Mendengar apa yang baru saja Jouvan katakan, membuat Rea mematung seketika. Croissant yang baru di gigit sekali masih setia ia pegang. Bingung dengan ucapan Jouvan namun malu untuk menanyakan. Jouvan mendekati Rea, di putar tubuh gadis itu agar ia bisa menatap dengan jelas. “Kamu kenapa diam? Bagaimana menurut kamu nama Croissant ini?” tangan Jouvan memegang tangan Rea yang sedang memegang Croissan untuk di arahkan ke mulutnya kemudian ia gigit. “Ternyata memang enak, saya kira kamu bohong” Rea diam, jantungnya berdegum kencang dan dadanya seakan ingin meledak karena sikap Jouvan. Belum hilang ketegangannya tentang nama Croissant ini, Jouvan malah kembali bersikap manis padanya. “Kenapa kamu begini, mas? Kalau ujung-ujungnya hanya membuat aku semakin berharap” batinnya. “Rea...”

