Agung Soejipto masih duduk diam di ruang kerjanya. Pria paruh baya itu perlahan menangis. Pria paruh baya itu menangisi kebodohannya di masa lalu dan kehidupannya saat ini. Semua yang ia miliki nyatanya hanyalah sebuah kepalsuan. Istrinya yang ia pikir betul-betul mencintainya dan memperjuangkannya demi anak mereka nyatanya hanya menjebaknya. Anaknya yang ia pikir adalah anak kandungnya nyatanya bukan anak kandungnya. Agung Soejipto melepaskan permata berharga ditangannya demi kerikil. Agung Soejipto mengkhianati istrinya, meninggalkan luka dan trauma pada kedua darah dagingnya sendiri dan kini perusahaan yang ia bangga-banggakan pun diambang kehancuran. Pria paruh baya itu bangkit dari kursinya dan meninggalkan ruang kerjanya. Agung Soejipto meminta asistennya mengantarkannya menuju ru