Elena mengusap wajahnya. Dia sebenarnya sama sekali tidak ingin mengingat masa lalunya yang buruk. Namun, mau bagaimana lagi? Hanya dengan melihat langit malam, dia akan teringat bagaimana hancur hatinya saat dia keluar dari kamar kos Andi. Kini, setelah teringat kembali akan janin yang baru tiga bulan dikandungnya meninggal, satu tetes air matanya dipastikan turun membasahi pipinya, disusul satu tetes yang lain. Elena merasa gagal menjadi seorang ibu yang harusnya menjaga buah hatinya. Tidak peduli bagaimana awalnya, bayi itu tidak bersalah. Dialah yang bersalah karena memberi ijin kepada Andi. Bukankah saat itu Andi sudah melepaskannya? Namun, dia sendirilah yang langsung memberikan ijin. Kini, setelah semua terjadi dan dia hamil, penyesalan menerkamnya bulat-bulat. Air mata Elena kemb