Tanpa merasa berdosa, apalagi merasa bersalah, Syifa melangkah masuk ke dalam rumah. Sepinya suasana di luar membuat Syifa yakin, ia tidak perlu pusing pada apa yang ia hadapi. Melewati tubuh bapak yang sudah kaku, juga seolah di sana tidak ada sosok tersebut. Syifa justru dengan santai mandi, membersihkan diri dari telur busuk lemparan Naima. Pakaian yang terkena juga tak luput ia cuci. Ia menggunakan mesin cuci. Sampai akhirnya, suara ibu Wati terdengar syok di luar sana. “Ya ampun, Pak ... Pak ... ternyata Bapak enggak tidur? Pak ... Pak kenapa tubuh Bapak dingin banget? Pak bangun, Pak!” “Syifa ... Asyifa Bapak, Nak!'' “T—tolong ... tolong ya Allah tolong!” “Tolong suami sayaaa!” Di depan mesin cuci, Syifa yang sedang mengeringkan pakaian miliknya, tetap diam. Syifa tetap berus