Mia sama sekali tidak mendengarkan perkataan Sarah, malah sibuk memilih alat-alat yang akan digunakan untuk menyiksa wanita di lantai. Dia bersenandung kecil dengan senyum gila dan jahat, seolah-olah tidak sabar dengan apa yang akan dilakukannya sekarang. “Kamu tahu, Sarah Davis? Aku sangat benci dengan senyum dan tawamu sejak dulu. Kamu sangat palsu melebihi jalang itu. Bagaimana kamu bisa sok polos dan murni sementara mempermainkan banyak pria di sekitarmu?” ucap Mia dengan tawa sintingnya, kedua tangan sibuk mempersiapkan alat untuk digunakannya secara bergantian. Sarah merasa ngeri dan berusaha mundur sejauh mungkin meski dia sudah kesulitan dengan kursi yang melekat di punggungnya. Lantai di bawahnya keras dan dingin, membuat tubuhnya yang digeserkan menjauh, terasa lebih berat dan

