Sore itu langit mendung. Udara agak lembap, namun masih cukup nyaman untuk duduk di kafe dengan segelas kopi hangat. Di sudut kafe berdesain vintage modern, Nancy duduk sendiri. Tubuh langsingnya bersandar pada sofa empuk berwarna krem, dengan kaki kanan disilangkan anggun di atas kaki kiri. Rambutnya yang ikal jatuh rapi di bahu, dan jemarinya yang ramping menari-nari di layar ponsel sambil sesekali menyeruput latte hangat dari cangkir porselen putih. Sebagai sekretaris pribadi Vincent William, pria matang yang dikenal sebagai pengusaha tampan nan karismatik, Nancy sudah terbiasa dengan jadwal padat, tekanan, dan rahasia-rahasia kecil yang disimpan rapat dalam benaknya. Namun sore ini, tidak ada agenda kerja. Dia hanya ingin menikmati waktu tenang— sampai sebuah notifikasi pesan masuk.