6

1055 Words
Dua jam berlalu, Shila masih berdiri tepat di belakang mobil Arga yang terparkir di lantai bawah. Ia tak pergi kemana pun juga dan masih berada di tempat yang sama. Ia melihat mobil lalu lalang di dalam parkir bawah tanah itu. Bahkan, Shila harus melihat satu mobil datang dan parkir di pojok. Tetapi tidak ada yang turun dari mobil itu malahan lampu mobil di matikan dan tak lama mobil itu bergoyang. Entah apa yang dilakukan orang di dalam mobil itu? Apakah mereka sedang bercinta? Sama seperti apa yang Shila pernah lihat di berita TV? Tak lama, satu mobil sedan juga datang dan parkir tepat di samping mobil Arga. Kebetulan, Shila yang berada di belakang mobil itu jelas tidak akan terlihat keberadaannya. Mobil sedan itu juga sama seperti mobil yang Shila lihat di ujung parkiran tadi. Pemilik atau pengemudi mobil itu sama sekali tidak turun dari mobil dan bahkan mesin mobil tidak di matikan. Bunyi deru mesin mobil masih terdengar dengan asap dari knalpot masih keluar dengan tipis. Mobil sedan di smapingnya itu mulai bergoyang. Awalnya goyangannya tidak terlalu kencang tetapi lama -lama kencang sekali dan bahkan ada suara aneh yang lolos terdengar sampai ke telinga Shila. Jelas itu suara desahan. "s**t! Mereka bercinta!" umpat Shila kesal. Suara itu semkain terdengar syahdu dan semakin sering. ternyata, kaca jendela di bagian belakang di buka sedikit sekali agar ada hawa yang tertukar hingga tidak pengap di dalam mobil. Shila semakin penasaran. Ia menggeser duduknya. Ia sudah deawsa dan wajar kalau ingin tahu soal seks. Hawa dari dalam tubuhnya seperti merinding hebat dan rasa ingin tahunya semakin besar. Shila benar -benar penasaran dan sangat ingin melihat seperti apa? Kalau menonton film dewasa, Shila pernah. Waktu itu tidak sengaja ia sedang berkumpul saat istirahat dari pekerjaannay dan salah satu temannya menyodorkan film panas yang membuat beberapa orang itu tergulung dalam gairah dan nafsu yang tak bisa dilampiaskan. Suara desahan itu semakin keras dan membuat Shila ingin mengintip. Ada sesuatu yang aneh mengalir di tubuh Shila. Aliran darah mendidih penuh nafsu. Shila mengendap sedikit dan melihat dari kaca mobil samping tepat dimana Shila berada. Ia menaikkan tubhnya hingga kepalanya terangkat dan kedua matanya bisa melihat bebas ke arah dalam mobil. Shila tidak tahu, kalau mobil itu bis amelihat jelas keadaan di luar. Posisi kedua pasangan yang terlihat bugil itu sedang saling tindih. Si perempuan berada di bawah kungkungan si lelakii yangbertubuh besar dan sekilas sedikit tampan. Kepala perempuan berada di dekat jendela tempat Shila berada. Sedangka si pria sedang menggerakkan tubuhnya maju mundur. Si pria melihat Shila yang sedang smengintip. Ia malah semakin gencar mengobok -ngobok sumur kenikmatan si perempuan hingga suara desahan itu semakin keras dan ritmenya ikut cepat. Shila tak bisa melihat dengan leluasa. Ia smeakin menaikkan tubuhnya dan melihat ke araah dalam agar bisa menonton dengan jelas. "Woy! Lagai apa?" tanya Arga yang sudah berada di belakang Shila dan menarik Shila menjauh dari mobil yang di dekati oleh Shila tadi. Shila begitu terkejut dan menatap Arga yang menatapnya tajam. "Gak baik ngurusin urusan orang. Ayo pulang!" titah Arga pada shila. "Eh ... Om ... Om mau apa? Shila masih segelan ... " Shila sponta bicara agak keras agar Arga mendengar. Shila begitu kaget saat bahunya di peuk dan ditarik tangannya tanpa aba -aba. Arga masih menarik Shila dan membukakan pintu mobil bagian depan untuk Shila dan Shila pun masuk ke dalam mobil itu dan duduk dengan perasaan bingung. Kenapa dirinya harus duduk di depan begini? Bukankah ini tempat Vira, pacarnya Arga? Arga berlari kecil memutari setenagh mobilnya dan langsung masuk ke dalam mobil di bagian pengemudi. Ia segera memakai sabuk pengaman dan menyalakan mesin mobil lalu melajukannya denagn cepat agar keluar dari parkiran mobil bawah tanah itu. Shila masih terdiam dengan canggung. Shila menarik sabuk pengaman yang ada di samping tempat duduknya dan menarik kuat hingga mengulur dan ia pegang karena mencari sambungan untuk memasukkan sabuk pengaman itu tidak ada. Arga masih fokus dengan jalan berkelok di parkiran yang kemudian naik ke atas hingga cahaya matahari mulai menyinari mobil Arga dan keluar menuju gerbang parkir untuk membayar biaya parkir lalu pergi ke arah jalan besar. Raut wajah Arga terlihat sedikit kecewa bercampur marah. Tapi tidak tahu, karena apa? Apa karena Shila mengintip mobil sebeah tadi? Atau ada masalah dengan Selvira? Soalnya perempuan itu tidak ada sekarang. Mobil Arga berhenti karena lampu merah. Ia melirik ke arah Shila yang sejak tadi menatap Arga. Shilla langsung menunduk dengan canggung dengan tangan masih memegang sabuk pengaman. Arga menarik sabuk pengaman itu dan memasukkan dengan tepat hinga berbunyi. Kletek. "Lain kali, jangan suka mengintip," jelas Arga dingin. Arga melirik sinis ke arah Shila yang terdiam. Kaos oblong yang di pakai Shila nampak kebesarn dan sabuk pengaman yang melingkar di tubuh Shila mmebuat kedua d**a Shila seperti berbatas. Dua gunung kembar itu terpantau jelas ukuran dan seberapa besar ujungnya. Arga hanya melirik sekilas ke arah Shila. Baru kali, Arag merasakan ingin sekali mencoba sesuatu yang tak pernah ia rasakan. Hidupnya terlalu lurus -lurus saja. Impiannay untuk menjadi dokter sudah tercapai membuat dirinya terlihat seperti orang kurang pergaulan. Memang iya. Tapi hanay sedikit saja. Bukan berarti, Arga tidak belajar? Ia hanya tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya dan keluarga besarnya yang sudah mendukung penuh dirinya untuk menjadi seorang dokter. "Gak jadi beli baju?" tanya Arga singkat. "Belum." Shila pun menjawab singkat. Shila merogoh saku celana panjang yang juga kedodoran itu dan mengambil uang lembaran merah milik Arga yang masih utuh lalu memberikannya pada Arga. "Kenapa tidak beli? Katanya mau kerja? Gimana kamu bisa bayar hutang sama aku?!" sentak Arga ketus. Shila menunduk. Betul juga kata Arga. Kalau ia tidak membeli pakaian dan keperluan untuk bekerja. Lalu bagaimana ia bekerja? Shila butuh uang banyak untuk biaya kost, makan, transpot dan membayar Arga selama ia menumpang hidup di kamar kostnya. "Malu," jawab Shila singkat dengan kepala semakin menunduk dalam. Uang yang asih berada di tanagn Shila di pegang sangat erat sekali agar tidak terjatuh. "Malu kenapa?" tanya Arga gemas. "Ini ..." Shila menunjuk pakaiannya. "Kenapa? Memang kamu telanjang? Kamu kan pakai baju," jelas Arga tak paham. "Iya. Tapi gak pakai daleman. Malu dilihat orang. Mereka bisa lihat dong, walau nge -blurrr ..." jawab Shila polos hingga membuat Arga teratwa keras di dalam mobilnya. "Nge -blurr ... Bahasa mana itu nge -blurr ... " Arga tertawa terpingkal -pingkal sambil melirik Shila yang menunduk denagn wajah memerah karena malu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD