08 - MY HOT BILLIONAIRESS

1933 Words
MHB.08 SANGAT PANIK XAVIERA ZHOU Kedatangan Bibi Xia Shen pagi ini ke mansion kami, membuat hatiku merasa senang. Aku merasa senang karena hari ini beliau sudah sembuh setelah mengalami sakit karena kelelahan beberapa hari yang lalu. Selain itu aku juga merasa senang, karena beliau membawa putrinya Jamie Shen yang akan bekerja dengan keluarga Chen untuk mengurus putri tunggalku Victoria Debora Chen. Sebenarnya aku merasa sedikit khawatir jika Jamie Shen akan menyerah sebelum memulai pekerjaannya atau hanya bertahan sebentar. Namun mengingat kesabaran Bibi Xia Shen terhadap putriku selama puluhan tahun, membuatku merasa optimis. Dengan harapan Jamie Shen akan memiliki kesabaran seperti ibunya. Baru saja aku memasuki ruang keluarga setelah sarapan bersama suamiku Drex Chen di ruang makan, aku tersenyum pada Bibi Xia dan Jamie Shen yang telah lama menungguku. Dengan perasaan senang aku bersuara, "Maaf Bi, Jamie, sudah membuat kalian lama menungguku." "Tidak apa-apa, Nyonya." Bibi Xia Shen membalas ucapanku. Begitu juga dengan putrinya Jamie Shen yang duduk di sampingnya, menanggapi ucapanku dengan senyum ramah, "Tidak apa-apa, Nyonya. Duduk di ruangan ini sangat nyaman. Membuatku tidak merasa bosan menunggu." "Hush... Jamie, apa kami tidak bisa bicara lebih sopan pada Nyonya Chen?" Bibi Xia Shen menegur putrinya yang bicara lebih banyak darinya. Aku tersenyum sambil duduk di sofa yang ada di depan mereka. Kemudian aku kembali berkata, "Bibi Xia, kenapa kamu menegur putrimu seperti itu? Tidak ada satupun katanya yang menyakiti perasaanku." "Maaf, Nyonya. Aku menegur putriku karena ia bicara dengan kata yang terlalu berterus terang. Aku merasa tidak enak hati jika ia bicara seperti itu pada Nyonya." "Tidak apa-apa, Bi. Bukan masalah besar. Aku merasa senang jika ia juga merasa senang di mansion ini." Aku kembali tersenyum pada Bibi Xia Shen. Kemudian aku menoleh pada Jamie Shen yang duduk di sampingnya dan bertanya, "Jamie, apa kamu menyukai mansion ini? Apa kamu merasa nyaman?" Jamie Shen menganggukan kepala dan menjawab dengan ekspresi senang, "Ya, Nyonya. Aku menyukainya dan merasa nyaman." "Kalau begitu kamu akan bisa tinggal di tempat yang senyaman mansion ini di Cambridge nantinya." "Cambridge?" Jamie Shen bersuara dengan nada kaget. "Ya, Cambridge. Memang rumahnya tidak seluas ini, tapi cukup luas untuk ditempati oleh satu hingga lima orang dengan berbagai fasilitas." Dengan wajah lugu Jamie Shenn kembali bertanya, "Nyonya, apa Cambridge itu di Inggris?" "Bukan, Jamie. Cambridge yang ini ada di Amerika Serikat. Apa ibumu tidak menceritakan apapun padamu?" "Belum, Nyonya. Saat Ibu menawariku pekerjaan, Ibu hanya mengatakan bahwa aku akan bekerja di kediaman keluarga Tuan Drex Chen. Jadi yang ada di bayanganku hanyalah mansion ini." "Ya, Jamie. Kamu memang akan bekerja di kediaman keluarga Tuan Drex Chen. Tapi bukan di mansion ini. Kamu akan ditempatkan bekerja di kediaman putriku di Cambridge." Jamie Shen terdiam sejenak lalu dengan wajah rumit ia bertanya, "Apa... Aku akan bekerja kediaman Tuan Putri Manja itu, Nyonya?" Seketika aku tertawa mendengar ucapan Jamie Shen yang terlihat lugu namun sangat berterus terang. Entah kenapa, meski ia bicara dengan begitu berteru terang, sedikitpun aku tidak merasa kesal. Namun Bibi Xia Shen yang dari tadi diam di sampingnya, kini bersuara dengan wajah memerah karena malu, "Nyonya, maafkan ucapan putriku. Tapi ia tidak bermaksud untuk menjudge Nona Muda Viky." "Ya, Nyonya. Aku tidak bermaksud apa-apa. Hanya saja dalam ingatakanku Nona Muda adalah nona yang manja." "Tidak apa-apa, Bibi Xia, Jamie. Aku tidak marah. Memang benar putriku itu sangat manja. Jadi tidak ada yang perlu aku bantah, karena memang begitu adanya. Bagaimana kamu bisa tahu dengan putriku, Jamie? Apa dulunya kalian saling mengenal?" "Nyonya, siapa yang tidak tahu dengan Nona Muda Victoria. Semua orang yang ada di Macau ini tahu bahwa ia adalah putri tunggal Tuan Besar Drex. Nona Muda sangat populer, tentu saja aku mengenalnya. Dulu waktu kecil aku pernah dibawa Ibu ke mansion ini, jadi aku pernah bertemu dan bermain bersama Nona Muda." "Benarkah? Kapan itu?" Bibi Xia Shen pun menjawab, "Itu sudah sangat lama, Nyonya. Saat itu Nona Muda Viky masih berumur 5 tahun dan Jamie berumur 10 tahun. Dulu aku pernah membawa Jamie kemari untuk menemani Nona Muda Viky bermain, saat Nyonya dan Tuan pergi berlibur bersama di perayaan ulang tahun pernikahan yang ke... Maaf, aku tidak ingat, Nyonya." "Yang keenam, Bi. Bukankah waktu itu Viky yang kami tinggalkan bersamamu sakit beberapa hari?" "Ya, benar Nyonya." Aku yang mengingat kejadian itu menganggukan kepala dan berkata, "Ya, aku ingat. Saat Viky sakit karena kami tinggal berlibur, kami kembali lebih awal dari waktu yang telah ditentukan." "Benar, Nyonya. Saat itu aku terpaksa membawa Jamie menginap di sini karena tidak ada yang menjaganya." Kemudian Jamie Shen menambahkan, "Waktu itu Ibu membawaku kemari dan menginap di mansion ini, Nyonya. Awalnya Nona Muda tidak menyukaiku dan mengusirku karena tidak ingin bermain denganku. Tapi lama kelamaan ia mau bermain denganku. Ia juga memberiku makanan dan beberapa mainan miliknya. Tapi setelah kami besar, aku tidak pernah lagi bertemu secara langsung dengan Nona Muda. Hanya saja pernah beberapa kali melihatnya dari kejauhan, Nyonya." Bibi Xia Shen menoleh pada putrinya dan kembali berkata, "Jamie, kenapa kamu bercerita terlalu rinci?" "Tidak apa-apa, Bi. Aku senang mendengar Jemie bercerita." Aku tersenyum pada Bibi Xia Shen, lalu kembali berkata pada Jamie Shen, "Maaf jika saat itu Viky menolak keberadaanmu, Jamie. Ia bukan anak yang mudah dekat dengan orang baru. Ia selalu butuh waktu untuk beradapatasi jika bertemu dengan orang baru. Jadi aku yakin kalau saat itu ia tidak bermaksud untuk menyakiti perasaanmu." "Tidak apa-apa, Nyonya. Aku mengerti. Lagi pula saat itu ia menolakku tidak lama dan siang harinya sudah mau bermain dengabku. Meski Nona Muda terlijat manja dan keras, tapi aku tahu ia memiliki hati yang baik. Karena aku masih ingat, waktu itu ia mau membagi makanan denganku. Padahal itu adalah makanan kesukaanya. Selain itu ia juga memberiku mainan mahalnya. Bahkan saat beberapa hari di mansion ini dan bermain bersamanya, ia tidak memangilku Jamie. Tapi ia memberiku nama Jamjam." Aku kembali tertawa mendengar cerita Jamie Shen. Begitu juga dengan Bibi Xia Shen yang duduk di hadapanku. Aku kembali teringat pada putriku yang sangat manja itu. Aku sangat tahu bahwa putriku bukanlah anak yang jahat. Hanya saja sifatnya yang terlalu dimanja oleh Tuan Drex Chen, membuat ia menjadi anak yang keras kepala dan egois. Tapi jika ia menyukai seseorang, ia akan memperlakukannya dengan sangat baik seperti ia mencintai dirinya sendiri. "Jadi bagaimana, Jamie? Apa kamu siap dikirim ke Cambridge?" "Siap, Nyonya." Jamie Shen menjawab dengan penuh semangat. Mendengar jawaban Jamie Shen yang bersemangat, membuat rasa ragu muncul di hatiku. Bukannya aku ragu pada kesetiaannya dan juga ketelatenan ia dalam bekerja. Tapi yang aku ragukan adalah kesabarannya menghadapi putriku Victoria Debora. Sudah hampir dua bulan ia tinggal di Cambridge, tapi tidak ada seorang asisten rumah tangga pun yang sabar mengahadapinya. Karena selama dua bulan terakhir ini, sudah lebih dari 10 orang asisten rumah tangga berhenti karena tidak sanggup menghadapinya. Aku tidak tahu pasti apa yang telah dilakukan Victoria Debora pada para asisten rumah tangga yang mwlayaninya itu. Namun jika dihitung-hitung dari awal hinga beberapa hari yang lalu, Jamiw Shen adalah orang yang ke-17 yang akan bekerja untuknya. Membuatku sebagai orang tua merasa khawatir membayangkan jika Jamie Shen nantinya tidak sabar menghadapinya. Aku terdiam cukup lama menatap Jamie Shen yang duduk di hadapanku. Kemudian dengan perasaan sedikit ragu aku bertanya, "Jamie, apa kamu yakin mau bekerja di Cambridge untuk mengurus Viky?" "Ya, Nyonya. Aku sanggup." Jamie Shen bicara dengan wajah yakin. Aku tersenyum tipis padanya dan kembali berkata, "Tapi Jamie, Viky itu berbeda dengan anak gadis pada umumnya. Bukan, bukan maksudku untuk menyanjungnya. Aku hanya khawatir jika kamu tidak kuat mengahadapinya yang terkadang sulit untuk dimengerti. Baru dua bulan ia di sana, sudah banyak asisten rumah tangga yang berhenti karenanya." "Tenang saja, Nyonya. Aku akan berusaha untuk memberikan yang terbaik, Nyonya. Sifat manusia bisa dirubah, tapi tidak dengan wajah. Kecuali wajah dioperasi plastik. Bukankah begitu, Nyonya?" "Apa kamu yakin, Jamie?" Aku bertanya dengan perasaan ragu. "Ya, Nyonya. Memang baru kali ini aku bekerja sebagai asisten rumah tangga. Selama ini aku hanya bekerja sebagai pelayan restoran. Tapi aku sudah bertemu banyak orang dengan berbagai tipe. Jadi aku rasa itu bukanlah masalah. Jika aku tidak tahu bagaimana cara mengatasinya, aku akan menanyakannya pada Ibuku. Karena Ibu sudah lama bertahan sebagai pengasuh dan mengurus Nona Muda. Beliau mengatakan jika Nona Muda sangatlah baik." Aku hanya bisa tersenyum tipis pada Jamie Shen yang begitu optimis dan berkata, "Baiklah. Aku harap kamu memang bisa betah di sana, Jamie. Karena umur kalian tidak terpaut jauh, semoga saja nantinya kalian juga bisa menjadi teman. Beberapa hari lagi aku akan mengantarmu ke Cambridge." Baru saja aku selesai bicara, tiba-tiba Tuan Drex Chen datang menghampiriku ke ruang keluarga. Dengan wajah panik ia berkata, "Xaviera, bersiap-siaplah. Kita akan segera berangkat ke Cambridge." "Memanngnya kenapa, Qin? Kenapa kita harus berangkat ke Cambridge begitu mendadak?" aku bertanya dengan wajah panik melihat suamiku yang saat ini juga panik. "Aku baru saja mendapatkan telepon dari Cambridge kalau saat ini Viky sedang di rawat di rumah sakit." Spontan aku bangkit dari sofa dan bertanya, "Lalu bagaimana kondisinya sekarang? Apa ia baik-baik saja?" "Aku tidak tahu pasti bagaimana kondisinya, Xaviera. Barbara temannya yang memberi tahu juga tidak menceritakan dengan jelas. Jadi lebih baik kita langsung berangkat ke Cambridge saja. Bersiaplah!" Tuan Drex Chen segera melangkah pergi keluar ruangan setelah bicara padaku. Namun melihat Jamie Shen dan Bibi Xia Shen yang saat ini masih berada di dalam ruangan, aku pun kembali bersuara, "Qin..." "Ya, Xaviera. Ada apa lagi? Aku kita harus segera pergi." "Qin, sekarang sudah ada Jamie di sini. Bagaimana kalau ia langsung berangkat ke Cambridge bersama kita?" "Ya, sudah. Semuanya berangkat sekarang saja." Tuan Drex Chen menjawab dan berlalu pergi. Setelah Tuan Drex Chen pergi, aku yang masih berdiri di ruang keluarga pun bicara, "Bibi Xia, sepertinya aku akan langsung membawa Jamie ke Cabridge. Bagaimana?" "Terserah Nyonya saja." "Bagaimana menurutmu, Jamie?" "Baik, Nyonya. Aku bersedia." "Tapi bagaimana dengan barang-barangmu? Apa ada barang yang perlu dijemput ke rumah kalian?" "Tidak, Nyonya. Karena tadinya aku berpikir akan langsung bekerja di mansion ini, jadi aku langsung membawa barang-barangku, Nyonya." Aku menganggukan kepala dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu kamu ikut berangkat dengan kami saja." "Baik, Nyonya." Jamie Shen menganggukan kepala menanggapi ucapanku. "Dan kamu Bibi Xia, tolong jaga mansion ini dengan baik. Aku sudah membicarakannya dengan Tuan Drex Chen kalau mulai hari ini kamu diangkat menjadi kepala asisten rumah tangga." Seketika Bibi Xia Shen merasa kaget dan berkata, "Nyonya, aku... Apa kamu tidak salah dengar?" "Tidak, Bi. Sudah sepantasnya Bibi mendapatkan posisi itu. Bibi sudah lama bekerja untuk keluarga ini. Kecuali Bibi tidak ingin lagi bekerja." "Terima kasih banyak, Nyonya." "Sama-sama, Bi. Sekarang Bibi sudah bisa kembali bekerja. Dan kamu Jamie, kemasi barang-barangmu. Aku juga harus bersiap-siap. Jangan sampai saat Tuan Drex turun, aku masih berada di sini." "Baik, Nyonya." Jamie Shen dan Bibi Xia Shen menanggapi dengan serentak. Aku berjalan keluar ruang keluarga menuju lantai dua mansion dengan menaiki tangga. Saat aku hendak menaiki anak tangga, Tuan Drex Chen juga baru saja keuar dari kamar. Ia menatapku dengan wajah kaget dan berkata, "Astaga... Xaviera, bukankah aku sudah mintamu untuk segera berbenah? Tapi kamu baru saja naik ke lantai dua. Kita harus segera berangkat. Jack juga sudah menghubungi Tuan Qiang untuk menyiapkan jet untuk kita." "Apa Jack akan ikut, Qin?" "Ya. Ia dan putranya Tristan akan ikut kita ke Cambridge. Sekarang segeralah naik ke lantai atas dan siapkan dirimu. Jangan buat aku menunggu terlalu lama." "Baik, Qin. Aku akan segera bersiap-siap." Aku menjawab sambil menganggukan kepala dan berlalu pergi ke lantai dua mansion. Sedangkan Tuan Drex Chen juga berlalu pergi ke lantai satu mansion dengan menuruni anak tangga. Sepertinya saat ini Tuan Drex Chen sangat panik mengingat putrinya yang ada di Cambridge. Begitu juga dengan diriku yang baru saja akan segera pergi ke kamar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD