POV Yoga Aku yang semula begitu kesal, berubah iba saat melihat air mata bergulir ke pipi Neni. Ya Tuhan, apa yang sudah kulakukan? Tak seharusnya aku mengungkit hal itu padahal aku melihat sendiri betapa rapuh perempuan yang terus berdiam di depanku. Nyaris saban waktu aku melihatnya menangis dan wajahnya selalu mendung. Belum sempat aku berkata hendak meminta maaf, ia lebih dulu membalikkan badan, berlari cepat menuju kamarnya. "Neni, tunggu!" Ia sama sekali tak menoleh, membuatku merasa semakin bersalah saja. Tidak seharusnya kulampiaskan kejengkelanku padanya karena melihat Cinta dan lelaki itu yang begitu mesra pada Neni. Neni memang menyebalkan. Tapi gadis itu tak tahu apa-apa tentang yang kualami. Kuraih amplop lalu masuk ke dalam. Tanganku terangkat hendak mengetuk pintu, na