Sabtu datang dengan cepat, Denis akhirnya melunakkan hatinya untuk bisa bertemu dengan ayahnya, Vano. "Ayah, aku senang kamu masih mau menemuiku," ucap Denis lembut. “Tentu saja aku ingin menemuimu. Kamu adalah Putraku,” balasnya dengan gaya ke Bapak-kan yang sangat kental. Dia menatap Denis dengan mata berbinar penuh harap, bahwa putranya tidak akan membencinya lagi ataupun berpikir negatif kalau dia akan meninggalkannya seperti sebelumnya. "Kalau begitu, apakah hari ini kita akan bermain sepuasnya seperti dulu?" tanya Denis dengan nada penuh harap, matanya sedikit tidak mau melihat mata ayahnya. Vano mengerutkan kening, lalu mengangguk cepat mengiyakan ucapannya, "Kalau itu yang kamu mau, kita bisa bermain sepuasnya hari ini. Aku telah menyediakan waktu luangku seharian penuh untukmu

