Langit tampak kelabu sore itu. Awan menggantung berat seolah meniru perasaan Sophia yang duduk di balik kemudi mobilnya. Restoran yang menjadi tempat janjian dengan Arkan hanya berjarak beberapa meter dari tempatnya memarkir kendaraan. Namun, tubuhnya tak kunjung bergerak keluar. Jantungnya berdegup keras, memukul tulang rusuknya dengan ritme tak beraturan. Tangannya menggenggam kemudi erat, dan napasnya terengah. Ia menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Tapi tetap saja, rasa gugupnya tak berkurang sedikit pun. Sophia memejamkan mata, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Kamu bisa. Ini harus berakhir," bisiknya dalam hati. Tapi pikirannya kembali melayang pada pesan-pesan ancaman Arkan, pada foto-foto yang dikirim, pada kata-kata manipulatif