Pukul sebelas malam, akhirnya acara perayaan ulang tahun perusahaan Panca Mitra itu selesai. Ryan, Nina, dan Riry sudah kembali ke apartemen. Riry sudah tertidur pulas di kamarnya. “Mas, aku mau tidur di atas, ya?” tanya Nina sambil bersandar di ambang pintu kamar suaminya. “Kenapa nggak tidur di sini?” “Pengen tidur sendiri.” Ryan tahu ada yang tidak beres, maka ia berdiri, menghampiri istri kecilnya. Tangan besarnya membelai pipi Nina lembut. Tatapannya terkunci pada wajah cantik wanita itu. “Kamu kenapa?” tanyanya pelan. Nina menggeleng. Entah kenapa hatinya makin terasa sakit saat mendengar suara lembut Ryan. “Kalau gitu, ayo tidur sama aku. Nanti aku peluk biar kamu baikan.” “Aku nggak apa-apa, Mas,” elak Nina. Ia menunduk, menyembunyikan raut wajahnya yang hampir menangis. J