115

1790 Words

Nana menggigit bibir, matanya terpejam sementara tangannya terkepal kuat. Sungguh. Walaupun sudah 4 jam berlalu, namun kejadian saat menemui sang mantan suami masih saja membuatnya begitu malu. Sejak tadi ia coba memejamkan mata, namun tetap saja tak bisa tidur. Bayangan tentang kejadian tadi sore terus saja berkelindan di benaknya. Sungguh, ia tak asing pada perasaan ini. Ia pernah mengalaminya dulu di luar negeri, saat menjadi anak angkat mama pemuda bermata sayu. Pemuda itu, entah kenapa begitu dingin padanya. Krieeek. Tatapan Nana langsung tertuju ke arah pintu yang didorong membuka. Ibunya berdiri di ambang pintu, menatapnya cukup lama. “Kenapa, Bu?” Nana mengernyit, memandang wajah ayahnya yang tampak gelisah. “Apa kamu menyukai Yoga?” Nana langsung menyangkal. “Mana mungkin. I

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD