Keduanya kini sudah berada di dalam kamar kost. Arga mulai mebagi barang pribadinya bersama Shila. Ada beberapa barang yang tidak boleh disentuh Shila seperti barang pribadi Arga. Selebihnya, semua yang ada di kamar ini boleh di pakai secara bersama. smeua barang pribadi Arga sudah tersimpan rapi di dalam lemarinya.
Arga juga membagi tugas piket dengan Shila. etapi untuk urusan piket, Shila sanggup melakukannya setiap hari, dan itu tidak masalah.
"Jadi kamu mau berapa lama tingga di sini?" tanya Arga datar.
"Satu bulan, Om. Sampai Shila dapat gaji dari kafe," jelas Shila merapikan pakaiannya yang hanya sedikit di sebuah keranjang. pakaian yang ia simpan di bawah ranjang.
Arga memberikan satu handuk untuk Shila.
"Oke. Satu bulan," jelas Arga terlihat tenang.
"Eum ... Om? Maaf soal gelang ini bagaimana?" tanya Shila rag.
Arga menarik apas dalam dan mengembuskan secara perlahan. Benarsekali pertanyaan Shila, kenapa Arga bisa melupakan hal ini. Mamanya sudah mengakui Shila sebagai calon istri Arga. Padahal level mereka jauh sekali. Usia mereka juga sangat jauh.
"Nanti biar aku pikirkan lagi, caranya. Intinya, gelang itu janagn sampai hilang! Gelang itu maha dan itu warisan keluarga! Kamu paham?! Kalau hilang, nyawa kamu aja gak bisa menggantikan harga gelang itu!" tegas Arga dengan tatapan semakin tajam.
Shila mengatupkan bibirnya dan mengangguk kecil. Spontan ia memundurkan tubuhnya saat Arga mendekati wajahnya.
Jangan tanya, bagaimana degup jantung Shila saat ini? Shila benar -benar kaget, bingung, takut, emas, dan semua bercampur menjadi satu.
Arga menjauhkan tubuhnya lagi dan melepas kaosnya yang sudah basah karena keringat. Ia dan Shila baru saja membereskan beberapa barang yang tidak terpakai dan memindahkan ranjang ke bagian tengah.
Mereka akan tidur bersama dalam satu atap dan satu ranjang selama satu bulan ini.
Shila spontan menutup wajahnya terutama di bagian kedua matanya dengan kedua telapak tangannya. ia tidak boleh melihat sesuatu hal yang seharusnya tidak boelh ia lihat.
"Om ... Kalau ganti baju itu di kamar mandi, kek. Jangan di depan Shila. Mata Shila kan ternodai," jelas Shila pada Arga.
Arga tak menanggapi ucapan Shila. Baginya pernyataan itu tak pentng baginya.
Kalau hidup bersama, ya, resikonya pasti seperti ini, bukan? Apalagi mereka semua memakai barang secara bersamaan. Bukan satu rumah yang memiliki beberapa kamarjadi memiliki pruvasi sendiri. Ini hanay satu kamar yang dihui dua orang berlawanan jenis. Kalau salah satunya ada yang sembrono, itu namnaya rejeki.
Arga langsug berjalan dan merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memeluk guling menghadap ke arah lain memunggungi Shila yang masih duduk di tepi ranjang.
"Bangunin aku tepat jam lima sore. Jangan telat! aku masuk jam setengah tujuh!" ucapnya begitu tegas.
"Oke Om," jawab Shila singkat.
Sebenarnya Arga tidak suka dipanggil dengan sebutan Om. Usianya memang terpaut jauh dengan Shila, tetapi tidak peru memanggil Om juga. Masih ada sebutan lain kan?
Shila merapikan kamar yang memang terlihat sedikit berantakan. Maklum, penghuninya laki -laki yang sibuk bekerja dan sangat cuek sekali. Tapi, badannya selalu wangi. Arga memang selalu menjaga penampilannya dengan sangat baik.
***
Selvira termangu di dalam kamar kosnya. Ia memikirkan kejadian tadi. Ia ditinggalkan begitu saja oleh Arga karena anak tengil itu. Seberapa penting gadis itu untuk Arga. Hanya sepupu, bukan?
"Aku harus cari cara! Bagaimana aku bisa dapetin Arga! Ini sudah ada esempatan bagus. Gak mungkin dong, aku sia -siakan, begitu saja," ucap Vira pada dirnya sendiri.
Selvira menelepon sepupunya dan bertukar pikiran tentang hubungannya bersama Arga.
"Kamu jatuh cinta sama laki -laki itu?" Suara dari seberang membuat Selvira mengerutkan keningnya karena heran.
"Memangnya kenapa? Bukannya memang kamu mengenalkan aku pada sosok Arga untuk aku pacari, lalu kami berdua menikah dan hidup bahagia. Udah kayak negeri dongeng belum? aku puternya, dan Arga pangerannya," jelas Vira nampak berbibar dan sangat bersemangat sekali.
"Maksudku bukan seperti itu, Vira. Aku hanya ingin kamu mempermainkan perasaannya saja. kamu kan buaya betina." uara tawa itu begitu memenuhi ponsel genggam yang di pegang Vira.
Vira nampak mengembuskan napasnya kasar. Vira memang begitu, tapi itu dulu sebelum dirinya kepentok cinta dengan Arga. Ia malah benar- benarjatuh cinta pada Arga. Apa ini karma buat Vira karena sering mempermainkan perasaan lelaki dulu.
"Arga terlalu sempurna untuk dipermainkan, Reno! Dia baik, tampan, dingin sama perempuan, datar juga setiap diganggu perempuan lain. Coba? Masa Vira harus meninggalkan sosok lelaki yang kayak gini? Gak bisa dong," rengek Vira manja.
"Aku tidak akan setuju jika kamu benar -benar bersamanya!"
"Hah! Bodo amat! Aku punya perasaa. Aku bisa jatuh cinta pada siapa saja tanpa bisa memilih."
"Trserah kamu! Hubungan keluarga kita putus!"
"Kok gitu! Ini cuma masalah Arga? Kenapa jadi merembet sama hubungan keluarga?"
"Kamu mau nurut sama aku atau tidak. Nanti aku kasih stok laki -laki yang lebihbaik dan lebih kaya dari Arga. Masih banyak!"
"Hmm ... Shila itu beneran sepupunya?"
"Entah. Tadi dia kesini malah bilang kalau Shila itu adiknya. Jangan -jangan dia sudah jadi penjahat kelamin untuk gadis di bawah usia."
"Harusnya kamu cari tahu soal Shila." Vira meminta pada Moreno. Ia bimbang dan dilema. Hatinay sudah terpatri pada sosok Arga.
"Mulai besok, gadis iu kan kerja di sini. Itu akan memudahkan aku mencari tahu."
"Oke."
***
"Pah ... Shila itu cantik, polos juga, cocok buat Arga yang kalem, diem, cuek gitu. Mama pikir, dia gak bisa jatuh cinta. Ternayta mereka sudah tinggal bersama. Mungkin mau unboxing lebih aal. Udah gak sabar," ucap Melisa teratwa terkekeh. Melisa membayangkan Shila tadi hanya memakai kaos kebesaran milik Arga dan tidak memakai pakaian dalam. Habis apa coba? Tidak mungkin mereka idak melakukan aneh -aneh?
"Hmm ... Suruh ajak kesini saja," jelas Pradana yang masih sibuk dengan laptopnya sambil menanggapi cerita istri tercintanya.
"Sekalian makan malam, kita undang Opa sama Oma juga. Papah setuju?" tanya Melisa.
"Setuju. Kamu atur ya, sayang?" ucap Pardana pada istrinya.
Kehidupan keluarga Arag memang tidak kekurangan. Papa dan Mama arga anay ingin Arga cepat menikah dan memiliki anak yang sangat banyak agar rumah besar iu menjadi ramai. Satu anak akan diberikan satu pengasuh agar tidak repot.