Pewaris menjadi Bodyguard

1379 Words
"Tuan Bastian, keluarga Ardana saat ini sedang mencari seorang bodyguard," lapor Ardian pada Sebastian. Ardian adalah asisten Sebastian yang sebenarnya juga teman akrab Sebastian. Sebenarnya sudah berkali-kali Sebastian menyuruh Ardian untuk menyebut namanya saja tanpa embel-embel Tuan, tetapi Ardian menolak, dia ingin menjadi contoh yang baik untuk seluruh pekerja di perusahaan Sebastian, agar Sebastian selalu terlihat berwibawa. Lagipula dia sudah terbiasa dengan panggilan itu. Ardian tidak pernah mengerti mengapa akhir-akhir ini Sebastian meminta Ardian agar menyelidiki dan selalu melaporkan kejadian di keluarga Ardana itu. Yang Ardian tahu memang keluarga Ardana terkenal mempunyai dua anak perempuan yang cantik. "Siapa yang mencari bodyguard? Apakah Amelia?" tanya Sebastian dengan wajah penuh harap dan langsung bangun dari kursinya dengan semangat. "Tidak mungkin Tuan, yang mengelola perusahaan adalah nona pertamanya yang terkenal arogan itu. Nona Valenia kini tengah mencari bodyguard pribadi yang siap dua puluh empat jam berada di sisinya. Apakah Tuan mau memasukkan salah satu bodyguard kita ke sana untuk mendapat berita yang lebih aktual mengenai keluarga Ardana?" tawar Ardian. "Tidak perlu! Kali ini aku akan bertindak sendiri. Kamu tahu kan kalau aku suka latihan bela diri, bahkan aku pernah menang lomba menembak internasional. Hanya ayahku yang tidak setuju kalau aku menjadi seorang tentara," ujar Sebastian dengan bangga mengenai keahliannya yang satu ini. "Jadi Tuan mau bertindak apa kalau begitu?" tanya Ardian yang masih tidak mengerti keinginan Sebastian. "Aku sendiri yang akan melamar menjadi bodyguard di sana!" ujar Sebastian dengan yakin. "Apa? Tuan sudah gila?" tanya Ardian menatap tidak percaya ke arah Sebastian. "Sembarangan kamu! Aku tidak gila, ada yang harus kulakukan di sana!" ujar Sebastian. "Tuan tidak pernah pengalaman jadi bodyguard, bagaimana bisa melamar jadi bodyguard di sana?" tanya Ardian lagi dan berharap Sebastian membatalkan rencana gilanya itu. "Aduh Ardian, kamu itu kok bodoh sekali sih? Bertahun-tahun jadi asistenku, harusnya kepintaran ku menular pada mu! Soal itu kan mudah! Kamu tinggal buatkan surat pengalaman kerja itu dengan menggunakan kop perusahaan kita, beres!" ujar Sebastian. "Tapi Tuan Bastian, sebenarnya apa tujuan mu sampaikan harus menyaru menjadi seorang bodyguard?" tanya Ardian yang akhirnya sudah tidak bisa menahan rasa ingin tahunya itu. "Aku suka pada Amelia Ardana, sepertinya aku sudah jatuh cinta pada Amelia," ujar Sebastian tersenyum sendiri. "Apa? Untuk apa susah-susah jadi seorang bodyguard hanya untuk mendekati nona Amelia? Lansung saja dekati dengan status tuan, siapa yang akan menolak Tuan Bastian? Selain tuan Bastian adalah penerus Maxlander Pratama, tuan juga tampan! Benar kata ku kalau tuan sudah gila karena cinta!" cemooh Ardian menghela nafas dan tidak habis pikir bagaimana seorang pria yang sempurna seperti Sebastian itu harus bertindak begitu extrim hanya untuk mendapatkan cintanya. Bisa mudah kok malah cari susahnya? "Kamu itu tidak tahu seni dalam masalah cinta. Mana seru mendapatkan cinta semudah itu? Walaupun aku menyukai Amelia dan ingin memilikinya, aku akan menyelidiki terlebih dahulu apakah benar dia perempuan yang aku cari?" ujar Sebastian. "Maksud Tuan berarti belum tentu perempuan itu adalah Amelia?" tanya Ardian lagi dengan penasaran. "Suatu hari aku pernah pulang dalam keadaan mabuk setelah meeting dengan rekan bisnis dari luar negeri. Saat itu kamu belum menjadi asisten ku dan aku hanya membantu bisnis ayah ku dan belum menduduki kursi CEO. Aku tidak menyangka saat di tempat parkir ada yang hendak mengambil jam tangan dan barang mewah lainnya milikku. Bahkan orang itu sudah sempat menodongkan senjata tajam ke arah perut ku, aku tidak menyangka saat itu malah ada seorang perempuan yang sudah menolong ku. Saat aku sadar keesokkan harinya, kata pelayan ku yang menolong ku adalah putri keluarga Ardana," ujar Sebastian menceritakan apa yang sudah terjadi padanya. "Tetapi bukankah anak perempuan keluarga Ardana ada dua, Amelia dan Valenia. Bagaimana tuan bisa yakin kalau yang menolong tuan adalah Amelia?" tanya Ardian. "Karena setelah kalian menyelidiki kedua putri keluarga Ardana, semua hasil yang kalian berikan hampir semuanya menuju ke arah Amelia. Saat itu aku hanya tahu kalau perempuan itu berpakaian rok panjang yang sopan, rasanya sungguh berbeda dengan nona Valenia yang liar itu. Kulihat foto yang kalian berikan padaku itu, hampir seluruhnya Valenia selalu berpakaian sek~si dan ketat, bahkan katanya sering ke bar dan diskotik. Dan bukankah kata kalian Valenia itu perempuan yang kejam dan suka membully adiknya? Kamu pikir saja, apakah mungkin seorang perempuan sekejam itu mau menolong orang yang tidak dia kenal sama sekali? Rasanya mustahil bukan?" tanya Sebastian yang membuat Ardian akhirnya mengangguk setuju dengan pikiran Sebastian. "Apa yang kamu pikirkan benar Tuan! Tetapi mengapa harus serepot itu untuk mendekati nona Amelia? Mengapa tidak lamar langsung saja?" tanya Ardian yang merasa heran dengan tindakan Sebastian kali ini. Biasanya Sebastian selalu serba sat set sat set kalau menyelesaikan masalah, tetapi mengapa kali ini harus lewat jalan yang berputar-putar. "Karena menikah buat ku adalah untuk seumur hidup, seperti ayah dan ibu ku. Aku juga tidak mau salah pilih. Walaupun aku sudah yakin sembilan puluh sembilan persen kalau perempuan yang menolong ku itu adalah Amelia, aku tetap akan memastikannya dulu biar hati ku tenang. Dengan menjadi bodyguard di keluarga Ardana, aku juga berharap bisa lebih mengenal sifat Amelia yang sebenarnya sebelum kami menikah nanti, agar tidak menyesal di kemudian hari," ujar Sebastian. "Baiklah Tuan Bastian, kalau memang Tuan mau seperti itu aku akan membuatkan surat pengalaman kerja untuk Tuan, biar Tuan siap melamar. Semakin cepat semakin bagus Tuan, katanya kali ini bodyguard itu akan dibayar mahal gajinya, sudah pasti saingan Tuan banyak," ujar Ardian yang langsung membuka laptopnya dan mengetik surat pengalaman kerja untuk Sebastian. "Aku langsung pergi kalau suratnya sudah selesai kamu buat," ujar Sebastian. ************ Tampak Valenia membuka jendela ruangannya yang bisa melihat keluar, tetapi orang yang di luar tidak bisa melihat Valenia yang di dalam ruangan Valenia. Para pelamar kerja yang hendak melamar menjadi bodyguardnya tampak berjejer rapi menunggu panggilan. "Celine! Sini! panggil Valenia pada asisten kesayangannya itu. Tampak perempuan berkaca mata dan berpenampilan kaku yang menghampiri Valenia, "Ayo cepat Celine! Cuci mata dulu sebelum aku memilih salah satu pria itu menjadi bodyguard ku! Kapan lagi kamu bisa melihat yang seperti ini di dunia nyata?" ujar Valenia yang sejak tadi memandang satu persatu pelamar itu. "Astaga nona! Jaga sikap, ingat jaga sikap. Laki-laki itu tidak suka dikejar, sukanya ngejar. Ibaratnya itu mereka pemburu, bukan mangsa yang hendak diburu. Nona kalem dikit, nona coba seperti dulu lagi, pasti banyak pria yang akan suka dengan nona. Nona itu cantik, kaya, hanya sikap nona sekarang agak minus," ujar Celine menasehati Valenia tetapi tanpa sadar matanya ikut melebar juga menatap lekat ke arah pria-pria yang berjejer di depan itu. "Hati-hati, nanti kamu ngeces duluan dari pada aku! Ha..ha... ha...," ujar Valenia terkekeh mentertawakan asistennya itu. "Aku kan hanya menurut permintaan nona saja," ujar Celine membela diri sambil tersipu malu. Namanya masih single sudah pasti suka melihat cowok gagah. "Aku jadi penasaran, apakah yang di balik kaos mereka itu asli sobek atau enggak ya? Cepat suruh yang nomor satu, tiga, empat.....," ujar Valenia mulai memilih dengan penuh semangat. Hampir semuanya badannya tinggi dan berotot, akhirnya Valenia memilih dengan melihat wajah, mencari yang tampan. "Nona memang paling jago kalau soal cowok," ujar Celine entah memuji atau menyindir, tetapi Valenia tidak perduli, sebentar lagi Boby akan datang, dia juga ingin Boby melihat dia genit dengan laki-laki lain. Biar Boby tahu rasa, bagaimana rasanya kalau melihat tunangannya bersikap mesra dengan orang lain. Paling tidak akan sakit hati walaupun tidak mencintainya. Kalau Bobby bersikap sembunyi-sembunyi, kalau Valenia sukanya yang terang-terangan saja, "Tapi kata resepsionis sebentar lagi Tuan Boby akan ke ruangan nona, bagaimana kalau Tuan Boby marah?" tanya Celine. "Lebih penting nyawa ku, buat apa aku perduli dia marah? Memang dia bisa menjaga aku dua puluh empat jam? Sudah, panggil pilihan ku dan suruh mereka masuk sekarang juga!" titah Valenia. "Baik nona," ujar Celine yang segera menuju keluar dan mulai memanggil kandidat yang akan dipilih. Setelah kandidatnya semua dipanggil, Celine sempat mendengar sisa yang tidak dipanggil menyelutuk dengan kecewa. "Ini sebenarnya cari foto model atau bodyguard? Perasaan yang dipilih yang wajahnya ganteng saja." Mendengar itu Celine hanya tersenyum dalam hati saja dengan tingkah Valenia. "Maaf ya untuk yang tidak terpilih jangan kecewa, kalau berprestasi kalian pasti akan menemukan pekerjaan di tempat lain," ujar Celine mempersilahkan yang tidak terpilih itu untuk kembali lagi. Terdengar gerutuan tidak puas, tetapi Celine tidak perduli, tugasnya sudah selesai. Celine dengan cepat melangkah kembali ke ruangan Valenia kembali. Dia ingin melihat bagaimana cara nonanya memilih calon bodyguardnya itu, pasti seru dan sekalian cuci mata. Bersambung..................
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD