“Kenapa kau menangisinya?” Winny berpikir keras, dan setelah agak lama, baru dia bisa menjawab, “Salah satu tokoh dalam naskah film ada yang bernama Oka. Dia meninggal karena kecelakaan. Aku terlalu larut dalam naskah, dan menempatkan diri sebagai kekasihnya. Jadi, aku terus memikirkannya, dan menangisi kematiannya ketika mabuk.” Aska mengernyit. “Apa semua aktris sepertimu?” “Maksudmu?” “Terlalu menjiwai peran, sampai seolah kau benar-benar kekasih Oka.” Winny mengedikkan bahu. “Entahlah. Seseorang pernah mengatakan kepadaku, untuk menjadi seorang aktor yang baik, dia harus bisa menipu dirinya sendiri. Mungkin aku sudah menganggap diriku sebagai kekasih Oka, maka bisa menangis seperti itu.” Aska mengangguk-anggukkan kepala seolah mengerti. “Ternyata begitu.” Winny tertawa canggung.