Air dari shower mengalir deras, membasahi rambut dan tubuh Sophia yang berdiri kaku di dalam kamar mandi. Suara air bergemuruh di ruang sempit itu, tapi tidak cukup untuk meredam suara jeritan hatinya. Tangannya yang gemetar mengusap wajahnya dengan kasar—seolah ingin menghapus semua kebohongan, semua rasa bersalah yang sudah menempel terlalu dalam di dirinya. Matanya memerah. Bukan karena air, tapi karena air mata yang terus turun dan bercampur dengan guyuran air hangat. “Aku bodoh...” bisiknya pada diri sendiri. “Bodoh banget...” Bayangan wajah Arkan muncul dalam pikirannya—senyum hangat lelaki itu, cara dia menatapnya dengan penuh rasa, perlakuan lembutnya yang tak pernah menuntut. Arkan selalu membuatnya merasa hidup, merasa dicintai, merasa dilihat... sesuatu yang lama tidak ia ras