07 - MY HOT BILLIONAIRESS

2043 Words
MHB.07 KAMU HARUS SIAP KAPANPUN AKU MINTA Dengan wajah sedikit ragu Xaviera Zhou menjawab, "Sebenarnya aku kurang yakin jika mengingat sifat manja putri kita itu, Qin. Tapi aku berharap Jamie akan betah dan kuat menghadapinya seperti Bibi Xia menghadapi Viky selama ini. Sebelum Jamie pergi ke Cambridge, aku akan meminta Bibi Xia untuk menjelaskan bagaimana sifat Viky sebenarnya." "Ya, benar. Semuanya aku serahkan padamu, Xaviera. Kamu adalah Mommy nya, aku yakin kamu akan memberikan yang terbaik untuknya." "Tentu saja, Qin. Sebenarya Viky adalah gadis yang baik. Hanya saja sifatnya yang terlalu manja dan keras kepala, membuat tidak semua orang bisa memahaminya." Saat aku dan Xaviera Zhou tengah membicarakan tentang Victoria Debora, Bibi Liu yang bertanggung jawab atas makanan yang ada di mansion ini datang menghampiri kami. Dengan nada hormat ia berkata, "Tuan Besar, Nyonya Besar, maaf jika aku mengganggu sarapannya. Aku hanya ingin memberi tahu bahwa Bibi Xia sudah datang bersama Jamie putrinya." Aku menganggukan kepala dan menjawab, "Baik. Suruh ia menunggu kami di ruang keluarga hingga kami selesai sarapan." "Baik, Tuan Besar." Bibi Liu menganggukan kepala dan berlalu pergi keluar ruang makan. Sudah beberapa hari terakhir ini Bibi Xia Shen tidak masuk bekerja. Hal itu dikarenakan beliau mengalami demam semenjak beberapa hari yang lalu. Mengingat beliau yang telah semakin tua, sebenarnya aku telah meminta beliau untuk pensiun. Namun dengan alasan masih membutuhkan biaya, beliau menolaknya dan tetap ingin masuk bekerja. Ia juga pernah mengatakan padaku bahwa ia akan merasa lebih sakit jika tidak bekerja. Sehingga aku pun tidak tega menyuruhnnya berhenti bekerja untuk kesekian kalinya. Mengetahui beliau yang pagi ini kembali datang ke mansion, aku menoleh pada Xaviera Zhou yang saat ini tengah menikmati sarapannya dan bertanya, "Xaviera, apa kamu yang meminta Bibi Xia datang pagi ini dan membawa Jamie kemari?" "Tidak, Qin. Aku meminta Bibi Xia datang kemari bersama Jamie setelah beliau sembuh. Jika pagi ini beliau datang bersama putrinya, itu berarti beliau sudah sembuh. Saat beliau sakit kemarin, aku telah meminta dokter keluarga untuk memeriksanya dan memberikan pengobatan yang terbaik." "Baguslah kalau begitu." Aku menganggukan kepala dan kembali menikmati sarapanku. Beberapa saat kemudian Xaviera Zhou kembali bersuara, "Qin..." "Ya..." "Apa kelompok Triad Kepala Naga itu masih saja mencari masalah denganmu?" "Sudah dua tahun terakhir ini tidak ada lagi di antara mereka yang berusaha menggangguku. Hal ini membuatku sedikit lebih tenang. Padahal kejadian mereka menyandramu saat hamil Viky sudah puluhan tahun berlalu. Tapi mereka masih saja sakit hati. Yang mereka permasalahkan tetaplah sama. Mereka tidak bisa terima jika orang-orang lebih ramai ke tempat kita dibandingkan tempat mereka." "Ya, benar. Ditambah lagi pimpinan mereka yang hingga kini masih dipenjara, menbuat mereka masih membencimu, Qin." "Ngomong-ngomong... Kenapa kamu teringat pada mereka?" "Tidak apa-apa. Hanya saja aku teringat bahwa beberapa bulan lagi Yamamoto akan keluar dari penjara." Aku terdiam sejenak mendengar ucapan Xaviera Zhou yang mengingatkanku pada b*****h yang telah membunuh ayahnya itu. Dalam waktu bersamaan aku juga teringat pada Jack Fan yang sudah lama menjadi bodyguard ku. Sambil memainkan sendok dan garpu yang ada di tanganku, aku berkata, "Beberapa hari yang lalu aku telah menghubungi Jack Fan untuk kembali bekerja. Namun kondisinya yang sering sakit akhir-akhir ini dan tidak memungkinkan lagi bekerja seperti dulu, membuatnya menolak tawaran dariku. Ia adalah salah satu orangku yang setia, sama halnya dengan Bibi Xia. Membuatku merasa kesulitan untuk mendapatkan penggantinya. Tapi... Aku telah memintanya untuk mencarikanku bodyguard yang masih muda dan pas untuk mengawal keseharianku." "Qin, mereka sudah tua seperti kita. Tentu saja kondisi mereka tidak sebaik dulu lagi. Jika Qin merasa berat hati melepaskan mereka bekerja, lebih baik ganti posisinya saja." "Maksudmu, Xaviera?" "Qin, selama ini Bibi Xia sudah bekerja puluhan tahun mengurus Viky. Sebagai balasan dari kesetiaanya, kenapa Qin tidak menjadikannya kepala asisten rumah tangga saja? Begitu juga dengan Jack. Kondisinya saat ini tidak memungkin lagi untuk tetap menjadikannya sebagai pengawal pribadimu. Jika masih ingin ia berada di sisi Qin, berikan saja posisi mendiang Jierui kepadanya. Dengan begitu ia akan selalu bisa menemani kemanapun Qin pergi." Aku kembali terdiam beberapa saat memikirkan apa yang baru saja diucapkan oleh istriku. Hingga akhirnya aku mengambil keputusan dengan baik dalam beberapa saat. "Baiklah. Aku akan membicarakan hal itu kepada mereka nantinya." Baru saja aku selesai bicara, Bibi Liu yang tadinya telah pergi kembali ke hadapan kami. Dengan wajah bersalah ia berkata, "Tuan Besar, maaf jika aku kembali mengganggu sarapannya. Aku hanya ingin memberi tahu kalau saat ini Tuan Jack Fan tengah berada di ruang tamu menunggua Tuan Besar." "Baik, Bi. Suruh ia menungguku di ruang tamu. Setelah sarapa aku akan menemuinya." Sambil menganggukan kepala Bibi Liu berkata, "Baik, Tuan Besar. Aku akan menyampaikannya. Sekali lagi maaf jika aku mengganggu waktu sarapannya." "En..." Aku menanggapinya dengan sedikit bersuara dan perasaan kesal. Saat Bibi Liu pergi keluar ruang makan, aku menatap punggungungnya dengan tatapan terpaku. Membuat Xaviera Zhou kembali bersuara, "Qin, kenapa melamun?" Aku menggelengkan kepala sambil mengangkat cangkir teh herbal yang ada di hadapanku. Setelah meminumnya aku pun menjawab, "Tidak apa-apa. Selera makanku hanya berkurang setelah sarapanku terganggu beberapa kali." "Bukan masalah besar, Qin. Habiskan saja makanan yang tinggal sedikit itu. Tidak baik buang-buang makanan." "Aku juga tidak berniat untuk membuangnya, Xaviera." Aku menanggapi ucapannya dan kembali menyantap sarapanku. Setelah aku dan Xaviera Zhou selesai sarapan, kami beranjak dari ruang makan dan pergi ke ruangan yang berbeda. Aku pergi ke ruang tamu untuk menghampiri Jack Fan yang telah menungguku. Sedangkan istriku Xaviera Zhou pergi ke ruang keluarga untuk menemui Bibi Xia Shen yang sudah dari tadi menunggu bersama putrinya. Dan masing-masing kami menemui para pekerja mansion yang senior itu untuk membahas hal yang berbeda untuk kepentingan yang berbeda. Jika Xaviera Zhou mengurus kepentingan putriku Victoria Debora Chen yang membutuhkan asisten rumah tangga yang tangguh dan sanggup menghadapinya. Sedangkan aku mengurus kepentinganku sendiri yang saat ini sedang mencari pengawal pribadi. Aku yang masih merasa kenyang melangkah dengan santai menuju ruang tamu mansion. Baru saja aku sampai di sana, aku telah melihat dua orang pria berbaju serba hitam yang bertubuh tegap duduk dengan gagahnya. Salah satu dari orang itu adalah Jack Fan yang selama ini telah bekerja puluhan tahun untukku. Sedangkan satunya lagi belum pernah aku lihat, namun wajahnya sangat familiar bagiku. Melihatku yang melangkah menuju ruang tamu, Jack Fan dan pria muda yang ada di sampingnya bangkit dari sofa. Dengan penuh hormat ia pun menyapaku, "Selamat pagi, Tuan Besar." "Selamat pagi, Tuan Besar." Pria muda di samping Jack Fan ikut menyapaku dengan hormat. "Pagi." Aku menganggukan kepala menanggapi sapaan mereka. Setelah aku duduk dengan baik di sofa, aku kembali bersuara pada mereka yang masih saja berdiri di hadapanku, "Silahkan duduk." "Terima kasih, Tuan Besar." Jack Fan menganggukan kepala dan duduk di sofa diikuti oleh pria muda yang ada di sampingnya. Setelah Jack Fan dan pria muda itu duduk di sofa yang ada di hadapanku, aku pun bertanya, "Bagaimana kabarmu, Jack?" "Baik, Tuan Besar." "Ada kabar apa kamu datang pagi ini kemari, Jack? Apa kamu ingin menerima tawaranku malam itu?" "Maaf. Tuan Besar. Kedatanganku kemari ingin mengatakan bahwa aku tidak bisa menerima tawaran Tuan Besar malam itu padaku. Kondisiku yang sudah semakin tua, rasanya tidak memungkinkan lagi untuk bekerja mengawal Tuan Besar seperti dulu. Aku tidak memiliki tenaga sekuat waktu muda dulu untuk bertarung." Jack Fan bicara dengan tenang dan tersenyum tipis padaku. Aku terdiam sejenak mendengar ucapannya yang membuatku merasa sedikit kecewa itu. Namun belum sempat aku menanggapinya Jack Fan pun kembali bersuara, "Tapi Tuan Besar tidak perlu khawatir. Aku datang kemari membawa putraku untuk bekerja bersama Tuan Besar menggantikanku." "Apa pria muda ini adalah putramu, Jack?" Aku bertanya dengan wajah datar. Dengan segera Jack Fan menjawab, "Benar, Tuan Besar. Ini adalah putraku, Tristan." "Tristan? Apa ia adalah putramu yang pernah kamu ceritakan dulu padaku?" "Benar, Tuan Besar. Ia lah yang pernah aku ceritakan dulu pada Tuan Besar." "Pantas saja. Saat pertama kali aku melihatnya tadi, aku merasa wajahnya sangat familiar. Setelah diperhatikan, ternyata ia mirip dengan mantan istrimu." Seketika wajah kedua orang yang duduk di hadapanku sedikit berubah mendengar kata 'mantan istri' yang baru saja aku ucapkan. Dalam waktu bersamaan aku baru ingat, bahwa Jack Fan memiliki pengalaman buruk bersama mantan istrinya. Membuatku yang baru saja mengungkitnya merasa sedikit bersalah. Namun belum sempat aku meminta maaf, dengan segera Jack Fan mengalihkan pembicaraan untuk memecahkan suasana. Ia menoleh pada putranya yang menatapku dengan wajah kaku dan berkata, "Tristan, perkenalkan dirimu pada Tuan Besar Drex Chen." "Baik, Ayah." Pria muda itu menganggukan kepala dan bangkit dari sofa. Setelah ia berdiri tegap di hadapanku, dengan suara rendah dan nada yang tegas ia kembali berkata, "Tuan Besar, perkenalkan aku Tristan Rainer Fan atau lebih dikenal dengan panggilan Tristan. Aku adalah putra tunggal dari Tuan Jack Fan yang sudah lama bekerja untuk Tuan Besar." Aku memperhatikan pria tampan dengan tubuh tinggi tegap itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Kemudian aku bertanya, "Apa kamu sudah pernah bekerja sebagai pengawal pribadi, Tristan?" "Sudah, Tuan Besar. Tiga tahun terakhir ini aku bergabung dengan sebuah perusahaan Tiongkok yang menyediakan jasa pengawalan eksekutif. Sudah banyak orang-orang penting, pejabat negara atau selebritas di negara ini yang menggunakan jasaku." "Tiga tahun? Aku rasa kemampuanmu tidak perlu diragukan lagi, Tristan. Tapi apa kamu sudah pernah mengawal orang sepertiku? Apa kamu yakin akan sanggup menjalaninya?" "Aku memang belum pernah menjadi pengawal pribadi orang seperti Tuan Besar. Tapi aku akan berusaha semampuku untuk memberikan pengawalan terbaik. Lagi pula dari dulu aku sering mendengar cerita Ayahku tentang pengalaman bekerja bersama Tuan Besar yang penuh tantangan. Setidaknya aku sudah memahami sedikit bagaimana bekerja dengan Tuan Besar." Aku menganggukan kepala dengan pelahan dan berkata, "Oke. Karena kamu adalah putra Jack, aku tidak akan meragukan kesetiaanmu. Tapi jika kamu mengkhianatiku, aku pastikan kamu akan menyesal setelahnya. Jack sangat tahu bagaimana saat aku marah. Aku tidak pernah ragu untuk mematahkan tulang seseorang jika ia berkhianat padaku atau berani melawanku." Baru saja aku selesai bicara, Bibi Liu yang berwajah panik datang menghampiriku ke ruang tamu dengan sebuah telepon di tangannya. Belum sempat ia bicara, akupun sudah lebih dulu bertanya dengan perasaan sedikit kesal, "Ada apa lagi, Liu?" "Tu-tuan Besar, ada telepon dari Cambridge." Bibi Liu menjawab dengan gugup sambil memberikan telepon padaku. Seketika aku teringat pada putri semata wayangku Victoria Debora yang ada di Cambridge. Dengan segera aku menerima telepon itu dari tangan Bibi Liu lalu bersuara, "Hallo..." "Hallo, Tuan Drex Chen. Aku Barbara, temannya Victoria. Aku ingin memberi tahu bahwa saat ini Victoria sedang dirawat di rumah sakit. Tadi pagi ia mengalami perampokan dan terluka." Mendengar berita buruk dari Barbara yang ada di seberang telepon, membuatku merasa begitu khawatir pada kondisi putriku Victoria Debora. Namun aku berusaha bersikap tenang dan bertanya, "Lalu bagaimana kondisi Victoria sekarang, Barbara?" "Sekarang ia masih dirawat di rumah sakit untuk menjalani perawatan intensif, Tuan. Karena selain terluka, ia juga menderita sakit lainnya." Tanpa berpikir panjang aku berkata, "Baiklah. Terima kasih informasinya, Barbara. Aku akan segera berangkat ke sana." "Baik, Tuan. Sampai jumpa." "Sampai jumpa." Setelah mengakhiri panggilan telepon bersama Barbara, aku memberikan telepon kepada Bibi Liu sembari berkata, "Liu, ini teleponya. Tolong siapkan pakaianku dan Xaviera untuk beberapa hari di Cambridge. Jangan masukan pakaian yang tebal, karena sekarang di sana musim panas." "Baik, Tuan Besar." Bibi Liu menganggukan kepala dan berlalu keluar ruangan. Kemudian aku menoleh pada Jack Fan yang dari tadi diam menatapku dan berkata, "Jack, hubungi Tuan Qiang untuk menyiapkan jet pribadi. Saat ini Viky sedang dirawat di rumah sakit. Kita harus segera berangkat ke Cambridge." "Kita?" Jack Fan menatapku dengan wajah kebingungan. "Ya, kamu dan putramu Tristan ikut aku ke Cambridge hari ini. Jika kamu tidak bisa menjadi pengawalku, kamu bisa menjadi asisten pribadiku menggantikan Jierui. Bukankah dulu kamu sering mengambil alih beberapa pekerjaannya?" "Tapi Tuan Besar, aku..." Sambil bangkit dari sofa aku berkata, "Sudah, jangan menolak lagi. Kamu hanya perlu ikut bersamaku tanpa harus menjadi pengawalku. Bukankah itu lebih baik daripada menjadi pengawalku?" "Siap, Tuan Besar." Jack Fan mengangguk dengan patuh. Namun baru saja aku melangkah, Tristan Rainer pun bersuara, "Maaf Tuan Besar, aku belum siap untuk pergi. Karena aku belum ada persiapan untuk pergi hari ini." "Kita tidak sedang berada di perusahaan tempatmu bekerja, Tristan. Jika kamu bekerja untukku, itu berarti kamu harus siap kapanpun aku minta." Aku mengeluarkan sebuah kartu dari saku celanaku lalu memberikannya pada Tristan Rainer sembari berkata, "Pakailah kartu ini untuk membeli semua kebutuhanmu bersama Ayahmu setelah sampai di Cambridge nanti." Dengan wajah kaget Tristan Rainer menerima kartu itu dan berkata, "Siap, Tuan Besar."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD