PART 4

935 Words
 Keringat dingin bercucuran dari kening Sabrina. Ekspresi Sabrina terlihat sangat ketakutan dan khawatir. Orang dapat tahu jika Sabrina merasakan ketakutan  terlihat jelas di wajah cantiknya. Dan penyebab ia merasa ketakutan dan khawatir adalah seorang Davi James Smith. Bos yang mati-matian ia hindari beberapa waktu terakhir. Dan ternyata usahanya untuk menghindari sang bos akhirnya harus berakhir juga. Tadi ketika ia berada di pantry, Bu Jihan memanggilnya dan  menyuruhnya untuk membuatkan kopi untuk Pak Davi. Dan Pak Davi memerintahkan Bu Jihan untuk Sabrina sendiri yang membuatkan kopi itu dan mengantarkan langsung kopi itu ke ruangannya. Begitu perintah yang pak Davi minta untuk Sabrina lakukan. Jadi mau ga mau Sabrina harus menjalankannya. Karena bagaimana pun juga ia bos dimana tempatnya berada jadi ia akan mencoba bersikap profesional. Sabrina kembali menguatkan tekadnya. Anggap saja pertemuan terakhir mereka hanya salah paham. Dan Sabrina siap menerima konsekuensinya. Bahakan jika sang bos akan memecatnya. Walaupun itu akan sangat berat untuk kehidupan Sabina. Tapi Sabrina mencoba untuk kuat dan tegar. Semenjak pertemuan terakhir mereka  di club, Sabrina memang sengaja dan sebisa mungkin menghindari Pak Davi. Bahkan rutinitas pagi Sabrina yang selalu harus membuatkan kopi untuk Pak Davi ia limpahkan ke teman ob yang lain. Memang ia yang membuat kopi itu tapi ia minta tolong temannya itu untuk mengantarkannya ke ruangan Pak Davi. Sabrina tak ingin bertemu dengan Pak Davi karena merasa belum siap bertatap muka langsung dengan bosnya. Selain itu Sabrina masih merasa takut dan trauma kalau Pak Davi melakukan hal yang buruk padanya. "Sabrina segera antarkan kopinya ke ruangan Pak Davi. Beliau sudah menunggu dari tadi." Perintah Bu Jihan "Baik Bu ini saya mau antarkan kopi untuk Pak Davi." Kata Sabrina patuh Sabrina tidak punya pilihan lain untuk menolak perintah Bu Jihan. Ia akan bersikap profesional. Walaupun ada rasa takut karena ia tak mau kehilangan pekerjaannya. Karena pekerjaan ini sangat berarti untuk hidupnya. Setidaknya gajinya bekerja disini bisa sedikit membantu biaya rumah sakit ibunya. "Nana semangat. Kamu pasti bisa." Kata Sabrina menyemangati dirinya sendiri Sabrina menghembuskan nafasnya dan segera berjalan menuju ruangan Pak Davi. Tok....Tok..... "Masuk..." Jawab Davi dengan suara bass dari dalam ruangannya Dengan perlahan Sabrina membuka pintunya. Ia sedikit menunduk ketika berjalan menuju meja Pak Davi. "Maaf pak menggangu. Ini kopi pesanan bapak. Silakan di nikmati. Kalau begitu saya permisi dulu."  kata Sabrina dengan suara yang pelan Setelah meletakkan kopi di meja Pak Davi, Sabrina segera beranjak pergi. Karena ia tak ingin berlama-lama berada disini. Dan ketika ia akan pergi tangannya di tarik seseorang. Sabrina pun berbalik dan betapa terkejutnya dia ketika sang bos Pak Davi menciumnya. Davi pun menarik pinggang Sabrina untuk merapat ke tubuhnya. Dan ia langsung menciumnya dalam tanpa membiarkan Sabrina untuk bernafas. Bahkan Davi menahan tengkuk Sabrina yang berusaha meronta. Nafas Sabrina masih tersengal-sengal setelah Davi melepaskan ciumannya. Karena ciuman Davi yang sudah sangat mahir. "I love your lips." kata Davi serak Davi merasa ini bukan dirinya. Tapi Davi merasa ketika melihat Sabrina seperti ada gairah dari dirinya yang menggelora. Padahal ia sudah cukup sering mencium gadis di luar sana. Bahkan mereka dengan sukarela menyerahkan tubuhnya untuk menghangatkan ranjang Davi. Tapi dengan Sabrina Davi merasakan hal yang lain. Dari segi penampilan Sabrina jauh dari kata cantik dan seksi bahkan cenderung biasa saja. Tapi entah kenapa Davi merasa Sabrina memiliki magnet yang membawanya untuk dekat demgaannya. Dan Davi merasa harus memiliki Sabrina bagaimanapun caranya. "Apa yang bapak lakukan? Kenapa bapak melakukan hal ini lagi kepada saya? Salah saya apa? Apa karena saya orang miskin jadi bapak bisa memperlakukan saya seenaknya?" Sabrina pun mulai terisak Sabrina tak tahu kenapa bosnya ini melakukan hal ini kepadanya. Ia benar-benar malu dan bingung dengan perlakuan sang bos. Suasana jadi hening hanya terdengar suara tangis Sabrina. "Saya bisa membantu melunasi semua biaya pengobatan ibu kamu dan membayar hutang ayah kamu."  kata Davi "Apa maksud bapak?" Tanya Sabrina bingung "Saya akan menanggung semua biaya hidup kamu asalkan kamu jadi wanita simpanan saya." kata Davi to the point Sabrina shock dengan apa yang Davi omongkan. Ia tak mengira bosnya ini memiliki pemikiran seperti ini. Sebenarnya tawarannya itu sangat menggiurkan tapi Sabrina tidak akan menjual tubuhnya sebagai pemuas nafsu bosnya ini. "Sebelumnya saya mohon maaf. Tapi saya tidak seperti yang bapak pikir. Saya akan melakukan cara apapun untuk biaya pengobatan ibu saya asalkan tidak menjual diri. Sebaiknya bapak mencari wanita lain untuk menjadi wanita bapak. Tapi bapak salah kalau memilih saya. Karena walaupun saya butuh uang saya tidak akan menjual harga diri saya. Bapak bisa pecat saya jika bapak tidak suka. Saya permisi dulu." Kata Sabrina yang sudah berurai air mata Sabrina pun segera keluar dari ruangan Pak Davi. @ Rumah sakit Sabrina sedang berlari di lorong rumah sakit. Tadi ia mendapat telepon dari rumah sakit kalau keadaan ibunya memburuk. Ketika sampai di depan ruang perawatan ibunya ia melihat beberapa dokter dan suster sedang melakukan tindakan. Sabrina hanya bisa menangis melihat keadaan ibunya. "Bagaiman keadaan ibu saya dok?" tanya Sabrina pada dokter " Sepertinya pengobatan selanjutnya ibu anda harus segera dilakukan karena badannya sudah mulai bereaksi. Saya tidak menjamin bagaimana keadaan ibu anda kalau tidak dilakukan pengobatan tahap selanjutnya." kata dokter menjelaskan Sabrina hanya bisa menangis dengan penjelasan dokter. Apa yang harus ia lakukan. Jangankan biaya pengobatan ibunya sekarang pun ia sama sekali tidak punya uang. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada ibunya. Ketika ia sedang termenung ia teringat kata-kata bosnya. Bosnya bilang kalau ia akan membiayai semua pengobatan ibunya. Tapi ada dilema yang dialami Sabrina. Apa ia harus membiarkan tubuhnya dimiliki oleh bosnya. Sabrina pun menghapus air matanya dan bergerak menuju tempat bosnya. Ia akan melakukan apapun agar ibunya bisa sembuh walupun ia harus menjual harga dirinya. Sabrina pun mulai bergerak menuju tempat bosnya.....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD