Arafah berdiri mematung di depan rumah megah yang berdiri kokoh di hadapannya. Pilar-pilar tinggi menjulang, menampilkan arsitektur klasik yang memancarkan wibawa. Halaman luas dengan taman yang tertata rapi semakin memperkuat kesan bahwa keluarga ini bukan keluarga biasa. Bima menggenggam tangannya erat, seolah ingin memastikan bahwa dia ada di sini bersamanya. "Ini rumah orang tuamu, Mas?" tanya Arafah pelan, nyaris berbisik. Perempuan sederhana itu masih sulit mempercayai bahwa pria yang selama ini dia kenali sebagai seorang komandan yang tegas dan keras, ternyata berasal dari keluarga sebesar ini. "Tidak seperti yang kamu bayangkan, ya?" ucap Bima balik bertanya. Merendahkan sedikit kepalanya agar dapat menatap lurus mata sang istri. Arafah menoleh, kemudian mengiyakan dengan anggu