6. KEMBALI BERTEMU

1294 Words
Hari ini Rani mendapat tugas untuk membersihkan ruang kerja yang akan ditempati bos besar tempat ia bekerja. Rani cukup terkejut saat atasannya memberi tahu bahwa perusahaan mereka akan kedatangan bos besar dari kantor pusat. Selama bekerja di perusahaan furniture ini sebagai office girl, Rani tak pernah tahu jika perusahaan ini berpusat di Kota Jakarta. “Aku baru tahu perusahaan ini memiliki kantor pusat di Jakarta, Gas,” ucap Rani, memecah keheningan yang terjadi di ruangan. “Aku juga baru tahu kemarin, Ran. Selama bekerja di sini baru kali ini aku mendengar kedatangan bos besar kita,” sahut Bagas, office boy yang ikut membantu Rani membersihkan ruang kerja bos mereka. “Benar, kan? Kupikir Pak Irfan merupakan pemimpin tertinggi di perusahaan ini, ternyata masih ada orang yang jabatannya lebih tinggi lagi dari beliau,” ujar Rani. Pak Irfan merupakan Direktur di perusahaan tempat Rani bekerja. Bagas mengangguk setuju. “Dengar-dengar bos besar kita ini masih muda dan single, Ran. Wajahnya sangat tampan dan digilai banyak wanita,” beri tahu Bagas. “Kamu tahu dari mana, Gas?” tanya Rani, penasaran. Dia pikir bos besar mereka seorang pria paruh baya dengan kepala botak dan perut buncit seperti yang sering ia lihat di televisi. “Dari karyawan HRD yang pernah dinas ke Jakarta, Ran,” jelas Bagas. Rani mengangguk, mengerti. Kehadiran bos besar mereka telah menjadi topik perbincangan di antara para karyawan sejak pagi tadi. Mereka sangat penasaran dengan sosok pria yang menduduki jabatan tertinggi di perusahaan ini. Kabarnya bos besar mereka akan berada di Bandung selama satu minggu untuk memantau kinerja para karyawan dan kemajuan perusahaan ini. Sejak pagi semua karyawan tampak sibuk menyambut kedatangannya. “Kamu tahu nama bos besar kita siapa, Gas?” tanya Rani kemudian. “Kalau nggak salah namanya Reza Pratama Wijaya. CEO Wijaya Corp,” ucap Bagas, mengingat nama bos besar mereka. DEG. Rani tertegun mendengar nama yang disebutkan oleh Bagas. Dia merasa tak asing dengan nama itu. Jantung Rani tiba-tiba berdetak sangat kencang ketika teringat sosok pria dari masa lalunya. oOo Reza berjalan memasuki anak perusahaan miliknya yang berada di Kota Bandung. Seluruh karyawan tampak berjejer rapi menyambut kedatangannya di sepanjang koridor kantor. Reza hanya mengangguk menanggapi sapaan semua karyawannya. Dia terus berjalan menuju ruangan yang akan ia tempati selama di sini bersama Pak Irfan, Direktur perusahaan cabang Bandung. Sesaat sebelum memasuki ruangan, langkah Reza terhenti saat matanya menangkap sosok wanita yang tak asing baginya. Reza ingin memastikan penglihatannya, tapi suara Pak Irfan menghentikan niatnya. “Ada apa, Pak Reza?” tanya Pak Irfan yang masih setia berdiri di sampingnya. “Ah... tidak ada. Ayo masuk, Pak, kita bicara di dalam,” ujar Reza, membuka pintu ruangannya dan masuk ke dalam mendahului Pak Irfan. oOo Rani menghela nafas lega setelah acara penyambutan bos besar mereka berakhir. Dia tak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika mengenali sosok pria yang berjalan memasuki kantor bersama Pak Irfan. Rasanya Rani ingin kabur dari tempat ini saat menyadari tatapan mata pria itu terarah kepadanya. “Rani.” Panggilan seseorang mengalihkan pikiran Rani dari sosok bos besar tempat ia bekerja. Rani menoleh dan melihat Bagas berjalan menghampirinya. “Apa apa, Gas?” tanya Rani saat Bagas tiba di hadapannya. “Kamu diminta Pak Irfan untuk datang ke ruangan Pak Reza sekarang,” kata Bagas, menyampaikan pesan dari atasan mereka. “Apa???” Rani terkejut mendengar ucapan Bagas. Dia harap apa yang didengarnya saat ini salah. “Kamu diminta ke ruangan bos besar kita, Ran. Se-ka-rang,” ulang Bagas, menekankan kata ‘sekarang’ sebagai perintah yang harus segera dilaksanakan. “Kenapa bukan kamu aja yang ke sana? Aku masih ada pekerjaan lain, Gas,” tolak Rani secara halus. Dia tak ingin bertemu bos besar mereka sekarang. Bahkan jika bisa Rani tak ingin bertemu lagi dengan pria masa lalu yang kini menjadi bos besar di tempatnya bekerja. “Pak Irfan minta kamu yang ke sana, Ran,” sahut Bagas. “Kamu nggak usah khawatir, nanti pekerjaan kamu biar aku yang kerjakan,” lanjutnya melihat kekhawatiran di wajah Rani. Bagas mengira Rani tak mau pergi ke ruangan Reza karena masih ada pekerjaan yang harus dia lakukan. Rani menghela nafas panjang. “Iya, baiklah,” sahutnya kemudian. Rani meninggalkan Bagas dan berjalan menuju ke ruangan Reza. Jantung Rani berdegup kencang seiring dengan langkah kakinya yang semakin mendekati ruangan bos besar tempat ia bekerja. Rani menghentikan langkahnya di depan ruangan Reza. Dia menarik nafas panjang berulang kali untuk menenangkan diri. Setelah dirasa cukup tenang, Rani mengetuk pintu ruangan yang ada di hadapannya. “Masuk,” suara Reza terdengar menyahut dari dalam ruangan. Rani membuka pintu dan berjalan memasuki ruangan dengan kepala menunduk. “Maaf, Pak, Pak Irfan meminta saya untuk datang ke ruangan Anda,” ucap Rani begitu tiba di depan meja kerja Reza. “Apa ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanyanya kemudian. Di dalam ruangan ini hanya ada Reza yang sedang membaca berlembar-lembar kertas yang ada di atas meja kerjanya. Rani menduga itu adalah berkas-berkas perusahaan ini. Reza menghentikan aktivitasnya dan mengalihkan pandangan kepada Rani yang masih berdiri sambil menundukkan kepala. “Apa kamu yang bernama Rani?” tanyanya mengamati Rani dengan intens. “I-iya, Pak,” sahut Rani dengan gugup. Dia tak tahu Reza mengetahui namanya dari Pak Irfan atau memang karena masih mengingatnya. “Apa kamu masih mengingatku?” tanya Reza, to the point. Rani mendongak mendengar pertanyaan Reza. Matanya membulat menatap Reza dengan sorot mata tak percaya. “Mak-maksud Bapak?” oOo Reza mengamati sosok Rani yang berdiri di hadapannya. Penampilan Rani terlihat sederhana dengan mengenakan seragam office girl perusahaan ini. Wajahnya terlihat natural tanpa ada sapuan make up. “Melihat reaksimu sepertinya kamu masih mengingatku dengan baik, Ran,” kata Reza, menatap Rani dengan sorot mata tajamnya. Rani kembali menundukkan kepala seolah tak menyangka Reza masih mengenali dirinya, padahal pertemuan pertama mereka terjadi beberapa tahun yang lalu dengan waktu yang cukup singkat. Reza masih mengamati Rani dengan intens. Dia sangat terkejut ketika melihat Rani berada di antara para karyawan yang menyambut kedatangannya. Reza dengan mudah mengenali sosok Rani karena tidak banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Tubuh Rani masih tetap ramping tapi terlihat berisi di beberapa bagian yang pas menurutnya. Sedangkan wajah Rani terlihat semakin dewasa sekarang. “Sudah berapa lama kamu bekerja di tempat ini, Ran?” tanya Reza kemudian. “Hampir satu tahun, Pak,” jawab Rani dengan suara pelan. Reza menghela nafas panjang mendengar jawaban Rani. Reza tak menyangka orang yang selama ini ia cari berada dekat dengannya. Memang sudah satu tahun belakangan ini Reza tidak pernah datang ke perusahaan cabangnya yang berada di Kota Bandung. “Apa kamu tahu kalau selama ini aku mencari kamu?” tanya Reza, kembali membuka percakapan. “Untuk apa Bapak mencari saya? Bukankah urusan kita sudah selesai pada saat itu?” tanya Rani, menatap Reza dengan sorot mata terkejut. Rani merasa yakin mereka sudah tidak memiliki urusan lagi. Dia sudah menuruti keinginan Reza dan Reza juga bilang kalau Rani tidak perlu mengembalikan uang yang telah diberikan kepadanya. Jadi, Rani pasti berpikir tidak ada alasan bagi Reza untuk mencarinya lagi. “Aku ingin memastikan sesuatu, Ran,” ucap Reza, terdengar ragu. Selama ini Reza berusaha mencari Rani karena dia ingin memastikan kebenaran perkataan Ady. Reza juga penasaran mengapa Rani dan Ibunya tiba-tiba pindah dari rumah mereka yang ada di Jakarta. Namun, kini setelah berhadapan langsung dengan Rani, Reza menjadi ragu untuk menanyakan hal yang selama ini mengganggu pikirannya. “Memastikan apa, Pak?” tanya Rani dengan raut wajah bingung. “Itu ... aku ...” Reza bingung harus memulai dari mana. Dia sengaja memanggil Rani ke ruangannya untuk menanyakan sesuatu yang pasti terdengar sangat konyol bagi Rani jika hal itu terbukti tidak benar. Rani masih terdiam menanti kelanjutan ucapan Reza. Dia menatap Reza dengan raut wajah penasaran sekaligus was-was. “A-aku ....” oOo
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD