibunya. Sekarang hanya ibunya lah yang Sabrina punya. Sedangkan sang ayah Sabrina sudah tak menganggapnya. Yang terpenting kesembuhan ibunya yang utama. "Na, sekarang kamu tinggal dimana? Soalnya kemarin aku ke rumah kamu ga ada." Tanya Dinda sahabat sekaligus perawat di rumah sakit ini " Aku sekarang tinggal di rumah majikan aku Din." kata Sabrina "Lho bukannya kamu udah kerja jadi officenya girl di perusahaan besar itu ya kalau aku ga salah." Tanya Dinda lagi " Aku udah keluar dari kantor itu Din. Sekarang aku kerja jadi pembantu di apartemen majikan aku. "kata Sabrina sambil memakan rotinya "Oooo gitu." Kata Dinda mengerti "Din aku boleh minta tolong?" Tanya Sabrina malu-malu " Tolong apa?" Tanya Dinda bingung " Kamu tahu ga gimana caranya agar wanita ga hamil?" Tanya Sabrina "Maksudnya apa Nanti?" Tanya Dinda tidak mengerti Dinda sahabat sekaligus perawat di rumah sakit ini tampak bingung dengan pertanyaan Sabrina. Sabrina pun menceritakan semuanya kepada Dinda. Saat ini hanya Dinda sahabat yang Sabrina percaya untuk berbagi beban hidup dengan Dinda. Karena Sabrina benar-benar membutuhkan teman cerita. "Ya ampun Na. Kenapa kamu sampai sejauh ini. Kenapa kamu ga cerita sama aku lebih dulu sebelum kamu ambil keputusan ini."  kata Dinda yang sudah memeluk Sabrina yang sudah menangis “Aku ga punya pilihan lain Din. Cuma itu pilihan terakhir yang aku punya untuk menyelamatkan ibu. Ketika dokter bilang kalau ibu harus menjalani pengobatan lanjutan kalau ga ibu ga bisa di tolong. Jadi hanya cara ini yang terlintas di pikiran aku waktu itu. Dan please jangan cerita sama siapa-siapa soal ini terutama sama ibu. Biar aku yang tanggung semuanya." Kata Sabrina dengan berlinang air mata Dinda pun ikut meneteskan air matanya mendengar cerita dari sahabatnya. Dinda mengerti apa yang Sabrina rasakan. Mereka sudah bersahabat sejak kecil dan Dinda merasa ga bisa berbuat apa-apa untuk membantu Sabrina. Karena mereka sama-sama dari keluarga yang kekurangan. Dinda bersyukur ia mendapat beasiswa dan bisa menjadi perawat seperti sekarang. Minimal ia bisa memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri. "Na, kamu tunggu aku disini sebentar aku mau ambil sesuatu." Kata Dinda beranjak pergi Sementara itu Sabrina masih terduduk sambil menghapus air mata yang turun dari mata indahnya. Ia sedikit merasa lega karena setidaknya ia tak menyimpan masalah ini sendiri. Ia bisa berbagi cerita dengan Dinda. Walaupun Dinda tak bisa membantu dalam segi materi namun setidaknya sahabatnya ini mau mendengar segala keluh kesahnya. Dan Sabrina sangat beruntung memiliki Dinda dalam hidupnya. "Na dengarin aku. Sekarang aku kasih kamu pil KB ini untuk sementara. Kamu minum ini kalau kamu ga ingin hamil. Dan ingat nanti kamu harus periksa keadaan kamu. Nanti aku bantu kamu untuk periksa ke dokter kandungan. Tapi untuk sementara kamu minum ini dulu." kata Dinda sambil menyerahkan pil KB untuk Sabrina "Makasi Din kamu udah bantuin aku. Dan tolong kamu jagain ibu selama aku ga disini." kata Sabrina tersenyum "Kamu tenang aja aku akan jagain ibu kamu. Dan satu lagi kalau kamu butuh bantuan apapun langsung kabarin aku secepatnya."  kata Dinda sambil menggengam tangan Sabrina Malam harinya..... Davi membuka pintu apartemennya. Keadaan Davi malam itu sangat berantakan. Ia baru saja minum alkohol dan itu membuat mabuk. Davi pun pergi ke kamar Sabrina. Di ranjang tampak Sabrina sudah terlelap tidur. Davi pun dengan cepat melangkahkan kakinya mendekati Sabrina. Dan ia pun langsung mencium bibir Sabrina. Sabrina yang tertidur langsung terbangun merasakan benda kenyal melumat bibirnya. Ketika membuka matanya tampak Davi sedang menciumnya. "Davi......" Kata Sabrina kaget "I want You now." kata Davi serak Sabrina pun mengerti apa yang Davi inginkan. Ia pun pasrah menerima semua perlakuan Davi. Dan malam itu menjadi saksi bisu bagaimana Davi lagi-lagi memulai aktivitas panasnya dengan Sabrina. Sampai-sampai mereka baru saja tertidur ketika pagi akan menjelang. Dan Davi begitu nyaman ketika Sabrina tidur dalam pelukan Davi....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD