Bab 5. Evan Kembali

1328 Words
“Kamu menolak perjodohan dengan anak Donny Adrian?” Sherly melotot tak percaya. Evan mengernyit, bingung. “Iya. Kan aku cintanya sama kamu, Sayang. Nggak mungkin dong aku mau dijodohkan sama dia.” “Bodoh!” umpat Sherly kasar. Kerutan di dahi Evan semakin dalam. “Kenapa kamu jadi bodoh-bodohin aku?” “Kamu tahu nggak, Donny Adrian itu salah satu nasabah VVIP di salah satu bank di sini. Dia bahkan menyewa brankas khusus buat menyembunyikan harta kekayaannya. Bayangkan kalau menjadi menantunya, Evan. Kamu bisa kaya mendadak!” ucap Sherly berapi-api. “Ya… tapi aku kan nggak cinta sama Kanina, Sayang. Aku cintanya sama kamu.” Evan mencicit dengan wajah mengernyit bingung. “Persetan soal cinta, Evan!” Mata Sherly berkilat, ada gelora ambisi yang membayang di sana. “Sekarang kamu mending bersiap-siap untuk kembali ke Indonesia. Kamu harus menikah dengan Kanina itu.” “Nggak mau!” Evan menepis tangan Sherly yang hendak menyentuhnya. Ia menatap wanita itu tajam. “Bisa-bisanya kamu menyuruhku menikahi wanita lain padahal kita baru saja berbagi kenikmatan, Sayang?” Sherly bergeming. Ia tak gentar oleh tatapan tajam Evan. Justru kini wanita itu terlihat lebih angkuh daripada pria di hadapannya. “Kita bisa tetap menjadi sepasang kekasih, Evan. Tapi kamu bisa mengeruk kekayaan Donny Adrian kalau kamu menjadi menantunya. Kita bisa menumpuk uang itu untuk kita berdua, lalu setelah cukup, kamu ceraikan saja Kanina itu. Simpel kan? Pernikahan kontrak, bukannya hal semacam itu sudah biasa?” Sherly berusaha menghasut Evan. Jika ia tahu dari awal bahwa alasan Evan mengunjunginya ke New York karena ini, tentu ia tidak akan mau. Ia akan memanfaatkan Evan untuk mengeruk kekayaan Donny Adrian. Salah satu nasabah VVIP dengan kekayaan melimpah yang disembunyikan di sebuah bank di New York. Evan terdiam. Mulai terhasut oleh kalimat bujukan Sherly. Sherly mendekati kekasihnya. Ia menyentuh pipi Evan, membuat pria itu menatapnya. “Anggap pernikahanmu dengan Kanina hanya sandiwara, Evan. Tujuan utamanya adalah mengeruk kekayaan Donny Adrian, jadikan pernikahan itu sebagai jalan pintas saja.” Ia berujar pelan, melontarkan kalimat-kalimat persuasif. “Memangnya… apa yang harus aku lakukan?” Kedua mata Sherly membola. Ia memekik senang dalam hati, Evan telah masuk ke dalam hasutannya. “Kamu hanya perlu menikahinya, Evan. Lalu diam-diam, carilah informasi sebanyak-banyaknya mengenai brankas Donny Adrian yang ada di sini. Informasi sekecil apapun, beritahu padaku.” Evan menatap Sherly ragu. “Kenapa kamu tahu banyak soal brankas Donny Adrian itu?” “Kamu lupa? Aku seorang junior manajer di salah satu bank di sini, Evan! Kamu sedang mengencani wanita hebat!” Sherly berseru dengan mata berbinar senang. “Ah, iya. Aku lupa.” Evan dan Sherly bertemu ketika keduanya sedang menyelesaikan studi magister di sebuah universitas di Amerika. Namun mereka baru berkencan enam bulan terakhir tanpa bertemu sama sekali. Maka ini adalah pertama kalinya mereka bertemu sebagai sepasang kekasih. “Aku pesenin tiket pesawat buat besok pagi, ya? Rencana ini harus berhasil, Evan. Setelah itu, kita nggak perlu bekerja keras untuk mengumpulkan uang. Kita bisa hidup mewah dengan kekayaan Donny yang dia kumpulkan bertahun-tahun.” Sherly tertawa senang, ia mengambil ponselnya di atas nakas. “Tapi… apa kamu nggak apa-apa melihatku menikah dengan orang lain, Sayang?” Evan bertanya ragu. Sejak tadi, ia merasa bahwa Sherly hanya terobsesi pada harta. Wanita itu seperti tak mencintainya sama sekali. Seolah apa yang mereka lakukan barusan tak berarti apa-apa baginya. Padahal Evan sangat menikmati kebersamaan mereka. Sherly mengerti gelagat Evan. Ia membelai pipi pria itu lembut, mengecup bibir tipis Evan yang tadi menjelajahi seluruh tubuhnya. Membuatnya mengerang keenakan. “Sayang, tentu aku juga nggak mau melihatmu bersanding dengan wanita lain. Mendengarmu menyebut nama wanita lain saja membuatku kesal, apalagi sampai menikah. Tapi sayang, ini kesempatan besar. Kamu tahu kenapa Donny Adrian menyembunyikan kekayaannya di sini? Pasti karena uang itu didapat dengan cara haram. Dia tidak mau kekayaannya terlacak sehingga dia harus membayar pajak yang lebih besar. Kita hanya akan mengambil sedikit, Sayang.” Evan terdiam. Ia menikmati kulit lembut Sherly yang masih menyentuh pipinya. Sherly mendekatkan wajahnya. Ia bisa menangkap sorot keraguan di mata kekasihnya. Ia harus bisa meyakinkan Evan. Wanita itu kembali mencium bibir kekasihnya, kali ini disertai lumatan pelan. “Aku mencintaimu, Sayang. Sangat mencintaimu,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca. “Karena itu, aku hanya bisa bertahan satu tahun melihatmu bersanding dengan Kanina. Setelah itu, ceraikan dia dan kembalilah padaku, Evan. Jangan jatuh cinta padanya, tetaplah mencintaiku, Sayang.” Setetes air mata membasahi pipi Sherly. Ia memejamkan mata, seolah hatinya amat sakit. Evan segera merengkuh kekasihnya erat. Ia menciumi pundak Sherly yang polos. “Iya, Sayang. Aku akan melakukan apapun yang kamu mau. Aku akan mencuri informasi sebanyak-banyaknya tentang brankas itu. Lalu kita ambil isinya dan aku akan menceraikan Kanina kemudian hidup bahagia denganmu.” Sherly menyeringai lebar. Ia membalas pelukan itu dan bertekad dalam hati, rencana ini harus berhasil. *** Evan telah tiba di lobi kedatangan. Ia bisa melihat papanya sedang menunggu bersama mamanya dan dua orang pengawal. Pria itu meringis, ia ingin berbalik dan kabur lagi. Namun kalimat-kalimat Sherly kembali terngiang di telinganya. Tidak, ia harus meneguhkan hati dan menjalankan rencananya dengan Sherly. Setelah itu, mereka bisa hidup bahagia berdua tanpa ada orang yang bisa mengganggu mereka lagi. Lima langkah lagi sebelum Evan tiba di hadapan Surya. Namun papanya itu sudah melangkah lebih dulu. Dan dalam satu gerakan cepat yang sama sekali tak disadari oleh Evan, sebuah tamparan telah mendarat telak di pipinya. “Dasar anak kurang ajar!” maki Surya dengan tatapan yang berkilat marah. Evan memegangi pipinya yang panas dan perih. “Di mana otakmu, anak nakal?! Kenapa kamu kembali, hah?! Seharusnya kamu tinggal di New York saja sana! Tidak usah kembali karena aku tidak punya anak tidak tahu malu sepertimu!” “Papa.” Ayu mendekati suaminya, mengusap lengan suaminya yang bergetar menahan amarah. Kemudian ia beralih menatap putranya. “Bagaimana perjalananmu, Evan?” Evan diam. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Sungguh ia ingin membalas kalimat tajam papanya. Namun ia kembali teringat dengan rencananya dan Sherly. Ia harus menahan diri. Tiba-tiba, Evan berlutut di hadapan Surya. “Evan, berdiri, Nak.” Ayu berseru kaget. “Enggak, Ma. Evan memang salah. Evan pantas ditampar seperti tadi. Tampar lagi aja, Pa, nggak apa-apa.” Surya mengatupkan rahangnya rapat-rapat. Jika menuruti amarahnya, ia justru ingin memukuli anak bungsunya yang telah mempermalukan dirinya dan keluarga Nina. “Nak, berdiri, Evan. Jangan begini.” Ayu ikut berjongkok, membujuk putranya. “Enggak, Ma. Evan akan tetap seperti ini sampai papa mau memaafkan Evan. Evan memang salah, Ma.” Evan tetap tertunduk. Ia tak berani mendongak karena papanya pasti bisa menilai dirinya ketika ia berbohong. Ayu beralih menatap suaminya. “Mas, ayo bilang sesuatu. Kasihan anak kita masa dibiarkan berlutut begitu? Orang-orang juga mulai memperhatikan kita,” lirihnya gelisah. Surya mendengus. Ia memalingkan wajah. “Kau harus dihukum, Evan! Kau sudah mempermalukan keluarga kita dan keluarga Donny!” Ia berteriak marah. “Iya, Pa. Apapun hukumannya, Evan akan menerimanya, Pa. Evan juga tidak akan kabur lagi. Evan akan menikahi Nina seperti yang Papa perintahkan.” “Apa katamu? Menikahi Nina?” Kedua alis Surya bertaut. Evan mendongak. “Iya. Papa ingin Evan menjadi suami Nina kan? Papa ingin keluarga kita dan keluarga om Donny berbesan kan? Iya, Pa. Evan akan menuruti semua perin–” “Nina sudah menikah dengan kakakmu, Evan. Dia sudah menjadi istri Ryan sekarang.” “Apa?!” Evan mendelik tak percaya. Ia berdiri seketika. “Papa bercanda kan? Bagaimana bisa?” Surya menghembuskan nafas berat. “Bisa. Karena inti dari pernikahan itu adalah keluarga kita dan keluarga Donny menjadi besan. Tidak penting siapa yang menikahi Nina.” “Nggak bisa, Pa!” sergah Evan cepat. “Nina harus menikah dengan Evan, Pa! Kak Ryan harus menceraikan Nina sekarang juga!” “Dasar bodoh!” Surya kembali mendaratkan tamparan keras ke pipi putra bungsunya. “Kau telah kehilangan kesempatan, Evan! Sekarang pulang! Kau harus mendapat hukuman agar jera dan tidak bertindak bodoh lagi.” Surya berbalik kemudian melangkah pergi. Meninggalkan Evan yang termangu dengan memegangi pipinya yang terasa amat perih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD