BAB 4

1215 Words
"Ra.... Rara......" Panggil seseorang Sedari jam istirahat dimulai Rachel terus saja melamun. Seakan-akan ia sedang memikirkan masalah yang sangat berat. Hingga jam istirahatnya hampir selasai Rachel masih saja melamun. Sampai-sampai ketika Dina teman kerjanya memanggilnya beberapa kali ia pun masih saja melamun. Hingga Dina harus menepuk bahu Rachel agar ia sadar dari acara melamunnya. "Ya Din ada apa." Tanya Rachel ketika Dina menepuk bahunya "Ra loe kenapa sih? Dari tadi gue panggil loe ga nyaut panggilan gue. Dan gue lihat akhir-akhir ini loe jadi sering melamun loe deh. Loe kenapa?  Kalau loe ada masalah loe bisa cerita sama gue. Siapa tahu dengan loe cerita masalah loe, gue bisa bantu. Minimal gue bisa menjadi pendengar yang baik buat loe lah." kata Dina memberi saran "Hahhhhh..." Rachel kembali menghela nafas. Ia mulai sering menghela nafas. Seperti ia sedang memikul beban yang sangat berat. Hingga ia merasa frustasi seperti ini. Rachel pun mulai menceritakan semua persoalannya kepada Dina. Dari masalah kesehatan sang ayah dan biaya operasi yang sangat mahal. Hingga masalah pertemuannya dengan kelurga Hanz beberapa hari yang lalu. Serta soal perjodohannya dengan anak sahabat ayahnya tersebut. Semua ia ceritakan kepada Dina. Rachel berharap sedikit mengurangi beban pikirannya. Mungkin saja Dina bisa mencarikan solusi untuk permasalahannya. "Ya ampun Ra masalah loe besar juga. Kalau soal biaya operasi ayah loe maaf gue ga bisa bantu loe. Loe tahu sendiri gimana kehidupan gue. Gue tulang punggung di keluarga gue jadi sorry gue gak bisa bantu." Kata Dina minta maaf "Ga papa Din. Gue tahu kok kondisi loe. Lagian gue juga ga minta bantuin loe buat biaya operasi ayah." Jawab Rachel "Dan terus gimana soal perjodohan itu? Loe tahu kan Ra siapa keluarga Hanz itu. Mereka keluarga konglomerat di negeri ini Ra. Loe beruntung bisa jadi bagian dari keluarga mereka nanti Ra." Kata Dina ga menyangka " Enak aja. Loe kira gue cewek matre. Ga lah. Lagian gue kan udah punya Radit sekarang Din. Hubungan kami juga masih baik kok. Bahkan Radit berencana membawa hubungan kita ke arah yang lebih serius lagi " kata Rachel tersenyum "Jadi loe masih ada Hubungan dengan Radit? Gue kira kalian udah putus. Soalnya gue jarang liat dia jemput loe lagi ke sini. Kalau ga salah loe udah pacaran lama sama Radit kan?" Tanya Dina " Iya gue udah pacaran sama Radit hampir 2 tahun. Gue berharap nanti gue bisa nikah sama Radit. Karena menurut gue Radit laki-laki yang tepat buat gue. Tapi gue juga bingung Din gue mesti gimana lagi?  Apalagi gue udah punya Radit dan gue sayang banget sama Radit."  kata Rachel frustasi "Kalau gue boleh kasih saran ya Ra. Kenapa loe ga terima lamaran dari keluarga Hanz itu. Loe bilang sendiri jika mereka adalah sahabat ayah dan ibu loe kan? Dan gue yakin mereka pasti akan menyayangi loe kayak anak mereka sendiri. Ya karena mereka sama-sama bersahabat. Dan soal Radit loe udah tahu sendiri dari dulu gue ga setuju loe pacaran sama dia. Karena menurut gue Radit ga sebaik yang loe lihat saat ini. Tapi semua keputusan ada di tangan loe. Gue sebagai sahabat hanya bisa memberi saran. Dan gue akan mendukung apapun keputusan loe. Dan kalau punya masalah pintu rumah gue terbuka lebar kalau loe mau curhat lagi." Kata Dina menenangkan Rachel "Makasi ya Din. Loe emang sahabat gue. Gue akan ambil keputusan yang terbaik bagi gue dan tentu juga demi ayah." Kata Rachel sambil memeluk Dina Bel tanda istirahat usai Rachel pun harus kembali mengajar. Ia pun segera membuang semua pikirannya karena ketika ia sedang mengajar ia akan melupakan semua dan fokus dengan anak didiknya. Ketika dia mengajar ia merasa semua masalah yang ia hadapi jadi hilang. Karena keceriaan dan tingkah polos anak-anak membuatnya bahagia. "Din, gue pulang duluan ya."  kata Rachel berpamitan "Hati-hati Ra di jalan. Sampaiin salam gue ke ayah loe. Semoga beliau cepat sembuh." Kata Dina "Siap bos nanti gue sampain salam loe ke ayah. Lain kali loe jenguk ayah gue. Gue yakin beliau pasti senang sama kedatangan loe." Kata Rachel yang sedang membereskan barang-barang. "Ok nanti kalau ada waktu luang pasti gue langsung jengukin ayah loe " kata Dina Rachel pun segera pulang dan segera pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaannya sang ayah. Ketika akan keluar dari sekolah tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di depannya. Rachel tampak bingung ketika mobil itu berhenti di depannya. "Maaf Nona saya Pak Andi supir keluarga Rainhard. Tadi Nyonya Bella  meminta saya untuk menjemput nona dan nona diminta untuk ikut dengan saya." kata pak Andy supir keluarga Hanz Awalnya ia sedikit was-was apa benar laki-laki di depannya adalah supir keluarga Hanz. Tapi setelah laki-laki itu memberikan konfirmasi bahwa ia adalah supir keluarga Hanz Rachel pun ikut masuk ke dalam mobil dan tak berapa lama mobil sudah melaju di jalanan ibukota yang tidak terlalu ramai. Rachel sempat menelepon Ayahnya kalau ia akan menemui Tante Bella.  Jadi ia akan sedikit terlambat ke rumah sakit. Mobil berhenti di sebuah restoran yang cukup mewah. Dan Rachel tahu pasti harga makanan disini sangat mahal. Dan ini pertama kalinya Rachel berada di sebuah restoran yang sangat mewah seperti ini. "Silahkan Nona Rachel Nyonya Bella sudah menunggu Nona di dalam." kata Pak Andi sopan "Makasih pak sudah diantar sampai sini." Kata Rachel sopan Rachel pun berjalan dengan perasaan yang was-was menuju restoran yang ada dihadapannya. Tapi Rachel berusaha akan menghadapi semua ini. Ia mencoba membuang semua rasa was-was itu dan berjalan penuh percaya diri. Rachel akan mempersiapkan semua hal akan terjadi nanti padanya di dalam sana. Kesan pertama ketika memasuki restoran itu adalah mewah. Seumur-umur ini baru pertama kali Rachel menginjakkan kakinya di restorannya mewah ini. "Rara." panggil seseorang sambil melambaikan tangan Rachel melihat siapa yang memanggilnya. Dan pandangannya jatuh pada seorang wanita yang tetap cantik walaupun di usia yang tidak muda lagi. Tante Bella langsung memeluknya ketika Rachel sudah ada didekatnya. "Tante kangen banget sama kamu. Kamu ga papa kan kalau hari ini kita makan siang sama-sama. Habis di rumah ga ada teman buat makan siang. Om dan Bryan sibuk di kantor. Sedangkan Kevin sibuk dengan urusan kuliahnya. Jadi Tante kesepian di rumah. Terus tiba-tiba Tante kepikiran buat ngajak kamu makan siang. Tante harap Tante ga ganggu waktu kamu." Kata Tante Bella terus menggenggam tangan Rachel "Iya Tante ga papa. Tante ga ganggu waktu Rara kok. Kebetulan Rara juga sudah pulang mengajar. Jadi ga masalah kok Tante." Kata Rachel sopan "Syukur deh kalau gitu. Tante sempat was-was bakalan ganggu kamu. Tapi untung saja pemikiran Tante tidak terjadi. Ya udah sekarang kita pesan dulu sebelum lanjut mengobrolnya." Kata Tante Bella yang sudah memanggil pelayan di restoran itu Dan acara selanjutnya mereka masing-masing memesan makan siang mereka masing. Dan mereka pun kembali terlibat obrolan yang seru. Seiring dengan waktu Rachel sudah akrab dengan Tante Bella. Rachel merasa Tante Bella sudah seperti bundanya. Ketika sedang asyik mengobrol tiba-tiba ada yang datang. "Ma, kenapa minta aku kesini? Di kantor lagi banyak kerjaan." kata Bryan sewot "Hai, sayang. Sini duduk dulu. Mama belum pesanin makan buat kamu. Kamu pesan sendiri." Kata Tante Bella sambil tersenyum Tante Bella pun segera menarik laki-laki itu untuk duduk dan memesankan makan siang untuk laki-laki tersebut. "Rachel kenalin ini Bryan Hanz anak tertua Tante." kata Tante Bella memperkenalkan Bryan Rachel pun berbalik dan melihat anak Tante Bella. Ketika ia berbalik ia seperti mengenal pria itu. "Kamu......." kata Rachel seperti sudah pernah bertemu dengannya siapa pria itu
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD