Ursulla membelalak tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "A..Apa?"
>
>
>
>
Tuan R menyenderkan punggungnya ke sisi pintu, "Di sini ada tiga ruang tidur, sebagai butler pribadiku kau diijinkan menempati salah satunya." ucapnya dengan tenang suaranya datar tanpa beban.
"Tap... Tapi tuan."
"Ini perintah, sebagai pelayan pribadiku dan satu-satunya, aku membutuhkanmu sewaktu-waktu. Jadi kau harus tidur di sini!"
"Tidak." Ursulla menggeleng sebagai penolakan, membuat tuan R mengernyit.
"Kenapa tidak?" Tuan R kembali menegakkan punggungnya memberi sorot intimidasi, "Hmm atau kau mau tidur di kamarku?"
"Bu... Bukan begitu tuan. Hanya saja ini adalah fasilitas VVIP dan diperuntukan bagi para pelanggan. Saya tidak pantas me~."
Ucapannya terhenti saat dengan bosan tuan R mengangkat tangan supaya Ursulla tak melanjutkan kalimatnya.
"Dengar Sulla! Aku adalah pelanggan di sini, pelanggan artinya Raja, maka turuti permintaanku. Aku sudah membayar mahal di sini untuk mendapat fasilitas yang baik dan nyaman. Lagipula atasanmu Direktur Hito sudah setuju. Jika menolak, kau tahu konsekuensinya bukan?"
Ya dipecat!
Ursulla meneguk ludah memikirkan hal itu membuatnya lemas. Ia tetap harus bekerja demi melunasi hutang ayahnya.
Sementara itu, tuan R mengangkat sudut bibirnya ketika menyadari bahwa Ursulla tak bisa menolak.
"Tenang saja, aku tak akan membuatmu bekerja selama 24 jam. Tentunya akan ku beri waktu istirahat dan kelonggaran. Kau juga hanya bekerja secara sift saja. Sesuai jam kerjamu. Setelah itu kau bebas. Tapi tak menuntut kemungkinan aku akan menyuruhmu melayaniku sewaktu-waktu. Oleh karena itu kau harus siap sedia dengan tinggal bersamaku di sini."
"Mengerti?"
Ursulla pun mengangguk pasrah.
"Ya tuan saya mengerti."
"Bagus." Tuan R menyunggingkan senyum rencananya pasti akan berjalan lancar.
****
Ursulla berjalan dengan lesu pikirannya berkelok-kelok. Tak bisa dipercaya bahwa tuan R menyuruhnya tinggal di kamar VVIP. Dia harus menemui direktur Hito untuk mendapat penjelasan.
Sampai di pintu ruangan dengan ragu Ursulla mengetuk lalu masuk. "Permisi!"
Direktur Hito rupanya tengah mengamati beberapa laporan kemudian melirik siapa gerangan yang datang lalu seakan sudah menunggu ia menyuruh Ursulla masuk begitu saja.
"Kau pasti akan menanyakan peraturan barumu sebagai pelayan pribadi tuan R kan?"
Ursulla mengangguk, "Ya pak direktur."
Direktur Hito menutup laporannya kemudian menatap lurus dengan wajah yang menyiratkan ketegasan tanpa bantahan, "Begini, sebagai butler kau dituntut untuk siap sedia. Oleh karena itu mau tidak mau kau harus tinggal di dekat tuan R. Ini sudah peraturan hotel, Sulla."
"Tapi bukankah berlebihan jika saya harus ikut tinggal di kamar VVIP bersamanya?"
Direktur Hito diam sejenak mencari jawaban yang tepat untuk gadis ini, "Tidak ada yang berlebihan untuk kenyamanan bagi tamu dengan fasilitas Presidential Suite. Dan seorang butler harus memberikan yang terbaik untuk tuannya bukan?"
Ursulla mengangguk pelan,
"Ya saya mengerti, saya berjanji tidak akan mengecewakan nama baik hotel ini." Ia mendongakkan kepala, kembali bertanya, "Lalu mulai kapan saya harus tinggal?"
"Secepatnya, dan itu besok Sulla."
"Ya pak." Ursulla menjawab patuh dengan wajah lesu lalu membungkuk berpamitan pergi.
Direktur Hito menghela nafas, ia paham akan keterkejutan gadis itu dan sedikit merasa iba. Dia adalah gadis polos dan tidak tau apa-apa. Kalau bukan karena obsesi gila tuan R akan karyawan barunya ini, sesungguhnya peraturan konyol seorang butler harus tinggal sekamar dengan pelanggan tidak pernah ada.
Dia harus memastikan sesuatu kepada tuan R.
****
Direktur Hito menemui tuan R di sebuah ruangan. Bukan ruangan area hotel CBO, melainkan tempat lain. Ya, mereka kini berada di sebuah perusahaan yang letaknya tak jauh dari hotel CBO.
"Tuan, mengenai pelayan pribadi anda Ursulla, dia sudah menyetujuinya, dan mulai besok ia bisa tinggal di kamar VVIP bersama anda."
"Bagus." tuan R yang tengah duduk bersender di kursi menyunggingkan senyuman.
Sementara direktur Hito masih bergeming berdiri di hadapan tuan R. Dirinya tampak menyusun kata-kata, sebelum akhirnya berucap, "Tuan."
"Ya, apa ada yang perlu kau sampaikan lagi?"
Direktur Hito sedikit ragu, namun akhirnya dengan hati-hati ia berucap, "Hmm... Ini masih mengenai gadis itu. Saya mohon anda tidak melakukan tindakan - tindakan aneh terhadapnya, tuan."
Tuan R memincing sebelah alisnya, "Apa maksudmu?"
Direktur Hito berdehem, agak canggung mengatakan, "Begini... Ursulla nanti akan tinggal bersama anda itu berarti hanya akan berdua. Jadi saya harap anda tidak melakukan hal yang ~."
Tuan R mengernyit langsung memotong ucapan direktur, "Apa kau pikir aku adalah b******n yang suka melakukan pelecehan seksual?"
"Ahh... Tidak, maksud saya mengingat begitu tertariknya anda dengan pegawai hotel itu. Saya hanya mewanti-wanti saja." Terang Direktur terbelesit rasa khawatir di wajahnya. Layaknya seorang ayah yang tengah melepaskan anak gadisnya.
Tuan R tiba-tiba tertawa mengerti akan maksud bawahannya itu, "Hahaha sudahlah aku tahu. Tenang saja, aku tidak akan melakukan hal yang tak senonoh. Kecuali jika dia dengan suka rela menyerahkan dirinya padaku." Ucapnya dengan tenang.
"Kau seperti tidak tau aku saja Hito, padahal sudah sejak lama kau mengenalku."
Direktur Hito pun mengangguk lega, ia memang tau bahwa tuan R bukan tipe lelaki b******k. Tapi sebagai seorang Direktur dia juga harus memastikan bahwa karyawannya baik-baik saja bukan? Apalagi mengingat betapa sejak lama tuan R tertarik dengan gadis itu.
Dulu, tuan R merupakan pribadi yang susah disentuh, sikapnya dingin dan begitu acuh. Namun sejak ia bertemu dengan gadis itu, tuan R menjadi lebih mudah didekati. Apalagi direktur Hito yang merupakan kaki tangannya bisa melihat tuan R tersenyum ikhlas. Bukan lagi senyum kosong yang tidak sampai ke mata.
****
Hari ini pekerjaan Ursulla tidak terlalu banyak, tuan R sepertinya sedang sibuk, sudah cukup lama laki-laki itu pergi meninggalkan kamar. Dan entah kapan kembalinya. Ursulla berharap tuan R akan pulang larut. Dengan begitu dirinya bisa pulang secepatnya.
Membayangkannya Ursulla tersenyum sendiri, sembari mengganti seprei tempat tidur tuan R.
Setelah memastikan semua selesai Ursulla berbalik kemudian berjingkat kaget melihat siapa yang sudah berdiri di hadapannya.
Tuan R. Sejak kapan dia datang?
"Kau seperti melihat hantu saja." Seru tuan R.
"Maaf tuan, anda mengagetkan saya." Gumam Ursulla lirih.
"Hmmm.... Pergilah! Hari ini kau bisa pulang cepat."
Ursulla mendongak setengah tidak percaya akan apa yang ia dengar barusan, "Maksud tuan?"
Tuan R melipat kedua tangannya ke d**a, "Kau bisa pulang sekarang Sulla, sudah tidak ada yang perlu kubutuhkan lagi untuk hari ini."
"Benarkah tuan?"
"Ya."
Ursulla menahan senyum bahagianya. Tak bisa dipungkiri bahwa ia ingin cepat-cepat pulang. Dirinya juga harus mempersiapkan segala keperluannya untuk besok pindah.
"Terima kasih, terima kasih tuan."
Pancaran bahagia di wajah Ursulla tertangkap jelas di mata tuan R. Tetapi seperti biasa tuan R hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi. Yang sebenarnya dalam hati ia juga ikut senang.
Dirinya sengaja menyuruh Ursulla pulang lebih awal selain tak tega melihat wanitanya pulang larut dan harus menunggu bus malam. Tetapi juga karena mulai besok, tuan R akan membuat Ursulla bekerja lebih ekstra.
****
"Kau benar - benar sudah memastikannya?" Tanya seorang pria yang duduk membelakanginya sembari menyesap cerutu dengan semburan asap tebal mencuar.
Wanita itu mengangguk, "Ya... Temanku mengatakan bahwa tamu VVIP itu adalah seorang pemuda. Aku bisa pastikan dia tidak berbohong."
"Hmm... Tidak salah lagi. Seperti dugaanku." Pria itu mengusap-ngusap dagu berpikir, "Sebenarnya apa yang dilakukan bocah itu di sana?"
****
Benang merah akan terus mengikat, meski yang lain lupa namun salah satu pihak tidak akan pernah melupakan dan berusaha meraih apa yang diinginkan.